Ketika Tuhan berkata, “Aku beserta kamu senantiasa sampai akhir zaman,” konteksnya ada mandat, yang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai The Great Commission; Amanat Agung; yaitu, “Jadikan semua bangsa murid-Ku.” Ini dalam penugasan. Dunia kita bergerak, ada dinamika hidup tidak pernah berhenti dalam berbagai aspek; ekonomi, sosial politik, dan lain sebagainya. Termasuk ekosistem bumi, bencana, anomali cuaca dan lain sebagainya. Dunia ini ada dinamikanya secara komunitas, dan makin mengglobal. Apa yang terjadi di sebuah tempat, pasti memengaruhi tempat lain.
Setiap kita punya dinamika hidup yang tidak lepas dari dinamika hidup yang berlangsung. Di dalam hal ini, Tuhan hadir. Tuhan menuntun kita bagaimana melewati perjalanan dalam dinamika hidup yang bergerak ini. Sekolah kehidupan kita tetap berlangsung dalam dinamika hidup kita pribadi, terkait dengan dinamika hidup yang berlangsung di dunia sekitar. Bagaimana kita bergumul dalam dinamika hidup terkait dengan dunia ini, terkait dengan lingkungan, dan bagaimana kita harus bertumbuh dewasa. Dari proses ini, kita harus mengalami Tuhan.
“Aku menyertai kamu,” artinya “Aku akan tetap hadir dan memuridkan kamu, dan menolong kamu memuridkan orang lain.” Maka kita harus mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidup kita, di zaman dan di waktu kita. Harus. Kita tidak boleh puas dengan pengetahuan teologi yang dimiliki, yang kita maknai sebagai perjumpaan dengan Tuhan. Kita harus menyadari ada ruang kosong, ada bagian kosong dalam hidup kita yang harus dan hanya bisa diisi melalui perjumpaan dengan Tuhan. Tuhan mau memuridkan kita dan tiada henti menyekolahkan kita.
Kalau dunia mengalami krisis, kita juga mengalami krisis. Kalau dunia mengalami masalah ekonomi global, kita juga pasti mengalami. Di situasi seperti ini, harus ada pesan-pesan yang baru. Kalau seorang hamba Tuhan tidak mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka dia tidak bisa menyampaikan inspirasi baru yang dari Tuhan. Maka kita harus mulai bertanya, “Apakah saya mengalami penyertaan Tuhan selama ini?” Penyertaan yang real time saat ini dalam hidup kita, dalam masalah yang up to date yang kita alami.
Semua hal dalam hidup kita haruslah dalam desain Tuhan, karena ini pekerjaan-Nya dan tentu dalam tuntunan Roh Kudus. Hebatnya, Tuhan menyediakan porsi kehadiran-Nya dalam hidup kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Porsi kehadiran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kita dan menyelesaikan masalah-masalah kita. Tidak akan meleset. Dia hidup. Dia nyata. Oleh sebab itu, firman Tuhan harus kita dengar, yang akan membangun bangunan pengertian secara nalar. Kita harus mengalami perjumpaan dalam doa yang membuat kita sensitif terhadap kehadiran Tuhan di dalam perjalanan hidup kita.
Tidak ada satu hari yang Tuhan tidak menyediakan porsi kehadiran-Nya untuk mendidik. Guru yang baik pasti menyediakan mata pelajaran, menyediakan kurikulum untuk pendidikan anak didiknya. Orang tua yang baik, menyediakan menu makanan bergizi yang dibutuhkan anak-anaknya. Allah lebih dari itu. Dia sebagai Bapa, menyediakan berkat pemeliharaan. Dia sebagai guru, menyediakan pendidikan. Tidak ada hari tanpa berkat Tuhan. Kenapa kita tidak mengalami itu? Karena kita bersikap salah terhadap Tuhan. Sikap benar yang harus kita miliki adalah jadikan Dia satu-satunya tujuan hidup.
Ketika kita bertemu dengan Tuhan, kita memiliki satu hubungan yang eksklusif, yang intim dan di situlah kita menemukan makna hidup. Jadi tidak berlebihan firman Tuhan mengatakan, “Baik kau makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Ini standar. Yang lain harus menjadi dukungan. Maka jangan punya keinginan apa pun selain Tuhan. Ketika kita menjadikan Tuhan tujuan hidup satu-satunya, hidup kita menjadi ringan. Sebab, apa pun yang terjadi, tidak masalah, yang penting kita punya Tuhan. Kalau Tuhan kita perlakukan dengan sikap itu, Tuhan tersanjung.
Ingat, kita tidak bercumbu dengan bayang-bayang, karena Tuhan bukan bayang-bayang. Kita bercumbu dengan Allah semesta alam yang hidup. Kalau kita membaca Alkitab bagaimana tokoh-tokoh iman begitu kokoh, mereka memandang Tuhan begitu kuat, kita juga menjadi kuat. Ingat kalimat pemazmur, “Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Tuhan sering membiarkan masalah itu ada, supaya kita memandang Tuhan. Kalau kita menjadikan Tuhan tujuan kita, kita baru bisa merasakan, memahami kehadiran-Nya dan didikan-Nya setiap hari. Roh Kudus pasti memberi pengertian bagaimana kita merangkai semua kegiatan kita dan mengarahkannya ke Tuhan. Sehingga masalah yang paling berat pun jadi ringan, karena kita tahu di balik masalah ini ada pendewasaan, ada kehadiran Tuhan, ada nutrisi jiwa untuk kekekalan. Kita akan semakin peka untuk memaknai kejadian-kejadian di mana Tuhan menasihati kita, dan ini akan membuat kita dewasa.
Kita harus menyadari ada ruang kosong dalam hidup kita yang harus dan hanya bisa diisi melalui perjumpaan dengan Tuhan.