Yohanes 12:24, “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.”
Pasti kita semua rindu menjadi seseorang yang mengalami hidup yang baru; hidup yang dibaharui. Tetapi pernahkah kita jujur mengakui bahwa ternyata hidup yang dibaharui tersebut tidak berlangsung? Sejatinya, banyak yang tidak mengalami pembaruan hidup secara signifikan, namun mereka tidak peduli. Hidup ini adalah sebuah organisme, artinya entitas yang hidup yang harus mengalami revolusi atau perubahan terus-menerus. Tetapi banyak orang lebih peduli dengan jumlah uang depositonya, nama besar, dan hal-hal fana lainnya. Pembaruan hidup kita ini harus terus berlangsung atau terjadi sampai kita benar-benar mengalami kematian daging; menjadi manusia baru.
Hidup yang dibaharui oleh Tuhan, tentu tergantung juga respons dari setiap individu. Tidak ada respons, maka tidak ada pembaruan. Respons yang dimaksud misalnya menyediakan waktu mendengar firman, pergi ke gereja, berdoa, tidak lagi nonton yang tidak perlu ditonton, tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak takut akan Tuhan, dan lainnya. Dosa-dosa yang dulu kita lakukan, kita tinggalkan; dosa yang dulu kita nikmati, tidak lagi kita nikmati. Itu manusia lama yang kalau kita beri makan, akan semakin membuat kita kecanduan. Jadi, ketika kita menyadari hal-hal itu tidak berkenan di hadapan Tuhan, kita menyangkal diri, kita tidak mau melakukannya lagi. Transisi dari kebiasaan yang salah dan tidak lagi melakukan kebiasaan itu, menyakitkan.
Tapi, ingat, ada hitungan di atas kertas Tuhan. Kita harus masuk dimensi 3D: diam, diam, diam. Diam itu berkuasa. Nanti kita akan melihat bagaimana keadaan dikendalikan oleh Tuhan. Dulu maunya melawan atau membela diri. Tapi setelah belajar kebenaran ini, kita tidak melawan, tidak membela diri; kita diam saja. Maka, seperti biji gandum yang jatuh ke dalam tanah dan mati, kita matikan kedagingan kita. Tidak lagi menuruti hawa nafsu, kemarahan, kejengkelan, kecemburuan, kemarahan, dendam, pikiran zina, nafsu kuliner, dan sebagainya. Semua yang tidak proporsional, kita tolak, kita matikan.
Proses menjadi mati ini, tidak mudah. Banyak orang belum mati, merasa diri sudah mati. Baru setengah mati, jangan-jangan seperempat mati. Kalau ada kesempatan berbuat dosa atau berbuat salah, manusia lamanya bangkit lagi. Maka, jangan sampai kita memberi peluang manusia lama kita hidup. Sebagaimana slogan petugas pemadam kebakaran, “pantang pulang sebelum padam,” dipadamkan agar padam total. Jadi, pastikan bahwa manusia lama kita itu sudah padam total. Dan ini proses yang tidak mudah. Di tengah-tengah pencobaan dan godaan-godaan hidup, kita harus berjuang. Rahasianya: bertekun terus, jangan berhenti berusaha, jangan berhenti berjuang. Sampai nanti kita akan menemukan jalannya, bagaimana kita dapat mengisi hari hidup dengan benar.
Bersyukur kalau hari ini kita masih hidup. Banyak salah yang kita lakukan. Puji Tuhan, Tuhan memiliki kartu kuning yang banyak. Kalau kartu kuning Tuhan hanya satu atau dua, kita sudah tidak ada sekarang. Tuhan selalu memberikan peringatan. Dan setiap kartu kuning, itu ada disiplinnya. Jangan main-main. Sebab, luar biasa berharga dan mahalnya pelajaran yang Tuhan berikan. Maka kalau kita mau berbuah, manusia lama kita harus dimatikan. Jadi kalau seseorang sungguh-sungguh hidup kudus, hidup dalam ketaatan dan kepatuhan kepada Tuhan Yesus, tidak bisa tidak, dia akan menghasilkan buah.
Maka kita harus rela kehilangan kehidupan kita di bumi, rela kehilangan kesenangan-kesenangan dunia, demi supaya kita bisa masuk langit baru bumi baru dan menikmati kehidupan yang akan datang. Itulah sebabnya Yesus berkata, “kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Juga Kolose 3:1 mengatakan: “Carilah perkara yang di atas, bukan di bumi.” Jadi, memang orang percaya itu fokusnya harus langit baru bumi baru. Orang yang mau mencari kebahagiaan hari ini menurut versi anak dunia, dia kehilangan nyawa. Dia tidak akan memiliki kesempatan ada di langit baru bumi baru, menikmati kehidupan.
Namun ada kecenderungan kita menoleh ke belakang, mau menikmati kesenangan-kesenangan dunia yang dulu kita nikmati. Ingat, ada api-api kecil yang masih ada di bawah reruntuhan, yang itu bisa ditiup oleh dunia, oleh kuasa kegelapan supaya bisa membakar dan merajalela. Mengerikan. Maka firman Tuhan dalam Galatia 5:1 mengatakan, “supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.” Jangan mau terikat oleh kuk perhambaan lagi.
Pembaruan hidup kita ini harus terus berlangsung atau terjadi sampai kita benar-benar mengalami kematian daging; menjadi manusia baru.