Skip to content

Perkara yang di Atas

Pikiran banyak orang telah disesatkan oleh kuasa kegelapan. Kekristenan juga telah terseret dalam kemelesetan atau penyimpangan, sehingga lahirlah perasaan damai yang palsu. Mestinya kita tidak merasa damai kalau merasa bahwa kita belum sungguh-sungguh layak masuk Rumah Bapa. Banyak orang tidak menghormati Tuhan secara penuh karena tidak memberi nilai yang sepatutnya untuk perkara rohani, untuk hal-hal kekekalan. Perasaan takutnya akan Allah tentu tidak utuh juga. Kalau perasaan takut akan Allah tidak utuh, maka dia juga tidak akan bisa menghormati Allah secara utuh; artinya dia tidak bisa mengasihi Allah secara utuh. Kita yang menyadari akan hal ini, pasti akan bergumul hebat. 

Sebab secara teori atau pengertian nalar kita sudah tahu, tetapi di seluruh kejiwaan kita, kita belum tenggelam, belum hanyut, belum dibenamkan ke dalam suasana takut akan Allah tersebut; belum dalam suasana menghormati Allah secara patut. Dengan kondisi ini, pasti kita belum atau tidak mencintai Allah secara patut. Untuk mendukung supaya ada suasana kondusif untuk menghayati kedahsyatan, kebesaran, kemuliaan Allah, kita bisa membayangkan jagat raya yang tidak terbatas. Tidak usah jauh-jauh, kita juga bisa melihat indahnya Danau Toba yang dikelilingi pegunungan. Kita bisa melihat langit, kalau di luar kota, yang bertebaran bintang-bintang. Apalagi kalau kita bisa mengimajinasi apa yang dikemukakan dalam Kitab Wahyu tentang surga yang begitu mendahsyatkan jiwa kita. 

Di situ kita bisa lebih menghormati Allah. Hal ini bisa kita gunakan sebagai bantuan. Nanti kita akan menghadap Allah yang Mahadahsyat. Kita baru sadar bahwa kita sudah tidak memperlakukan Dia secara santun, secara sopan, secara pantas selama hidup ini, karena kita tidak bersikap benar terhadap perkara-perkara rohani, tidak bersikap benar terhadap hal-hal kekekalan. Kita semua masih bergumul untuk melepaskan diri dari atmosfer berpikir kita yang masih earthly, worldly; duniawi. Kita belum berpikir perkara-perkara yang di atas, karena kita merasa bahwa kita sudah menjadi Kristen yang benar. 

Kalau di dalam salah satu terjemahan bahasa Inggris di Kolose 3 dikatakan, “Biarlah kau jagai pikiranmu terus untuk perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi; keep your mind fix on things there, not on things here on earth. For you have died and the life is hidden with Christ in God.” Jadi, harus terus ditaruh di sana. Jarang sekali orang yang sudah sampai tingkat itu. Kita masih sedang belajar, dan kita harus jujur kepada diri kita sendiri bahwa sebenarnya kita masih belum bersikap benar terhadap perkara-perkara rohani. Di tengah-tengah masyarakat, hendaknya hidup kita memancarkan atmosfer surgawi. Kita tidak perlu terganggu oleh tuduhan dan penilaian orang terhadap kita, dalam arti komunitas atau sebagai individu. 

Karena ini pekerjaan Tuhan, urusannya dengan Tuhan. Tugas kita semua adalah memancarkan gairah surgawi. Lagu-lagu yang kita sering nyanyikan, hendaknya bisa memotivasi dan mengarahkan kita kepada perkara-perkara surgawi. Jadi, mari kita fokus mengarahkan hati kita pada perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Kita harus melakukannya mulai dari sekarang. Jangan sampai kita tidak melakukannya. Jangan seperti orang yang ikut kursus memasak atau misalnya membuat kue, tetapi selepas dari itu, ia tidak pernah membuat kue. Mungkin sampai mati, ia tidak pernah tahu bagaimana pengalaman membuat kue. 

Jangan sampai kita tidak mempraktikkan apa yang kita pelajari. Kita harus mengamalkannya, mewujudkannya di dalam hidup ini. “Set your mind on things above, not on earthly things;” bukan pada perkara-perkara dunia. Nanti kita akan mengalami pertumbuhan bagaimana takut akan Allah lebih lagi, menghormati akan Allah lebih lagi. Kita akan merasakan mencintai Tuhan lebih lagi. Kita mulai akan menghayati bahwa dunia bukan rumah kita. Hal itu indah sekali, benar-benar indah. 

Kita tidak akan menyesal walaupun tidak punya rumah pribadi, tidak merasa menyesal tidak punya rumah besar. Tidak menyesal, dan juga tidak menjadi minder. Kedengarannya hal ini konyol, tetapi inilah dinamika hidup sebagai orang percaya yang benar. Ini dinamika hidup orang Kristen yang benar atau yang standar. Jadi, pikiran kita harus hanya tertuju kepada perkara-perkara yang di atas. Perkara-perkara yang di atas itu adalah kemuliaan bersama dengan Kristus, “Di mana Kristus duduk di sebelah kanan Allah; where Christ is seated at the right hand of God.” Hal ini adalah kemuliaan bersama Bapa.  

“Perkara-perkara yang di atas” adalah kemuliaan bersama dengan Kristus.