Skip to content

Perjuangan dalam Pendamaian

Suatu hari nanti ada orang-orang yang sangat menyesal dalam ketakutan dan kegentaran yang hebat karena mereka tidak pernah bisa bertemu dengan Bapa di surga. Mereka tidak diperkenakan masuk ke dalam Rumah Bapa. Pada waktu itu mereka baru menyadari betapa singkatnya hidup di bumi ini dan betapa tidak berartinya segala sesuatu yang diperjuangkan untuk diperoleh dan dimiliki selama hidup di dunia yang fana ini. Pada waktu itu orang juga baru menyadari betapa jahat dan liciknya kuasa kegelapan yang telah berhasil menipu dirinya. Orang-orang yang telah tertipu tersebut sangat menyesal karena selama hidup di dunia menganggap Tuhan   bukan sesuatu yang bernilai tinggi. Sebaliknya, menganggap dunia sebagai sesuatu yang dapat memberi kebahagiaan. 

Di hadapan takhta pengadilan Kristus, tidak ada orang yang dapat membanggakan diri atau menjadi sombong. Selama di bumi ini seseorang bisa membusungkan dada, dan merasa dirinya kuat atau merasa tidak membutuhkan Allah. Orang-orang seperti ini mengandalkan kekuatan uang atau kekayaan dunia, yang semua itu dikatakan oleh Firman Tuhan sebagai mamon yang tidak jujur. Mamon yang tidak jujur artinya sesuatu yang menipu (Luk. 16:9-10). Kuasa kegelapan menggunakan uang atau harta dunia ini sebagai umpan untuk menipu atau memperdaya manusia agar dapat menggiringnya masuk ke dalam kegelapan abadi. Orang-orang yang mengandalkan uang atau harta dunia adalah orang-orang yang tidak mungkin berjalan dengan Allah. Mereka mengeliminasi Allah dari hidup mereka. Semua waktu dan kesempatan yang mereka miliki hanya mereka gunakan untuk mencari kesenangan diri sendiri tanpa persekutuan dengan Allah.

Oleh sebab itu, kesempatan yang masih ada untuk berjalan dengan Allah hendaknya tidak disia-siakan. Kesempatan yang Tuhan berikan adalah kesempatan yang tidak bisa dibeli. Diberikan oleh Allah sebagai anugerah. Nanti, kalau sudah meninggal dunia, di hadapan pengadilan Tuhan, tidak ada kesempatan lagi untuk berdamai dan berjalan dengan Allah. Kita tidak boleh disesatkan oleh doktrin yang mengisyaratkan atau mengesankan bahwa kalau Yesus sudah mati di kayu salib bagi kita, maka semua sudah selesai di kayu salib, tidak dibutuhkan respons kita sama sekali. Diajarkan oleh mereka bahwa kurban Yesus sudah mendamaikan kita dengan Allah, dan jika kita telah diperdamaikan dengan Allah, maka tidak perlu ada usaha apa pun dari pihak kita untuk mengisi perdamaian itu. Memang ada bagian yang sudah selesai di kayu salib, yaitu yang menjadi tanggung jawab Yesus di hadapan Bapa, tetapi bagian kita belum selesai.

Kematian Yesus di kayu salib memperdamaikan kita dengan Allah Bapa, tetapi hal itu tidak otomatis membuat kita sudah benar-benar berkeadaan berdamai dengan Allah secara ideal, yaitu hidup berjalan dengan Allah. Ada tanggung jawab bagi orang percaya untuk bertumbuh dalam kedewasaan rohani agar bisa berdamai dengan Allah secara benar atau berjalan dengan Allah secara ideal sesuai dengan kehendak Allah. Dalam hal ini ada tanggung jawab yang harus kita penuhi sebagai umat pilihan. Itulah sebabnya Yesus memberi mandat agar semua bangsa dimuridkan; artinya agar orang percaya di ajar untuk menjadi manusia sesuai dengan rancangan semula agar bisa bersekutu dengan Allah yang Mahakudus.

Karena merasa sudah berdamai dengan Allah dan berkeyakinan bahwa dirinya pasti sudah menjadi anak-anak Allah, dan meyakini kalau meninggal dunia nanti pasti boleh masuk surga, maka banyak orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh berjuang untuk bertumbuh menjadi anak-anak Allah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar (Flp. 2:12). Mereka menganggap bahwa keselamatan itu mudah dan sudah terjadi atau berlangsung secara otomatis ketika mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dengan mulut dan pikirannya. Padahal, pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat harus diterjemahkan di dalam perilaku secara konkret, seperti   kehidupan yang dijalani oleh Yesus, yaitu melakukan kehendak Bapa. Karena hal ini, maka banyak orang Kristen yang nanti akan ditolak oleh Tuhan, sebab mereka tidak melakukan kehendak Bapa (Mat. 7:21-23).

Keadaan orang-orang Kristen yang sangat berbahaya ini tidak disadari oleh mereka, sebab mereka tidak mendapat pengajaran yang benar. Mereka telah diparkir oleh gereja dan para teolog di dunia ini dalam ketenangan semu. Dengan pengetahuan doktrin mengenai keselamatan dan berbagai doktrin lain, mereka sudah merasa diri sebagai umat Allah yang sudah selamat, padahal sesungguhnya mereka orang-orang yang hanya memiliki pengetahuan tentang keselamatan, tetapi mereka sendiri belum mengalami dan belum memiliki keselamatan itu. Inilah kekristenan di atas kertas, bukan kekristenan dalam kenyataan hidup. Biasanya ciri orang-orang Kristen seperti ini salah satunya hanya sibuk mempersoalkan doktrin, tetapi tidak sungguh-sungguh menguji diri mereka apakah mereka sudah benar-benar serupa dengan Yesus. Kalau pembicara-pembicara di mimbar hanya mengkhotbahkan teori belaka, maka kehidupan Kristiani jemaat yang mendengar mereka menjadi palsu semata-mata.