Saudaraku,
Pencobaan apa yang Saudara alami? Saudara harus selesaikan, tanggulangi, dan menangkan dengan sikap hati sesuai dengan pikiran dan perasaan Allah. Ini sekolah kehidupan. Jika Saudara tidak mulai sekarang, Saudara meninggal dunia, Saudara tidak menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah. Ingat ini: kekristenan bukan bagian hidupmu, kekristenan itu seluruh hidupmu. Tidak boleh buat sambilan. Jangan dikurangi.
Firman Tuhan sudah mengingatkan, “Di mana ada hartamu, di situ hatimu berada;” “Carilah perkara yang di atas, bukan di bumi.” Jangan digantung; surga tidak, bumi tidak. “Kamu harus berjalan dalam terang,” terang standar Allah. Setan membunuh spirit, membunuh gairah dengan kebiasaan mengurangi dosis. Lalu metabolisme kehidupan rohani kita yang biasa mengonsumsi Firman yang dikurangi dosisnya, menjadi tidak sehat.
Padahal Kristen yang benar adalah serupa dengan Yesus. Bukan “sedikit serupa, sedikit tidak serupa.” Jangan dikurangi. Filipi 2 mengatakan, “memiliki pikiran dan perasaan Kristus … yang taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib.” Ini yang namanya ketaatan tidak bersyarat. Taat, apa pun keadaannya. Dari hal itu saja, jelas bahwa tidak bisa direduksi. Nanum karena kebiasaan selama puluhan tahun bahkan berabad-abad, kekristenan sibuk mendebatkan doktrin, sampai standar yang mesti harus dicapai, tidak dicapai.
Tuhan Yesus berkata, “kalau kamu berdoa, tutup pintu.” Kalau Tuhan Yesus memberi teladan untuk membuat dialog dengan Bapa, kita juga harus membuat dialog dengan Bapa setiap hari. Kenapa tidak mau sediakan waktu untuk duduk diam bertemu dengan Dia? Jangan tidak berubah. Kalau Anda tidak berubah, Anda selamanya akan tetap seperti ini dan binasa. Jangan direduksi. Dengan pengurangan dosis, terjadi pemalsuan. Personaliti, kepribadian masing-masing kita beda. Tetapi setiap orang harus memperkarakan ini di hadapan Tuhan, bergumul dalam pimpinan Roh Kudus. Sehingga kita menemukan bagaimana personaliti kita yang khas, yang tidak sama dengan siapa pun, tapi memiliki karakter Kristus di dalam hidup kita.
Dan Roh Kudus akan pimpin bagaimana kita harus menangani, menanggulangi, merespons dan bersikap terhadap setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita. Di situ keserupaan dengan Yesus, dapat kita temukan. Kita harus menemukan dinamika hidup kita yang khas. Dinamika seorang yang bergaul dengan Elohim YAHWEH sebagai Bapa; dinamika seorang Kristen yang bergaul dengan Yesus sebagai Guru; dinamika hidup orang percaya yang berinteraksi dengan Roh Kudus sebagai advokat atau pendamping. Dan itu harus merupakan pengalaman riil.
Kalau kita percaya Allah itu ada, Allah itu hidup, bukan hanya karena kita mendengar kata orang, membaca buku, ikut seminar, melainkan harus berangkat dari pengalaman hidup. Dari pengalaman hidup tersebut, terekstrak iman yang sejati. Sehingga orang akan bukan saja percaya Allah itu ada, melainkan juga mengerti dan mengalami bahwa Allah itu ada. Dan harganya seluruh kehidupan. Kalau ini dikurangi, kita tidak pernah bertemu dengan Tuhan. Kalau ini direduksi, dikurangi dosisnya, Anda tidak pernah mengalami Tuhan.
Kalau hal-hal rohani, kita harus utamakan, harus prioritaskan. Alami Tuhan, sehingga kita bisa memiliki sudut pandang kekekalan secara otomatis. Mulai menghayati “aku bukan makhluk fana, aku makhluk kekal. Aku bukan dari dunia ini, dunia bukan rumahku.” Kita bisa menghayatinya. Kalau kita tidak bertumbuh, kita tidak bisa menghayatinya, maka kita akan terikat dengan banyak kesenangan dunia. Dan setan menggiring ke api kekal. Jangan main-main dengan Tuhan. Jangan lawan Tuhan. Ketika engkau mengurangi dosis, engkau tidak meninggikan Dia. Dan itu berarti engkau melawan Tuhan dan itu bisa dikategorikan pemberontakan, bagi Saudara yang sudah saatnya dewasa. Jangan lewatkan hari ini karena hari ini adalah panggilan bagi Saudara untuk bertobat dan dibaharui.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Dengan pengurangan dosis, terjadi pemalsuan.