Skip to content

Sang Pembela

Mazmur 22:1-4, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru pada waktu siang, tapi Engkau tidak menjawab. Dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang. Padahal, Engkaulah yang kudus, yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” 

Pasti setiap orang punya masalah. Dan biasanya, ketika kita menghadapi masalah, kita membutuhkan pembela, apalagi kalau kita ada di pihak yang lemah. Tahukah kita bahwa Tuhan pasti membela kalau kita meminta pembelaan-Nya? Masalahnya, banyak orang tidak berani percaya ada Allah yang hidup, Allah yang bisa membela dan tidak tahu bagaimana memenuhi kondisi di mana seseorang layak dibela Tuhan. Namun, memang ada saat di mana kita seakan-akan tidak dipedulikan Tuhan, seakan-akan Tuhan meninggalkan kita. Keadaan seperti ini pasti dialami oleh setiap orang. Pada saat-saat seperti itu, sering kita merasa tidak memiliki siapa-siapa, dan kita merasa Tuhan tidak membela kita juga. 

Sebenarnya, saat-saat seperti itu justru saat yang tepat untuk kita belajar menaruh percaya kita kepada Tuhan. Justru saat-saat di mana kita merasa Tuhan tidak di pihak kita, Tuhan tidak membela kita, bahkan meninggalkan kita, itulah saatnya kita belajar memercayai Allah yang tidak kelihatan. Pasti ada di antara kita yang sekarang ini ada di lembah kekelaman. KIta bertanya-tanya, mengapa Tuhan seakan-akan tidak peduli? Kita sudah berdoa, datang ke gereja, mungkin juga sampai puasa, tetapi Tuhan seakan-akan tidak peduli. Percayalah bahwa Tuhan yang hidup, Tuhan yang pasti menolong. Namun, jangan berhenti berharap kepada Tuhan. 

Mazmur 22:4-5, “Kepada-Mu nenek moyang kami percaya; mereka percaya, dan Engkau meluputkan mereka. Kepada-Mu mereka berseru-seru dan mereka terluput. Kepada-Mu mereka percaya dan mereka tidak mendapat malu, yaitu nenek moyang kami yang percaya.” Pemazmur sudah melihat bagaimana nenek moyang bangsa Israel mengalami pertolongan Tuhan, sehingga tidak dipermalukan. Tetapi pemazmur merasa diperlakukan berbeda. Ini adalah gambaran dari pengalaman hidup. Jadi kalau saat ini kita sedang menghadapi keadaan terjepit seperti pemazmur, mari kita tetap berseru kepada Tuhan. Pemazmur menunjukkan keadaannya yang begitu parah yang dia gambarkan seperti air yang tercurah, dan segala tulangnya terlepas dari persendiannya. 

Di ayat 14-15, pemazmur lanjut mengeluh, “Hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh dalam dadaku. Kekuatanku kering seperti beling. Lidahku melekat pada langit-langit mulutku, dan dalam debu maut Kau letakkan aku.” Dapat kita bayangkan betapa pedihnya pengalaman hidup seperti itu. Jelas bahwa orang yang percaya kepada Tuhan tidak selalu mengalami keadaan baik. Lalu pemazmur berkata di ayat 20-21, “Tetapi Engkau, Tuhan, janganlah jauh. Ya, kekuatanku, segeralah menolong aku. lepaskan aku dari pedang, dan nyawaku dari cengkeraman anjing. Selamatkan aku dari mulut singa, dan dari tanduk banteng. Engkau telah menjawab aku.” Ada saat di mana Tuhan seperti membuang, tidak peduli, dan tidak membela kita, tetapi jangan berhenti berseru kepada Tuhan. Namun, pada akhirnya kita baca kalimat yang luar biasa: “Engkau telah menjawab aku.” Tuhan pasti menolong orang yang berseru-seru kepada-Nya. 

Bagi kita yang sekarang ini dalam keadaan seperti pemazmur, benar-benar kecewa terhadap keadaan, dan biasanya merembet menjadi kecewa kepada Tuhan, maka kita harus selalu ingat ternyata kita tidak sendirian yang mengalami kondisi seperti itu. Abraham harus keluar dari Ur-Kasdim untuk masuk ke negeri yang Allah tunjukkan. Namun, Abraham tidak pernah melihat negeri itu sampai meninggal dunia. Ternyata negeri itu adalah langit baru bumi baru. Tapi apakah Abraham menjadi kecewa? Tidak pernah ditulis kalau percayanya surut dan ia menjadi kecewa kepada Tuhan

Demikian juga tentang janji keturunan yang harus ditunggunya selama seperempat abad. Keadaan yang menurut perhitungan manusia tidak mungkin bisa terwujud. Padahal, Allah berjanji akan memberikan anak sebanyak pasir di lautan dan bintang di langit, tetapi satu pun anak dia tidak punya. Apakah Tuhan mempermalukan Abraham? Tidak. Tuhan menjawab. Tidak ada doa yang tidak dijawab, tidak ada pergumulan yang tidak Tuhan bela. Tetapi masalahnya sekarang, apakah kita layak dibela Tuhan? Tentu Tuhan tidak akan membela orang sembarangan; yang hidup untuk dirinya sendiri, untuk kesukaan, kebahagiaan, harga diri, prestisenya sendiri. Sebab kalau Tuhan membela orang-orang seperti itu tanpa batas, berarti Tuhan dilecehkan, direndahkan. 

Tidak ada doa yang tidak dijawab, tidak ada pergumulan yang tidak Tuhan bela.