Skip to content

Pengharapan Kebangkitan

Saudaraku,

Pada dasarnya yang hendak dicapai oleh Tuhan Yesus dalam seluruh pengurbanan-Nya adalah Ia dibangkitkan dari antara orang mati. Kebangkitan-Nya membuktikan bahwa Ia taat kepada Bapa sampai mati (Flp. 2:8). Kalau Ia tidak taat, maka Ia tidak akan dibangkitkan (Ibr. 5:7). Kalau Tuhan Yesus tidak bangkit berarti tidak akan ada kebangkitan orang mati. Dengan demikian sia-sia kita memercayai Tuhan Yesus (1Kor. 15:16-17). Itu juga berarti Tuhan Yesus gagal menjadi Juru Selamat. Kalau Ia gagal menjadi Juru Selamat, maka pemerintahan dunia ini dan surga tidak ada dalam tangan Tuhan Yesus, tetapi di tangan Iblis atau Lusifer yang jatuh.

Dan Tuhan Yesus tidak bisa berkata bahwa segala kuasa di surga dan di bumi ada di tangan-Nya. Tuhan Yesus tidak bisa mengklaim diri-Nya sebagai Bintang Timur yang gilang gemilang.  Inilah sebenarnya yang dicita-citakan oleh Lusifer yang jatuh, ia menjadi kepala pemerintahan seperti Tuhan. Ia ingin menyamai yang Maha Tinggi. Ia ingin mengatasi segala bintang. Terpujilah nama Tuhan. Tuhan Yesus telah memperjuangkan adanya kebangkitan itu dengan ketaatan-Nya sepenuh kepada Allah Bapa. Jadi harga kebangkitan Tuhan Yesus adalah ketaatan-Nya kepada Bapa.

Dalam hal ini, Tuhan Yesus harus memperoleh atau “membeli” kebangkitan tersebut dengan ketaatan yang sempurna kepada Allah Bapa. Tentu saja kebangkitan adalah nilai yang sangat tinggi bagi Tuhan Yesus, sebab Ia memperjuangkan itu dengan memberi nyawa-Nya dan dalam doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan (Ibr 5:17). Jika demikian, maka seharusnya kita juga menghargai kebangkitan dan memperlakukannya sebagai harta abadi yang tidak ternilai. Adalah aneh kalau ada orang Kristen yang tidak merindukan kebangkitan dan menganggapnya bukan sesuatu yang penting.

Dalam Perjanjian Baru, justru nampak bahwa kebangkitan adalah salah satu pokok pengajaran yang sangat penting. Tetapi banyak orang Kristen yang sama sekali tidak pernah berpikir mengenai kebangkitan. Mengapa bisa demikian? Jawabnya adalah karena orang Kristen sudah menjadi sangat duniawi dan tidak mengerti kebenaran. Sehingga filosofinya seperti orang yang tidak mengenal Allah, yaitu kehidupan hari ini semata-mata (makan dan minum). Mereka bukan menghadirkan pemerintahan Allah (Kerajaan Surga), melainkan pemerintahan setan yang difasilitasi oleh kekayaan dunia atau materi di bumi ini.

Saudaraku,

Jika tidak ada kebangkitan berarti tidak ada manusia yang  hidup. Tidak ada manusia yang berdaging secara fisik seperti rencana semula Allah menciptakan manusia menurut rupa dan gambar-Nya yang terbuat dari debu tanah (Kej. 1:26-27; 2:7). Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan yang diperagakan berkata, Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk. 24:39). Tubuh kebangkitan diperagakan oleh Tuhan Yesus sebagai tubuh fisik atau daging yang dapat disentuh dan bisa berinteraksi dengan alam fisik dunia materi. Ia juga makan dan minum setelah kebangkitan-Nya. Ia tidak berubah jadi hantu atau roh.

Dalam hal ini kita memperoleh kesimpulan  betapa berharganya sebenarnya alam materi ini, sebab semua diciptakan sungguh amat baik untuk dinikmati oleh daging atau tubuh fisik (Kej. 1:31). Jadi, keliru sekali kalau orang memandang alam materi itu jahat sebab alam materi diciptakan Tuhan untuk dinikmati. Surga adalah alam materi. Kita tidak menjadikan materi di bumi ini menjadi tujuan. Tujuan hidup kita adalah materi di langit baru dan bumi yang baru.

Kalau Tuhan Yesus tidak dibangkitkan, maka rencana Allah menciptakan makhluk manusia dari debu tanah menjadi gagal total. Inilah yang diusahakan oleh Lusifer yang jatuh, merusak tatanan dan rencana Allah. Ini berarti rencana Allah menciptakan bumi yang sempurna secara fisik menjadi gagal. Ia tidak bisa menjadi Allah orang hidup, sebab tidak ada manusia yang hidup. Padahal Ia bukan Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup (Mat. 22:32; Mar. 12:27; Luk. 20:38). Dengan kebangkitan Tuhan Yesus, manusia memiliki pengharapan kebangkitan dari antara orang mati. Inilah yang seharusnya membahagiakan hati kita, yang oleh karenanya kebangkitan Tuhan Yesus dirayakan, sebab kita diingatkan bahwa kita memiliki hidup yang penuh pengharapan.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Dengan kebangkitan Tuhan Yesus, manusia memiliki pengharapan kebangkitan dari antara orang mati.