Skip to content

Respons yang Mengubah

Semua manusia dikatakan Alkitab telah jatuh dalam dosa, kehilangan kemuliaan Allah. Itu artinya semua manusia telah sakit; tidak ada manusia yang sehat menurut ukuran Tuhan. Hal ini simetris dengan keadaan dimana manusia dipandang bercacat dan bercela; telah ada di bawah standar, tidak layak hidup di dalam kekekalan, khususnya menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Keselamatan dimaksudkan agar manusia dapat mengalami kesembuhan; memiliki keadaan yang tidak bercacat, sehingga manusia layak hidup di dalam kekekalan, di Kerajaan Surga. 

Pelayanan pekerjaan Tuhan harus memiliki fokus untuk menyembuhkan orang-orang sakit ini. Bukan sakit jasmani, walaupun tentu ada pula kesembuhan secara fisik, melainkan yang terutama yang hendak menjadi fokusnya adalah kesembuhan dari keadaan manusia yang bercacat. Agar manusia bisa disembuhkan; berkeadaan tidak bercacat di hadapan Allah, dan layak masuk ke dalam kehidupan yang akan datang di Kerajaan Tuhan Yesus Kristus. Gereja harus menjadi seperti rumah sakit yang melayani pasien, dan bukannya memanfaatkan pasien. Bisa jadi, tidak dapat disangkal, ada juga dokter atau rumah sakit yang menyelenggarakan perawatan hanya karena uang. Tetapi kita jangan menjadi seperti rumah sakit semacam itu. Pasti banyak rumah sakit yang benar-benar menyelenggarakan pelayanan perawatan, kegiatan medis untuk kesembuhan masyarakat dan tidak bersifat komersial. 

Betapa besar tanggung jawab gereja—dalam hal ini para pelayan Tuhan di hadapan Allah—yang mengarahkan seluruh jalannya pelayanan. Tidak boleh ada agenda-agenda tersembunyi atau terselubung. Kita bersyukur, memiliki kegiatan doa setiap pagi, dan doa puasa. Tidak mungkin Tuhan tidak berbicara kalau kita salah. Sebegitu giatnya kita mencari Tuhan, pasti Tuhan akan menuntun kita. Jadi, sebenarnya soal berapa jumlah jemaat yang hadir, tidak boleh menjadi prioritas. Seberapa besar ruangan gereja dan fasilitasnya, bukanlah hal yang utama. Bagaimana liturgi gereja, juga bukan hal yang harus difokuskan, walaupun tentu kita harus menyelenggarakan liturgi sebaik-baiknya. Tetapi yang terutama ada perawatan melalui pemberitaan Firman, juga hadirat Allah. 

Makanya harus diwajibkan setiap worship leader, singer, dan choir harus berdoa. Termasuk pemain musik, supaya bisa benar-benar menghadirkan kemuliaan Allah atau hadirat Allah. Untuk apa musik lengkap, tetapi hanya menjadi hiburan? Harus bisa menarik hadirat Allah. Karena, itu bagian dari proses kesembuhan. Worship leader waktu menyanyi dengan tulus dalam urapan Roh Kudus, itu menyembuhkan. Sebab ketika seseorang berdoa dengan tulus di hadapan Tuhan, hadirat Allah turun, dan itu pasti dirasakan. Pasti akan terimpartasi. Kalau seorang menyanyi dengan penghayatan, kita akan pasti ikut terangkat, dan itu proses kesembuhan. Apalagi khotbah yang disampaikan. Jadi, semua yang dilakukan ini menjadi proses kesembuhan bagi kita. Maka, harus terjadi proses perubahan. 

Petrus sebelum mengikut Yesus, dengan Petrus setelah mengikuti Yesus, berbeda. Dan memang di dalam Alkitab kita melihat perubahan yang radikal dan drastis itu. Dan untuk perubahan ini, dibutuhkan respons. Kita harus mau berubah. Maka di dalam gereja diajarkan ajaran-ajaran yang membangkitkan gairah rohani, bukan membunuh. Ironis, banyak khotbah yang membangun penalaran doktrinal, tetapi tidak membangun gairah yang berimplikasi. Berimplikasi artinya menuntut untuk diterapkan, untuk dilakukan. Begitu banyak doktrin yang hanya menjadi olah nalar, tapi tidak memiliki implikasi yang kuat. Artinya, tidak menuntut untuk diperagakan. Kalau khotbah hanya mengatakan “kuasa Tuhan ajaib mengubah hidupmu,” itu tidak salah, tetapi penjelasannya tidak cukup hanya begitu. 

Kuasa Tuhan memberi potensi untuk berubah, tetapi respons individu yang mengubah. Ini harus dijelaskan. Dalam Matius 19:21-23, orang kaya yang mau ikut Yesus, gagal karena hatinya terikat uang. Jadi yang disalahkan siapa? Tuhan? Bukan. Yang disalahkan tentu saja orang itu. Kenapa dia tidak berani melepaskan keterikatannya dengan uang? Jadi, apa implikasinya? Dia harus meninggalkan keterikatannya dengan uang. Kalau tidak, dia tidak bisa sembuh, tetap sakit; bercela, tetap tidak layak masuk menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga.

Beda dengan Zakheus yang menyerahkan separuh hartanya untuk orang miskin, dan jika ada orang yang pernah dia peras, dia kembalikan empat kali lipat. Ini bisa berarti seluruh miliknya dia jual. Ia menjadi miskin. Bukan berarti kita diajak untuk mengikuti ayat firman Tuhan ini secara harfiah. Tetapi maksudnya, kita harus melihat inti, substansi, esensi dari kebenaran itu. Jangan ada ikatan, apakah itu kesenangan-kesenangan atau hobi-hobi. Baik kita makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, kita lakukan semua untuk kemuliaan Tuhan. Dan kita sedang menunggu atau menantikan pengadilan Tuhan, karena semua yang kita lakukan akan ditelanjangi di hadapan Allah. 

Kuasa Tuhan memberi potensi untuk berubah, tetapi respons individu yang mengubah.