Kesempatan untuk mengalami perubahan kodrat sungguh hal yang mahal. Hal ini tidak diberikan kepada semua orang, dan Bapa sangat mengingini orang-orang yang menjadi umat pilihan dapat menempuh perubahan kodrat. Bukan perubahan dalam hitungan tahun, namun seharusnya bisa dalam hitungan detik, menit, dan jam di setiap peristiwa kehidupan yang kita jalani. Dulu kita berkata, “Tuhan, bentuk aku Tuhan. Aku mau dewasa, aku mau sempurna, Tuhan.” Kita yakin ada saatnya—nanti, suatu saat—kita akan mencapainya. Tetapi kita tidak serius betul-betul memperhatikan proses-prosesnya. Kalau dulu kita memperhatikan juga, tetapi hitungan tahun, mungkin. Ketika pada akhir tahun kita merayakan tutup tahun, kita baru merefleksi kejadian dalam tahun yang akan segera kita tinggalkan.
Sejujurnya, pasti ada—bahkan banyak hal yang terlewat. Sejatinya, kalau kita serius, maka hitungannya sudah bukan lagi tahun, bulan, minggu, ataupun hari, melainkan dari jam ke jam. Kalau kita berusaha untuk meningkatkan sesuatu—kesehatan, ekonomi, kesejahteraan keluarga dan lain sebagainya—mengapa kita tidak meningkatkan kedewasaan rohani kita? Jadi, kita harus meningkatkan kehausan kita akan kebenaran. Hati kita harus dibuat membara kepada Tuhan, dan Tuhan pasti akan merespons kita. Maka, kita harus berkomitmen untuk hidup benar dan sangat serius dalam mengubah diri sesuai tuntunan Roh Kudus.
Misalnya, kita bisa lari 10 km/jam. Namun Tuhan berkata, “Ayo, lebih cepat lagi. Kamu bisa, 20 km/jam.” Kita masih santai dan berlama-lama, maka Tuhan kembali berkata, “Cepat!” Bahkan, kadang-kadang Tuhan menjatuhkan “bom” agar kita sadar dan mau merespons dengan benar perintah atau kehendak Tuhan tersebut. Allah bekerja dalam segala hal, tetapi respons kita ikut menentukan. Kita sering menghadapi persoalan—yang sejatinya di dalamnya Tuhan mau memproses kita menjadi dewasa—tetapi kita bersungut-sungut dan marah.
Memang di satu sisi, kita mengasihi Tuhan juga. Tetapi, karena kita tidak sungguh-sungguh mau bertumbuh, akhirnya kita tidak bertumbuh. Kita harus berubah; cara berpikir kita harus berubah. Allah ingin melahirkan kita, tetapi bukan dengan cara ajaib, melainkan dengan perjuangan. Maka, untuk memiliki gen ilahi, kita harus berjuang menanggalkan manusia lama. Sebenarnya, Tuhan juga sudah mengisyaratkan hal ini: “Berjuanglah! Banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Hal itu sudah diisyaratkan oleh Tuhan. Apalagi di akhir zaman diingatkan, “Kalau Anak Manusia itu datang, apakah Dia mendapati iman di bumi?”
Allah tidak menginginkan seorang pun binasa. Apalagi bagi kita yang sudah dipilih sebelum dunia dijadikan. Dipilih, bukan berarti langsung masuk surga. Dipilih menjadi anak-anak Allah, itu hak bebasnya Tuhan. Namun, harus diproses. Maka di Efesus 1:4-5 dikatakan, “Sebab di dalam Dia, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih, Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.”
Tuhan memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita menjadi anak-anak Allah. Umat yang dipilih adalah kita, dan yang ditentukan adalah standarnya. Maka di Efesus 4:20-24 dikatakan, “Tetapi kamu bukan demikian. Kamu telah belajar mengenal Kristus. Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”
Siapa yang menanggalkan manusia lama? Tentulah kita sendiri. Tuhan pasti akan menolong kita melalui tuntunan Roh Kudus untuk memproses kita. Sehingga pada akhirnya, kesucian itu merupakan kerjasama kita dengan Roh Kudus. Tanpa Roh Kudus, memang kita tidak bisa berbuat apa-apa. Tetapi kalau kita tidak merespons pekerjaan Roh Kudus, kita juga tidak akan sampai pada kesucian seperti yang Allah kehendaki. Dan kita harus mulai hari ini—sekarang—mengubah sikap kita. Jangan menunda! Kita mungkin tidak punya kesempatan lagi, atau kita sudah tidak bisa diubah.
Kobarkan kasih kita kepada Tuhan, sebab hanya kita yang bisa mengobarkan ini. Katakan kepada Tuhan, “Tuhan, aku mengasihi Engkau Tuhan. Aku memilih mengasihi Engkau, Tuhan.” Pertahankan cinta kasih kita! Buatlah membara terus, sehingga kita dapat merasakan kehausan akan Allah, kehausan akan kebenaran. Dan kita pasti dipuaskan oleh Tuhan. Bagi kita yang mengasihi Tuhan, maka Ia akan membentuk kita sampai kodrat dosa kita berubah menjadi kodrat ilahi.
Kita harus berjuang menanggalkan manusia lama.
Sebab Allah ingin melahirkan kita, tetapi bukan dengan cara ajaib, melainkan dengan perjuangan.