Setiap kita sebagai orang percaya, memiliki hak yang sama untuk mengalami Allah secara berlimpah. Allah adalah Allah yang hidup, berkenan berurusan dengan setiap orang percaya yang sungguh-sungguh mencari Dia. Pengalaman dengan Allah adalah pengalaman dalam memperoleh penggarapan Allah yang berkenaan dengan pemenuhan rencana-Nya dalam hidup masing-masing individu agar bertumbuh dewasa menjadi serupa dengan Yesus. Pengalaman dengan Allah seperti ini adalah pengalaman yang berkualitas. Allah menyediakan pengalaman seperti ini secara limpah dan tidak terbatas bagi setiap orang percaya. Ini berarti kesempatan untuk menjadi sempurna seperti Bapa atau serupa dengan Yesus merupakan keniscayaan dan terbuka lebar-lebar.
Kalau pengalaman dengan Allah hanya menyangkut pertolongan Tuhan berkenaan dengan pemeliharaan atas kebutuhan jasmani, hal tersebut belumlah berarti. Yang berarti adalah penggarapan Allah dalam mempersiapkan orang percaya agar dapat dimuliakan bersama dengan Tuhan Yesus. Terkait dengan hal ini, kita tidak perlu merasa kecil hati jika tidak memiliki pengalaman spektakuler seperti yang dialami orang-orang tertentu, sebab yang penting adalah pengalaman yang mendewasakan rohani. Sebaliknya, orang percaya hendaknya tidak merasa bangga jika memiliki pengalaman yang spektakuler berkenaan dengan mukjizat, sebab hal itu bukanlah ukuran kedewasaan rohani. Ukuran kedewasaan rohani bukanlah karunia, melainkan buah Roh. Oleh sebab itu, yang harus diupayakan haruslah buah Roh, bukan karunia Roh.
Pemeliharaan Allah atas kehidupan jasmani juga dialami oleh semua manusia. Allah adalah Allah yang setia yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Berarti, Allah memelihara kehidupan jagat raya beserta semua makhluk hidup di dalamnya, dengan seluruh tatanannya. Orang percaya dapat memiliki pengalaman eksklusif dengan Bapa dalam rangka penggarapan Bapa atas anak-anak-Nya supaya mengambil bagian dalam kekudusan-Nya, dan mengenakan kodrat Ilahi (Ibr. 12:9-10; 2Ptr. 2:3-4). Pengalaman dengan Bapa harus dialami setiap orang percaya sebagai persiapan untuk masuk Rumah Bapa. Rumah Bapa adalah rumah orang percaya; dunia ini bukanlah rumah orang percaya.
Memiliki pengalaman yang eksklusif dengan Bapa dalam penggarapan-Nya adalah anugerah yang luar biasa yang hanya dialami orang percaya sebagai umat pilihan. Tidak semua manusia memiliki hak dan kesempatan yang luar biasa ini. Ini adalah hak istimewa yang tidak boleh digantikan dengan kesibukan dan kepentingan apa pun. Penggantian tersebut merupakan penyimpangan yang sering dianggap tidak merugikan dan tidak membahayakan, padahal itu sangat membahayakan dan bisa mengarahkan orang Kristen kepada kebinasaan. Kuasa gelap berusaha agar orang Kristen memiliki banyak keinginan sehingga tidak mempersoalkan mengenai pertumbuhan kedewasaan rohani yang mempersiapkan dirinya kepada kekekalan yang indah.
Banyak orang Kristen menganggap bahwa menggantikan pengalaman dengan Tuhan dengan kesibukan-kesibukan tertentu sebagai selingan sesaat adalah sesuatu yang tidak membahayakan. Biasanya, mereka berpikir bahwa karena masih hidup di dunia, maka hendaknya tidak perlu terlalu fanatik membicarakan kehidupan di balik kubur. Biasanya, mereka juga memandang orang yang suka membicarakan kehidupan di balik kubur itu tidak realistis dan antisosial. Padahal, kalau seseorang fokus ke langit baru bumi baru, ia akan berusaha memenuhi bagiannya selama hidup di dunia, yaitu menjadi berkat bagi sesama. Justru orang yang tidak fokus pada dunia yang akan datang, yaitu yang menganggap hidup di dunia ini harus dinikmati sebanyak-banyaknya, akan menjadi egois dan antisosial.
Sebenarnya, merupakan tindakan membuang sesuatu yang sangat berharga dalam hidup ini, kalau seseorang mengarahkan perhatiannya kepada perkara-perkara di dunia ini dan tidak fokus kepada kekekalan. Dengan berbagai kesenangan, perhatian banyak orang Kristen terfokus kepada banyak objek, sehingga tidak fokus dengan benar kepada Kerajaan Surga. Demikianlah fakta yang tidak terbantahkan. banyak terjadi dalam kehidupan orang Kristen, dimana potensi terbaik mereka malah digunakan untuk mengumpulkan harta dunia. sedangkan potensi yang kurang baik barulah digunakan untuk Tuhan. Potensi terbaik yang dimiliki yang seharusnya digunakan untuk berurusan dengan Allah, disalurkan kepada yang lain. Sebagai akibatnya, banyak kesempatan besar berlalu sia-sia. Banyak berkat rohani sebagai persiapan kekekalan terbuang sia-sia. Banyak orang Kristen menuntut yang terbaik dari Tuhan untuk dirinya, tetapi tidak memberi yang terbaik bagi Tuhan. Orang-orang seperti ini berurusan dengan Tuhan bukan untuk memberi perhatian kepada maksud Tuhan dalam keselamatan, melainkan menginginkan Tuhan memperhatikan maksud dan keinginan-keinginan dirinya. Mereka tidak mengabdi kepada Tuhan, tetapi berharap Tuhan mengabdi kepadanya. Kebiasaan mengganti hal berurusan dengan Tuhan dengan hal lain, membuat seseorang membangun sikap tidak menghargai Tuhan. Sebenarnya, hal ini bisa dikategorikan sebagai penghinaan kepada Tuhan.