Banyak orang Kristen berbicara tentang Tuhan, mengenai Yesus, tetapi tidak pernah menemukan Dia. Mereka hanya merasa bertemu di dalam fantasinya melalui khotbah, buku-buku yang dibaca, atau melalui pendidikan Sekolah Tinggi Teologi. Hal ini sudah menjadi penyakit banyak orang Kristen, aktivis, bahkan pendeta. Temuilah Tuhan secara langsung, karena Allah itu hidup. Perkarakan masalah kita di hadapan Tuhan terus-menerus, sampai kita benar-benar mengerti apa maksud Tuhan di balik semua peristiwa yang kita alami. Jadi jangan kita memaksakan diri atau kehendak kita untuk segera bisa keluar dari masalah. Justru kita harus menemukan hikmat atau pelajaran rohani yang kita bisa timba, boleh kita terima dari persoalan yang dihadapi.
Ada orang-orang yang memang diizinkan bangkrut. Sebab kalau tidak bangkrut, malah berbahaya. Dia bisa menjadi sombong, sewenang-wenang terhadap orang lain. Jangan sampai kita masuk neraka gara-gara kita tidak pernah bangkrut. Memang idealnya, mestinya kita tidak perlu mengalami kebangkrutan secara bisnis atau keuangan. Kalau kita bisa dinasihati Tuhan dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dibentuk lewat suara Tuhan melalui khotbah, melalui nurani, maka Tuhan tidak perlu “menghajar” kita atau memberi pelajaran kepada kita melalui persoalan hidup yang berat.
Sebenarnya, banyak kejadian yang menyakitkan itu merupakan peringatan Tuhan bagi kita. Maka ada orang yang berkata begini, “Saya ini tidak punya salah, Pak Pendeta. Dari kecil, saya sudah ke gereja. Saya baik-baik jadi orang Kristen. Anak-anak saya pun juga saya bimbing untuk ke gereja, Pak. Mengapa Tuhan menimpakan persoalan ini?” Tuhan itu tahu. Kita mestinya bertumbuh menjadi manusia yang agung di mata Allah, sesuai rancangan Allah atau sesuai dengan rencana Allah. Kita merasa sudah menjadi Kristen yang baik, tetapi kita tidak bertumbuh sebagaimana mestinya kita bertumbuh.
Nanti di kekekalan, kalau kita bertemu dengan Tuhan, kita akan sangat menyesal. Sebab kita baru menyadari betapa agung dan mulianya Tuhan. Dan ada orang-orang yang layak dimuliakan bersama dengan Yesus. Ketika kita melihat keagungan Tuhan, kita baru tahu bahwa orang-orang yang layak dimuliakan, haruslah orang-orang yang juga agung. Dalam perjalanan hidup, kita tidak bertumbuh secara normal, tidak growing secara proporsional. Lalu, apa yang terjadi? Kita harus dikejutkan oleh masalah, supaya memandang Tuhan dan menjadikan Dia sebagai tujuan hidup kita.
Sayangnya, banyak orang Kristen yang kadang-kadang dijelaskan juga tidak mau mengerti, malahan berkata, “Apa salahku sampai aku harus mengalami keadaan ini?” Mungkin memang tidak salah. Tetapi, tidak salah menurut dirinya sendiri. Sedangkan di mata Tuhan, orang itu tidak bertumbuh. Sementara, kesempatan hidup hanya satu kali di dunia ini. Tuhan mau menghindarkan kita dari penyesalan di kekekalan, maka Tuhan mengejutkan kita dengan peristiwa-peristiwa hidup yang mestinya membuat kita sadar. Tetapi banyak orang Kristen yang tidak mau mengerti. Ia tenggelam dalam masalah dan kalaupun berurusan dengan Allah, hanya karena mau dibebaskan, dilepaskan dari masalah yang dihadapi.
Padahal, masalah yang terbesar itu bukan masalah itu sendiri. Masalah terbesarnya yaitu di kekekalan. Semua kita adalah pewaris-pewaris Kerajaan Surga. Bersyukur kalau Tuhan memperlakukan kita seperti yang sekarang kita alami. Sekarang mungkin kita merasa kesepian karena belum menikah, atau mungkin merasa kurang normal, tetapi kalau kita hidup benar-benar melakukan Firman Tuhan, kita akan merasa bahwa tidak menikah itu, tidak menjadi masalah. Bukan masalah sama sekali. Bahkan sebenarnya lebih baik tidak menikah, daripada menikah lalu bertemu orang yang salah. Sebab itu hanya akan berakhir dengan penyesalan dan penderitaan.
Kita akan “diperbudak” oleh pasangan, dikuasai kuasa gelap, sehingga kita justru terhanyut dalam kehidupan yang merenggut kemanusiaan kita. Kita akan kehilangan kemanusiaan karena menikah dengan orang yang salah. Tetapi apa pun keadaan kita, mestinya itu di dalam kehendak Allah. Menikah atau tidak menikah, itu di dalam kehendak Allah. Jadi kalau kita belum atau tidak menikah, jangan merasa kurang lengkap. Jangan melecehkan Tuhan dengan pikiran yang demikian. Kita bisa menjadi kekasih Tuhan. Hal itu indah sekali. Lebih indah daripada menikah atau memiliki kebahagiaan dunia ini.
Tuhan mau menghindarkan kita dari penyesalan di kekekalan, maka Tuhan mengejutkan kita dengan peristiwa-peristiwa hidup yang mestinya membuat kita sadar.