Skip to content

Perubahan Zaman

Kalau kita melihat dunia hari ini, kita melihat perubahan yang memiliki kecepatan yang sangat tinggi dibanding dengan zaman sebelumnya. Kalau di abad-abad pertengahan, perubahan dunia itu lambat karena ilmu pengetahuan dan teknologi, baik di bidang transformasi, komunikasi, dan  multimedia belum secanggih hari ini. Tapi sedihnya, perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia di sektor atau di bidang moral justru menuju keadaan atau situasi yang negatif. Artinya, manusia menjadi jahat dalam kecepatan yang tinggi. Ini perubahan yang makin tidak terkendali. Seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa kehidupan manusia di akhir zaman mengalami keadaan makin bertambah durhaka dan kasih kebanyakan orang menjadi dingin (Mat. 24). 

Kesantunan dan kearifan lokal yang dimiliki banyak suku bangsa—di Indonesia khususnya—makin hari makin pudar. Tentu karena pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana dunia yang satu memengaruhi dunia lain dengan cepat. Nilai-nilai agama makin pudar. Namun temtu hal ini tidak terjadi kepada semua orang. Masih ada kelompok orang yang mempertahankan nilai-nilai keagamaan. Bahkan ada yang semakin fanatik, semakin ekstrem. Tetapi pada umumnya, dunia dibawa kepada suasana kejahatan manusia yang bertambah-tambah, dengan laju pertambahan yang cepat. Keadaan ini harus membuat kita sebagai orang percaya memiliki kesiapan dalam menanggulangi atau berantisipasi terhadap perubahan zaman, khususnya di sektor moral. Langkah yang harus kita ambil adalah:

Yang pertama, kita jangan terpengaruhi oleh dunia. Kita harus memiliki sikap berjaga-jaga yang kuat. Hubungan kita dengan Tuhan harus benar-benar melekat. Sementara dunia bertambah jahat, kita harus bertambah ekstrem dalam kesucian. Kita tidak bisa ada di posisi netral atau mediokritas. Kita harus ada di posisi ekstrem. Kalau dulu doanya 30 menit, mestinya sekarang satu jam. Kalau dulu memiliki hobi bermacam-macam, sekarang hobinya harus mulai ditinggalkan supaya kita bisa fokus mencari Tuhan. Kalau dulu jalan-jalan seminggu lima kali, empat kali, sekarang dua minggu sekali cukup. Belanja secukupnya, supaya waktu jangan dihabiskan untuk jalan-jalan saja. Fokus kita harus Tuhan. 

Banyak masalah yang bisa mencuri perhatian kita. Tetapi kita jangan tenggelam dengan persoalan-persoalan yang kita hadapi dan memberhalakan persoalan tersebut karena mencuri perhatian dan perasaan kita. Akhirnya, kita tidak dapat bertumbuh di dalam kekudusan, dan mudah sekali menjadi mangsa empuk kuasa kegelapan. Iblis akan mengguncang banyak orang Kristen lewat persoalan-persoalan yang ada. Jangan sampai kita ikut terguncang. Maka kita harus melekat dengan Tuhan, memberi waktu untuk berdialog dengan Tuhan, percaya bahwa Tuhan tidak berubah, takhta-Nya tetap untuk selama-lamanya. Kita percaya bahwa Tuhan itu hidup, dan Tuhan hadir di dalam pergumulan kita, dan pasti menolong. Jangan menyimpan dendam. Semua kejadian yang kita alami—termasuk segala pergumulan, persoalan, kebutuhan, dan ancaman-ancaman—ada di dalam pengetahuan Tuhan, Saudara. Tuhan mengontrol dan mengendalikan semuanya. Tidak ada sesuatu yang tersembunyi di mata Allah. Jadi kita percaya, semua bisa kita tanggulangi. Sebab Tuhan pasti menolong kita. 

Kedua, ketika ada kesempatan berbuat dosa, kita harus jadikan itu kesempatan untuk menyenangkan Tuhan; yaitu ketika kita menolak. Akan ada banyak kesempatan untuk berbuat dosa. Tetapi Iblis memang mau supaya orang percaya tidak lulus. Di sini kita mengambil posisi atau positioning. Posisi kita adalah kesucian, bukan terbawa oleh dunia. Sementara dunia akan tampak lebih mempesona, kemilaunya lebih tinggi. Kita harus memilih memandang Tuhan dan Kerajaan-Nya. 

Ketiga, kita harus menggandakan waktu kita mencari Tuhan. Buang semua yang tidak perlu kita lakukan, supaya kita jangan kehilangan fokus kepada Tuhan. Persoalan-persoalan jangan kita berhalakan, tidak boleh menenggelamkan. Dunia yang makin gemerlap dan memikat harus berani kita tinggalkan dan memilih Kerajaan Surga. Jadi kita harus berani untuk hidup tidak wajar. Kita akan mulai menyadari bahwa kita seperti aneh. Jangan takut, itu adalah gejala bahwa kita mengalami perubahan. 

Keempat, kita harus mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Maka kita harus mencari tempat di mana kita dapat melayani Tuhan. Setiap kita pasti memiliki tempat untuk melayani pekerjaan Tuhan. Setiap kita pasti punya tugas. Kita harus menemukan apa rencana Allah dalam hidup kita pribadi lepas pribadi. Tuhan pasti meletakkan kita di tempat di mana kita bisa berbakti kepada Allah. Kalau orang sibuk dengan dirinya sendiri—orang sibuk dengan dunia—maka dia tidak akan pernah sibuk dengan Tuhan.. Ironisnya, orang yang sibuk di dalam gereja, tapi sebenarnya tidak sibuk dalam Tuhan. Dia ada di dalam gereja, dalam kegiatan pelayanan, tapi fokus dia sebenarnya bukan pada gereja itu. Dia masih hidup wajar seperti manusia lain, yang fokusnya sebenarnya masih dunia. Orang seperti ini pasti terpengaruhi oleh cara berpikir dunia, tetapi ada di dalam gereja. Namun sebenarnya hatinya sudah dirusak oleh dunia. Maka salah satu prinsip yang tidak boleh kita tinggalkan adalah sempurna seperti Bapa, serupa dengan Yesus. Itu yang harus menjadi target tujuan kita. 

Keadaan dunai yang semakin jahat, harus membuat kita memiliki kesiapan dalam menanggulangi dan berantisipasi terhadap perubahan zaman