Kita harus sungguh-sungguh memperjuangkan agar kita menjadi bagian dari umat yang disisakan, artinya umat yang di akhir zaman ini dijumpai oleh Allah, ditemukan oleh Bapa sebagai anak-anak Allah yang berkenan kepada-Nya. Dalam Lukas 18:8, Yesus berkata, “Jika Anak Manusia datang di bumi, apakah Ia mendapati iman di bumi?” Ini berarti, langkah orang menjadi manusia yang berkenan di hadapan Allah merupakan langkah yang hampir-hampir tidak ada. Sekaligus ucapan ini merupakan peringatan yang memuat ancaman bahwa betapa rawannya dunia akhir zaman ini terhadap iman Kristen. Ibarat orang berjalan di lumpur, lumpurnya makin pekat. Ibarat berjalan dalam badai, tiupan badainya lebih keras. Jadi, sedikit sekali orang yang akan tetap bertahan sampai akhir.
Dari dulu kita mendengar bahwa kita, orang Kristen, dibawa pada masa penuaian. Itu benar, ada masa penuaian di mana seperti gandum dituai, tetapi masa penuaian akan berhenti. Masa penuaian tidak akan berlanjut; masa penuaian akan diganti dengan masa penampian. Dan kita sekarang sedang memasuki masa penampian. Maka, orang tidak bisa hanya mau hangat, dia harus memilih: mau panas atau dingin. Dilihat dari satu aspek, artinya mau sungguh-sungguh, sungguh-sungguhlah. Kalau tidak, silakan tidak, karena kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kita semua harus sadar bahwa kita adalah orang-orang yang masuk masa penampian. Ada guncangan, sehingga kalau kita teguh berdiri, kita akan bertahan. Kita termasuk bukan hanya sebagai orang yang terpilih, tapi kita juga menjadi orang yang setia dan yang menang.
Khususnya bagi para hamba Tuhan, guncangan semakin keras dan akan bertambah keras. Apalagi hamba Tuhan yang punya komitmen untuk hidup suci, melayani dengan sungguh-sungguh, sebab itu berarti ancaman bagi kuasa kegelapan. Kita akan dimonitor, diikuti, dilihat kekurangan dan kelemahan kita, dan diguncang. Murid-murid Yesus pun diguncang. Yudas diguncang dan jatuh, Petrus juga diguncang. Yesus berkata, “Petrus, Iblis siap menampi kamu. Kalau kamu sudah kuat, sudah menang, maka kuatkan saudara-saudaramu.” Jadi, jangan merasa kita tidak ada dalam masa penampian ini.
Di luar pengetahuan dan pikiran kita yang wajar, kita bisa tidak menangkap bagaimana gerakan kuasa kegelapan menarik kita melalui banyak hal. Kuasa kegelapan berusaha menarik kita semua. Lihat orang-orang yang sekarang hidupnya suam-suam, merasa nyaman, padahal tanda-tanda zaman sudah jelas. Betapa tragisnya hidup ini dan akan disusul dengan banyak hal yang merupakan peringatan. Seakan-akan ada suara, “Mempelai datang! Mempelai datang! Songsonglah!” Jangan kita seperti lima gadis bodoh yang tidak memiliki persediaan minyak. Penuhi kewajiban kita sebagai orang tua terhadap anak-anak. Penuhi kewajiban kita sebagai anak-anak kepada orang tua. Penuhi kewajiban kita sebagai bagian dari masyarakat bangsa ini. Tapi di atas semuanya, persiapkan diri kita menjadi mempelai yang di dalam 2 Korintus 11:2-3 diistilahkan sebagai perawan suci.
Perawan suci artinya orang yang tidak ternoda oleh percintaan dunia dan dosa. Dan kita bisa berperkara dengan Tuhan, “Tuhan, aku sudah berusaha untuk hidup suci, apa yang masih salah? Tuhan, aku sudah berusaha untuk melepaskan semua kesenangan dunia dan ikatan dunia. Masih adakah yang membelenggu hatiku yang membuat Engkau tidak nyaman?” Perkarakan dengan Tuhan karena kita mau serius. Tuhan senang dengan anak-anak Allah yang serius berurusan dengan Dia. Jangan diam, jangan mengalir saja, lalu kita tidak memiliki keseriusan dengan Tuhan sehingga ketika kita diguncang, kita akan terlempar. Katakan kepada Tuhan bahwa kita tidak mau berbuat dosa sekecil apa pun, sehalus apa pun dosa itu. Karena kita tidak mau menyakiti, melukai hati Tuhan.
Jangan merasa sudah hebat karena kita adalah seorang pemimpin gereja, pemimpin organisasi Kristen, pemimpin sekolah. Kita harus membawa diri di hadapan Tuhan dan sungguh-sungguh mendengar apa yang Tuhan rasakan tentang diri kita, menangkap apa penilaian Allah terhadap kita sebelum waktu kita usai. Ini bukan berarti kita melupakan tanggung jawab sebagai ayah, suami, istri, orang tua, anak. Penuhi tanggung jawab, lalu carilah Tuhan dengan sungguh-sungguh. Kita harus memburu, mengejar Tuhan untuk menemukan hati dan perasaan-Nya. Kita harus terus memburu Tuhan sampai kita masuk kedalaman hati dan perasaan Tuhan. Kita mengerti apa penilaian-Nya terhadap kita. Apa yang dirasakan Tuhan terhadap kita, sampai kita benar-benar merasakan kegentaran terhadap Allah.
Pokoknya kita mau sempurna, didapati tak bercacat, tak bercela. Temui Tuhan, alami Tuhan, dan biar Tuhan menjamah hidup kita. Lebih dari kesukaan aktif di gereja, berkhotbah, menjadi pemimpin gereja, dan lain-lain, mari kita bersekutu dengan Tuhan, berjalan dengan Tuhan itu indah sekali, membangun kesucian. Ayo kita sungguh-sungguh hidup hanya untuk Tuhan, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan sesuatu yang lain, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.”