Kalau kita tidak memiliki landasan kekristenan yang benar dan yang kokoh, maka kekristenan yang kita miliki itu rapuh, rentan. Namun demikianlah faktanya, bahwa banyak orang Kristen yang memeluk agama Kristen karena memang sudah menjadi orang Kristen sejak kecil atau menjadi orang Kristen keturunan, dan tidak sedikit juga karena pasangan hidup atau sekadar tertarik, berhubung ia mendapat bantuan dari orang Kristen atau memiliki pertemanan dengan orang Kristen. Seharusnya, kita menjadi Kristen karena kita benar-benar membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah jalan keselamatan satu-satunya. Keselamatan itu benar-benar dirasakan dan berdampak; yang tentu dampaknya atau buah dari hidup kekristenan itu adalah keberadaan kita yang tidak sama dengan orang yang tidak percaya Tuhan Yesus.
Sejatinya, dasar kekristenan kita bukan karena kita terlahir dari keluarga Kristen atau karena kita tertarik dengan kekristenan, atau menikah dengan orang Kristen. Melainkan karena kita benar-benar telah membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah jalan satu-satunya keselamatan. Pembuktian ini tidak hanya dengan pengertian di dalam nalar kita, di dalam pikiran kita, atau secara kognitif. Pembuktian ini harus dibangun dari pengalaman langsung dari kehidupan konkret dan kehidupan yang riil. Piciknya, banyak orang Kristen, ketika mereka merasa dengan memahami suatu doktrin yang dianggap benar, berarti mereka telah membuktikan kebenaran Allah. Sehingga, terjadi dualisme kehidupan: kehidupan beragama (pada waktu di gereja) dan segala kegiatan “rohani,” dan kehidupan keseharian yang seakan-akan bisa lepas dari Kerajaan Allah.
Kenyataan yang tidak bisa dibantah, perdebatan-perdebatan mengenai ajaran tidak membuat orang lain menjadi Kristen, tapi justru membuat hubungan menjadi disharmoni, dan tidak jarang meruncing menjadi permusuhan. Justru di sini kita gagal menjadi saksi. Sebab, menjadi saksi itu bukan melukai dengan perdebatan. Kita bisa menjelaskan mengenai iman Kristen kita dengan kata-kata santun, tanpa bernuansa berdebat yang melukai. Memang dalam situasi tertentu, kita harus memberi penjelasan dan mungkin orang terluka. Namun, bukan sengaja mau berdebat untuk menunjukkan “pengetahuannya” akan Allah. Seiring dengan dinamika hidup dan perubahan zaman yang semua kita alami, kita harus menemukan pesan-pesan Tuhan dalam menjawab setiap peristiwa yang hadir.
Pengalaman hidup bersama Tuhan bukan hanya soal mukjizat atau peristiwa-peristiwa spektakuler. Memang, ada orang-orang yang menjadi Kristen karena mengalami mukjizat, tapi jumlahnya tidak signifikan. Kalau kita membaca Alkitab, Tuhan Yesus membuat mukjizat supaya orang-orang Israel dapat mendengar Firman; karena Firman itu memerdekakan, bukan mukjizat yang memerdekakan. Ternyata, dalam agama lain pun, ada mukjizat-mukjizat semacam itu, dan mereka memaknainya sebagai tindakan allah mereka, sehingga mereka yakin bahwa agama mereka adalah agama yang paling benar. Perlu ditambahkan, bahwa kuasa gelap juga bisa membuat mukjizat dan menjawab kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan jasmani. Tetapi ada satu hal yang tidak bisa dilakukan oleh kuasa gelap. Satu hal ini yang akan membuat kita membuktikan Allah yang benar itu siapa. Apa itu? Mengalami perubahan kodrat.
Proses kehidupan dimana seseorang diubah menjadi seorang yang berkodrat ilahi adalah proses yang luar biasa. Ini adalah pengalaman penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Jangan disimpangkan dengan karunia-karunia yang pada intinya hanya karena mau memiliki pemenuhan atas kebutuhan jasmani, atau bisa berbangga diri dengan mukjizat. Pengalaman berjalan dengan Tuhan akan membuka pengertian kita untuk membuktikan siapa Allah yang benar, Juruselamat yang benar. Perubahan itu bukan hanya membuat kita jadi baik. Sebab, kalau baik, agama mana pun mengajarkan kebaikan, membuat orang bisa bermoral baik, santun, bahkan menakjubkan. Bisa membuat orang menjadi santun menurut hukum, saleh, dan benar-benar tampak rohani. Tetapi bagi orang percaya, kita diundang Tuhan untuk mengenakan kodrat ilahi (2Ptr. 1:3-4; Ibr. 12:9-10). Setiap hari Tuhan pasti menyediakan berkat rohani, yaitu proses pembentukan kita menjadi manusia yang berkodrat ilahi.
Kita akan menemukan kesaksian dalam batin bahwa Allah kita luar biasa. Hanya Dia Allah yang benar, Elohim Yahweh. Hanya Tuhan Yesus Kristus, satu-satunya Juruselamat yang membawa kita sampai kepada Bapa. Bagaimana membuktikannya? Temui Dia, alami Dia. Jangan hanya di pikiran dan di mulut. Kita harus dapat menangkap, menemukan penggarapan Allah dalam hidup kita. Kita harus merasa bahwa kita tidak punya apa-apa. Jadi, sehebat apa pun pengetahuan tentang Allah, setinggi apa pun gelar yang telah kita sandang, kita harus merasa benar-benar merasa miskin dan kosong di hadapan Allah, dan kita hanya benar-benar mau mengenal Dia. Hanya melalui sikap hati seperti ini, kita dapat menemukan Allah dalam rangka membentuk manusia ilahi.
Setiap hari Tuhan pasti menyediakan berkat rohani, yaitu proses pembentukan kita menjadi manusia yang berkodrat ilahi.