Skip to content

Pemeliharaan Bapa

Saudaraku,

Kalau orang percaya sungguh-sungguh menghayati keberadaannya sebagai anak-anak Allah, maka ia akan terbebas dari belenggu perasaan negatif, yaitu ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi hidup dengan berbagai persoalannya. Kalau orang tua di dunia ini saja begitu memperhatikan kehidupan anak-anaknya, tentu Bapa di surga jauh lebih memperhatikan kehidupan anak-anak-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa Bapa tahu segala kebutuhan hidup anak-anak-Nya (Mat. 6:32). Ketika Tuhan mengatakan hal ini, Ia sedang berbicara mengenai kekhawatiran (Mat. 6:25-31). 

Tuhan menyatakan bahwa orang percaya tidak perlu khawatir mengenai apa yang dimakan dan dipakai. Pernyataan Tuhan Yesus ini menunjukkan bahwa Bapa sangat peduli terhadap pemenuhan kebutuhan jasmani. Namun demikian perlu ditambahkan bahwa sekalipun orang percaya tidak perlu khawatir, bukan berarti ia boleh hidup tidak bertanggung jawab. Orang percaya harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. Tuhan Yesus mengilustrasikan pernyataan-Nya ini dengan burung di udara sebagai burung yang terbang mencari makan. Walaupun burung tidak memiliki lumbung, tetapi akan selalu ada peluang untuk bisa menemukan nafkahnya (Mat. 6:26). 

Penjelasan tambahan ini untuk mengantisipasi kemungkinan kesalahapahaman, bahwa tanpa syarat Bapa akan memelihara orang percaya. Bapa menentukan tatanan bagi semua makhluk secara adil berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan jasmani ini (Mat. 5:45). Tuhan menyediakan berkat secara adil kepada semua makhluk. Kalau seseorang bekerja dengan baik, mkaa pasti ia akan menuai kelimpahan; tetapi kalau malas, maka ia tidak berhak memiliki kelimpahan. Jadi, kalau ada orang Kristen yang hidupnya selalu berkekurangan, harus diperiksa apakah ia sudah menjadi manusia yang bertanggung jawab atau belum. Bapa bukanlah pribadi yang jahat, yang memberkati orang yang tidak bertanggung jawab. Bapa menyediakan berkat bagi mereka yang bertanggung jawab. Kalau Bapa di surga memberkati orang Kristen yang malas dan tidak bertanggung jawab, maka berarti Bapa merusak etos kerja dan mental orang tersebut. Dalam hal ini orang malas yang tidak bertanggung jawab,  tidak pantas meminta dan menerima berkat Tuhan.

Ada pembicara-pembicara yang mengesankan bahwa Allah mengistimewakan anak-anak-Nya dalam masalah pemenuhan kebutuhan jasmani, bagaimanapun keadaan mental spiritual anak Tuhan tersebut. Dan agar berkat Tuhan dapat dicurahkan, maka peran pendeta atau hamba Tuhan ditampilkan. Sosok-sosok tersebut dianggap sebagai mediator yang baik. Secara langung atau terselubung, mereka memperkenalkan diri sebagai orang-orang istimewa yang dapat menjadi “distributor dan mediator” berkat Tuhan. Ditambah lagi dengan berbagai sarana untuk memperoleh berkat Tuhan, seperti minyak, sapu tangan pendeta, atau berbagai elemen lainnya. Praktik seperti ini adalah praktik ajaran yang tidak Alkitabiah. Sangat membahayakan iman Kristen yang murni dalam kehidupan umat. Penyimpangan ini merusak rencana Allah untuk menyelamatkan umat-Nya, yaitu mengembalikan manusia kepada rancangan-Nya semula.

Kalau kita melihat bangsa Israel diistimewakan Allah sedemikian rupa, hal itu terjadi karena bangsa itu memikul rencana Allah, yaitu menyimpan dokumen pengenalan akan Allah dan dari bangsa itu lahir Mesias. Di satu sisi mereka sangat diistimewakan Allah, tetapi di sisi lain jika mereka tidak dengar-dengaran, pukulan atas mereka pun juga dahsyat sekali. Orang percaya tidak boleh menyamakan diri dengan bangsa Israel. Fokus dan orientasi bangsa Israel adalah kehidupan di bumi ini, sedangkan fokus orang percaya adalah kesempurnaan karakter seperti Allah dan menujukan fokus pada dunia yang akan datang. Kalau orang Kristen menyamakan diri dengan bangsa Israel dalam seluruh aspeknya, maka orang Kristen gagal memahami rencana Allah dalam keselamatan melalui Tuhan Yesus Kristus. Bangsa Israel hanyalah alat dalam tangan Tuhan untuk menjadi sarana keselamatan bagi semua umat manusia.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Pemeliharaan Bapa yang sempurna bukanlah tanpa syarat,

sebab sekalipun orang percaya tidak perlu khawatir,

bukan berarti tidak bertanggung jawab.