Banyak orang Kristen berpikir bahwa kematian Tuhan Yesus di kayu salib menghindarkan manusia dari tanggung jawab, seakan-akan anugerah mengubah kehidupan ini menjadi serba gratis. Padahal justru sebaliknya, anugerah menempatkan manusia sebagai mahkluk yang bertanggung jawab. Anugerah menempatkan orang percaya untuk hidup sebagai anak-anak Allah yang sempurna seperti Bapa di surga. Hal ini membuat perjalanan hidup orang percaya menjadi sangat berat. Tetapi ini adalah kesempatan yang sangat berharga untuk menjadi anak-anak Allah yang sah, yaitu menjadi manusia yang berkodrat ilahi. Bila kesempatan yang diberikan oleh Tuhan tidak digunakan dengan sebaik-baiknya, tidak ada lagi kesempatan untuk menjadi anak-anak Allah. Dalam hal ini, hendaknya kita tidak berpikir bahwa status anak Allah dapat melekat selamanya tanpa bisa ada perubahan. Anugerah untuk menjadi anak-anak Allah disediakan oleh Allah Bapa, tetapi respons seseorang juga menentukan apakah ia menerima anugerah tersebut atau menolaknya. Menyadari hal ini, betapa mahal kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita.
Karena tidak mengerti tanggung jawab sebagai umat pilihan ini, banyak orang Kristen dikendalikan oleh keinginan-keinginan yang menguasai hidupnya yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Orang-orang seperti ini tidak menghadirkan Kerajaan Allah, tetapi kerajaannya sendiri. Banyak orang Kristen yang tidak mengerti tanggung jawab ini sehingga mereka hidup tanpa tujuan. Mereka mengisi hari hidupnya dengan segala kesibukan, tetapi tidak pernah mencari Tuhan dengan sungguh-sungguh. Karena sudah terlalu lama sesat, sebagian besar mereka sampai pada keadaan yang tidak bisa diubahkan. Bagi mereka, itulah tujuan hidup satu-satunya. Orientasi berpikir mereka hanya dunia hari ini, sekarang, di bumi ini. Fakta itu menunjukkan bahwa proyeksi hidup mereka belum ke Kerajaan Surga. Mereka masih mencintai dunia. Semua kegiatan mereka masih berorientasi pada kenyamanan hidup di bumi ini. Hidup mereka masih dibelenggu oleh banyak kesenangan-kesenangan yang tidak pernah habis. Sebenarnya, mereka adalah orang-orang yang tidak menghormati Tuhan secara pantas. Mereka menghargai harta dunia lebih dari Tuhan. Ini suatu tindakan tidak menghormati Allah. Tetapi, mereka merasa sudah menghormati Allah sebab mereka memuji dan menyembah Tuhan dengan nyanyian di gereja.
Sejak di bumi, orang percaya harus melatih untuk selalu menyukakan hati Bapa, sebab di Kerajaan Tuhan Yesus Kristus nanti, tidak boleh ada tindakan yang melukai hati Bapa sama sekali. Oleh karenanya, dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus mengajarkan pola hidup, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga” (Mat. 6:10). Doa Bapa Kami itu bukan hanya untuk diucapkan, melainkan untuk dilakukan. Sebelum seseorang masuk ke dalam pemerintahan Allah di langit baru dan bumi baru nanti, sejak sekarang di bumi harus sudah belajar menciptakan kehidupan yang hanya menyukakan hati Bapa. Dengan berusaha untuk hidup menyukakan hati Bapa, seseorang membangun kepastian apakah dirinya layak masuk Kerajaan Surga. Untuk membangun kepastian masuk surga, seseorang harus berjuang untuk bisa menemukan apakah dirinya sudah berkenan kepada Bapa atau belum.
Banyak orang Kristen yang kepastian masuk surganya hanya dibangun dari keyakinan, bukan dengan pengalaman berjalan dengan Allah. Mereka merasa yakin pasti masuk surga. Keyakinan mereka tidak dibangun dari realita kehidupan melakukan kehendak Allah, tetapi hanya sebuah keyakinan dalam pikiran. Keyakinan seperti itu tidak memiliki dasar yang kokoh dan riil, bisa menyesatkan dan menipu. Keyakinan harus dibangun di atas fakta kehidupan setiap hari, apakah seseeorang sungguh-sungguh telah melakukan kehendak Bapa atau belum. Kerajaan Allah hadir dalam hidup orang yang melakukan kehendak Bapa atau selalu menyukakan hati-Nya. Dalam hal ini, akan tampak sangat jelas mulai sekarang di bumi hari ini, apakah seseorang akan masuk ke dalam Kerajaan Surga atau tidak. Orang yang memiliki kepastian masuk surga adalah orang-orang yang menyerahkan wilayah pemerintahan hidupnya kepada Tuhan secara mutlak.
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka memiliki wilayah hidup yang harus ditundukkan kepada Tuhan. Di sinilah letak kebesaran manusia, dimana manusia diberi wilayah oleh Tuhan untuk dikuasai. Dalam kekuasaan atas wilayah tersebut, manusia hendaknya tetap menundukkan diri pada Tuhan sebagai Tuan atas wilayah hidupnya walau ia bisa saja menguasai wilayahnya sendiri tanpa menundukkan diri kepada Tuhan. Dengan penundukan kepada Tuhan, seseorang tidak berdaulat sendiri. Ia tunduk kepada kedaulatan pemerintahan Allah yang ada di atasnya. Pada dasarnya, wilayah yang dikuasai adalah bagian dari kekuasaan Allah sebagai Raja di atas segalanya. Banyak wilayah hidup orang Kristen yang terpisah dari pemerintah pusat Kerajaan Surga. Sesungguhnya, mereka menjadi raja-raja kecil tanpa tunduk kepada kedaulatan Tuhan. Dalam pemerintahan wilayah hidup, seharusnya orang percaya hanya melaksanakan kehendak Sang Maharaja.