Firman Tuhan mengatakan, “Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui” (Yes. 55:6). Jadi, ada satu wilayah dalam hidup kita yang itu bagian Tuhan dimana Tuhan mencari kita dan menyelamatkan kita. Bukan kita yang mencari Allah, melainkan Allah yang mencari kita. Jadi keselamatan yang kita miliki, anugerah yang kita miliki itu berangkat dari Allah semata-mata. Tetapi setelah kita ditemukan oleh Tuhan, maka bagian kita adalah mencari Tuhan. Ketika Allah menemukan kita; kita belum menemukan Dia. Jadi jangan merasa kalau kita sudah ditemukan Tuhan, berarti kita telah menemukan Dia. Allah menemukan kita, tetapi kita belum menemukan Dia. Itulah sebabnya, dalam suratnya Paulus mengatakan di Filipi 3:12, “Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus.” Tulisan Paulus mengungkapkan bahwa ada usaha aktif dari pihak manusia untuk menemukan Tuhan setelah dirinya telah ditemukan oleh Tuhan.
Allah yang mengejar, menangkap, dan menemukan kita. Itu bagian Allah di wilayah hidup kita, bukan bagian kita. Tetapi ada bagian kita di wilayah hidup kita, yaitu kita mencari Allah. Ini yang harus kita usahakan dengan sungguh-sungguh. Dengan cara bagaimana? Mendengarkan Firman, belajar kebenaran Firman, doa, meditasi. Ini bagian dari usaha untuk mencari dan menemukan Allah. Di samping itu juga kesempatan lain dimana kita menyediakan diri untuk mengoreksi pikiran, perkataan, dan perbuatan kita kalau-kalau ada yang salah. Selalu saja ada tantangan, serangan, dan kejatuhan. Tetapi, kita tidak mau berbuat salah karena itu membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi tidak harmonis. Jadi, kita harus mencari Allah dengan sungguh-sungguh.
Pengalaman perjumpaan dengan Allah itu luar biasa yang tidak akan pernah bisa diungkapkan kepada orang lain secara lengkap atau utuh. Jadi, perjumpaan pribadi kita dengan Allah itu luar biasa. Tidak bisa diungkapkan kepada orang lain, tidak bisa dilukiskan atau diucapkan dengan kata-kata, karena itu dirasakan. Jadi, saat kita terus bertumbuh dalam Tuhan sehingga kita bisa face to face atau heart to heart, bisa pribadi ke pribadi dengan Tuhan; itu merupakan pengalaman yang luar biasa. Hal ini tidak dapat digantikan dengan memiliki jabatan gerejawi sebagai pendeta atau aktivis. Tetapi ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, melepaskan semua dosa dan ikatan percintaan dunia, segala kesenangan, semua ambisi, berusaha hidup suci, tak bercacat, tak bercela, menyediakan waktu untuk menyembah Tuhan, berfokus hanya kepada Tuhan dalam hidup ini, maka kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Perjumpaan dengan Tuhan itulah yang dapat membuat kita lebih mengoreksi diri kita, kalau-kalau ada yang salah dalam hidup kita. Disadari atau tidak, itu adalah suasana yang mendekati dengan suasana perjumpaan dengan Tuhan, muka dengan muka nanti di pengadilan takhta Kristus. Kita akan menghadap Tuhan Yesus, dan kita akan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan. Bagaimana suasana perjumpaan itu bisa kita alami? Paling tidak, sebagian dalam hidup kita hari ini, buah atau hasil pencarian akan Allah. Jadi, kita bisa benar-benar memperlakukan Allah sebagai Pribadi yang hidup, bukan dalam khazanah teologi atau pengetahuan. Ini memang tidak bisa dijelaskan secara lengkap, mengingat betapa pribadinya perjumpaan seseorang dengan Tuhan. Tetapi seperti kita bertemu dengan orangtua kita muka dengan muka, bertemu dengan pasangan hidup kita, bertemu dengan teman, bagaimana kita memiliki perjumpaan dengan pribadi-pribadi di sekitar kita; kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Allah yang tidak kelihatan.
Kalau dulu kita pernah sesat atau menyimpang karena begitu mengandalkan pengetahuan teologi, berdoa kepada bayang-bayang, kepada fantasi Allah di dalam pikiran—dimana doanya bisa lancar dan bagus, tetapi tidak ada perjumpaan dengan Allah secara pribadi—maka sekarang Tuhan mau kita mengalami perjumpaan dengan Dia secara pribadi. Perjumpaan itu membuat kita bisa merasakan sebagian suasana dimana nanti kita menghadap takhta pengadilan Kristus. Oleh karenanya, perjumpaan ini dapat dikatakan sebagai bekal untuk masuk dalam kekekalan yang dengannya kita merasakan suasana perjumpaan dengan Allah.
Ketika kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, melepaskan semua dosa dan ikatan percintaan dunia, segala kesenangan, semua ambisi, berusaha hidup sucim tak bercacatm tak bercela, menyediakan waktu untuk menyembah Tuhan, berfokus hanya kepada Tuhan dalam hidup ini, maka kita bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan.