Menjadi utang yang harus kita bayar bahwa kita harus menjadi manusia yang mencapai keadaan yang berkenan di hadapan Allah. Terutama bagi pelayan jemaat, ada utang yang harus dipenuhi, yaitu mengantar jemaat menjadi orang-orang yang berkenan kepada Allah, yang siap menghadap takhta pengadilan Kristus, dan Allah memutuskan bahwa jemaat tersebut layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Pelayan jemaat harus bekerja keras, fokus pada orientasi dan tujuan pelayanan ini, lebih dari masalah mukjizat kesembuhan, pemenuhan kebutuhan jasmani, dan segala sukses yang dipahami dan dimengerti oleh manusia pada umumnya. Para pelayan jemaat harus melayani hingga jemaat bisa dilayakkan menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Betapa bersyukurnya dan berbahagianya kalau di kekekalan kita dibawa kepada kemuliaan ini. Tidak ada hal lain yang kita boleh anggap besar, mulia, dan bernilai selain hal ini.
Kita sedang menyongsong dunia yang tidak jelas, tidak terprediksi, tidak teramalkan. Maka kita harus benar-benar mengalami perubahan sampai menjadi manusia yang benar-benar berkenan di hadapan Allah. Dengan mengusahakan ini di dalam pelayanan, kita juga akan memaksa diri untuk mengalami perubahan. Jika pemimpin jemaat tidak mengalami perubahan, jemaat di dalam nuraninya pasti bisa merasakan. Waktu berdoa, menyanyi, atau berkhotbah, apakah ada perubahan yang positif dan benar di dalam hidup, yang dapat dirasakan dan berdampak di dalam hidup jemaatnya. Karena di mimbar akan tampak ketulusan atau ketidaktulusan; kesombongan atau kerendahan hati; hiperbola atau natural.
Ini proyek besar; proyek yang berdampak kekekalan. Bagaimana setiap kita diubah menjadi simfoni yang indah, yang didengar oleh Elohim Yahweh, Bapa di surga. Bagaimana hidup kita benar-benar menjadi keharuman. Jika belum, berarti pelayanan kita gagal, menipu, main-main, dan sembarangan. Siapa yang akan dihukum? Tentu para pelayan Tuhan. Dalam Injil kita menemukan kesaksian mengenai orang-orang yang dipanggil Yesus sebagai pengikut-Nya. Mereka selalu mengalami perubahan yang sangat radikal, bahkan drastis. Berbeda dari keadaan sebelum dipanggil. Petrus, misalnya; Yohanes dan saudara-saudaranya, benar-benar bisa meninggalkan jala dan perahu ikannya. Bahkan Petrus sendiri meninggalkan keluarganya untuk mengikuti Yesus.
Di Alkitab, kita juga menemukan Lewi yang kemudian berganti nama menjadi Matius. Ia harus meninggalkan meja cukainya; jabatan, pekerjaan yang mendatangkan banyak keuntungan materi, secara finansial, atau uang. Tetapi Lewi bersedia meninggalkan meja cukainya, yaitu jabatan dan pekerjaan tersebut, untuk mengikut Yesus. Seorang yang berprofesi sama dengan Lewi adalah Zakheus. Zakheus memang tidak menjadi murid yang bersama-sama dengan Yesus seperti murid-murid Yesus. Tetapi perjumpaan Zakheus dengan Yesus membuat dia mengalami perubahan yang radikal dan drastis. Perubahan Zakheus benar-benar tidak dimengerti oleh masyarakat pada zamannya. Misalnya, bagaimana Zakheus membagi separuh hartanya kepada orang miskin. Dan bila ada orang yang pernah dia peras, dikembalikannya 4 kali lipat. Satu hal yang tidak bisa dimengerti saat itu. Tetapi perubahan ini fakta historis, kenyataan sejarah. Fakta empiris; kenyataan pengalaman.
Saulus yang kemudian berganti nama menjadi Paulus, setelah mengalami perjumpaan dengan Yesus di tengah perjalanan ke kota Damsyik, ketika ia hendak menganiaya dan membunuh orang-orang Kristen. Saulus meninggalkan jabatan sebagai pemuka agama Yahudi dengan sederetan kehormatan yang dia miliki. Bisa jadi dia adalah anggota Sanhedrin, lembaga yang paling terhormat dalam kehidupan orang-orang Yahudi. Tetapi setelah itu, hidup Saulus diubah. Ia menjadi misionaris yang menjungkirbalikkan dunia kekafiran, khususnya Eropa. Ini baru segelintir nama-nama yang tertulis dalam Alkitab. Kisah mengenai orang-orang yang diubahkan Tuhan secara radikal, dan drastis akibat perjumpaan dengan Yesus. Perubahan mereka itu sukar dimengerti; di luar nalar logika umum. Tetapi inilah fakta dari kehidupan orang-orang yang benar-benar mengalami perjumpaan dengan Yesus.
Jadi, orang-orang yang mengalami perjumpaan dengan Yesus pasti meninggalkan kehidupan lamanya; meninggalkan hidup wajaran manusia pada umumnya. Dan pasti menjadi tidak serupa dengan dunia sekitarnya. Orang yang memiliki percaya yang benar kepada Yesus, tidak bisa tidak, ia tidak mungkin memiliki hidup wajar seperti manusia lain yang tidak mengalami perjumpaan dengan Yesus. Dan jika perubahan itu berlangsung terus-menerus, ia semakin tidak serupa dengan dunia; sebaliknya, ia akan makin serupa dengan Yesus. Yesus inilah model Anak Allah yang harus kita kenakan, kita capai, dan inilah yang dimaksud sebagai “dilahirkan oleh Allah.” Menjadi kekhawatiran kita semua, jangan sampai kita tidak mengalami kelahiran itu. Maka harus memahami kebenaran Alkitab dengan benar. Jangan berpikir bahwa kelahiran baru itu terjadi secara supranatural di luar pengertian akal manusia. Kelahiran baru itu sesuatu yang natural. Jadi, perubahan-perubahan itu bukanlah anugerah, melainkan respons. Tuhan memberikan potensi atau kemampuan untuk mengalami perubahan; itu adalah anugerah. Tetapi, apakah perubahan benar-benar terjadi, tergantung dari respons seseorang.
Orang yang mengalami perjumpaan dengan Yesus pasti mengalami perubahan yang radikal, yaitu meninggalkan kehidupan lamanya.