Skip to content

Padang Hijau Tak Bertepi

Tidak mudah memercayai Allah yang tidak kelihatan dan kadang seakan tidak ada. Bukan hanya pada zaman sekarang, rupanya sejak zaman Musa pun demikian. Ini sebuah warisan yang luar biasa dari jejak Allah yang luar biasa. Pada waktu itu, Firaun sendiri yang sudah menyaksikan tangan perkasa Elohim YAHWEH. Namun, tidak dipedulikan apalagi dipercayai oleh Firaun, karena Firaun punya urusan. Dia mau berjaya, negerinya mau besar, maka bangsa Israel diperbudak. Nyata-nyata tulah demi tulah diturunkan, tetapi Firaun masih menentang dan menantang Allah. 

Seandainya Firaun punya nurani yang baik dan berkata, “Musa, engkau benar, Allahmu lebih dari semua allah di Mesir. Saya mau ikut menyembah Allahmu. Bawalah umat Israel, umat Allahmu ini ke Sinai untuk beribadah lalu lanjutkanlah perjalanan ke Kanaan, negeri yang Allahmu Elohim YAHWEH telah janjikan,” maka kisahnya menjadi berbeda. Firaun dan anak-anaknya serta seluruh tentara Mesir akan selamat. Namun, ia bisa begitu jahat, begitu bengis, dan tidak percaya. 

Namun, rupanya bukan hanya Firaun, bangsa Israel pun pernah meragukan Allah. Pada waktu itu mereka ada di tepi Laut Teberau atau Laut Kolsom dan mereka sudah menyaksikan bagaimana Allah hadir, tangan-Nya turun yang membuat mereka bisa keluar berjaya dari bangsa Mesir. Bahkan mereka diberi bekal emas, perhiasan dari masyarakat Mesir. Namun, mereka masih tidak percaya, malah mereka mempersalahkan Musa. Bukan hanya saat itu, tetapi berkali-kali mereka mencobai Tuhan, artinya tidak memercayai kasih dan kehadiran Allah. Bahkan sempat mereka bertengkar dengan Musa dan berkata, “Apakah tidak ada kuburan di Mesir, sehingga kami harus terkubur di padang gurun?” Padahal mereka menyaksikan dan menikmati manna, burung puyuh dan daging yang diberikan untuk makanan mereka. Bukankah hal ini sama dengan kita hari ini?

Sebagai orang baik, kita di-bully atau dijahati, maka orang yang menjahati kita tidak bisa tidak akan kena celaka. Bukan kita mengharapkan mereka celaka, tentu tidak. Allah adalah Hakim dan Tuhan berkata, “Pembalasan adalah hak-Ku.” Allah yang hidup tidak menghendaki kita berbuat sesuatu yang melukai orang. Biar Tuhan yang menjadi Hakim untuk menghukum dan melukai dia, kalau Tuhan mau melukai. Kadang-kadang di media sosial kita melihat maling yang tertangkap, lalu dipukuli sampai berdarah-darah. Ada pula yang sampai dibakar, motornya dibakar. Apakah orang yang membakar itu akan aman, bebas dari hukuman? Mungkin polisi tidak bisa menangkap karena tidak jelas siapa yang membakar, tetapi Tuhan tahu satu per satu, dan Tuhan akan membuat perhitungan. 

Ternyata orang-orang baik pun bisa tidak memercayai Allah. Termasuk sebagian dari kita. Buktinya apa? Yang pertama, kita tidak militan hidup suci. Kedua, tidak tekun mencari Tuhan. Mestinya kita melaju dengan kecepatan penuh, tetapi kita tidak lakukan, yang berarti kita sedang tidak percaya. Tuhan tidak mau kita setengah percaya. Ketiga, pelit. Membangun rumah besar bisa, tetapi tidak memikirkan pekerjaan Tuhan. Barang mau selalu yang branded. Bukan tidak boleh, boleh kalau itu bagian kita, tetapi pikirkan orang lain juga; tetangga, saudara, keluarga atau siapa pun yang Tuhan kirimkan untuk kita tolong. Percayalah, kalau kita memikirkan pekerjaan Tuhan, kita tidak akan jadi miskin.

Tuhan sering tidak kelihatan walaupun kita sudah buat segalanya—hidup suci, berkorban, kerja keras—tetapi Tuhan seperti bayang-bayang. Kita tentu ingin Tuhan itu nyata, senyata pasangan yang hidup serumah, supaya kita lebih kuat, tetapi tidak demikian. Kita juga bertanya-tanya, mengapa Tuhan tidak kunjung menolong? Itu adalah fakta-fakta hidup yang hampir setiap kita mengalaminya. Namun, kita tetap memilih Tuhan. Kalau kita terus setia memercayai Dia, menjaga kesucian, kita selalu mencari Dia dalam doa, puasa, mendengarkan firman, lalu kita melayani Tuhan, maka kita akan melihat padang hijau tak bertepi. 

Kita punya pengharapan. Kita berhadapan dengan satu Pribadi YAHWEH yang punya rancangan. Seperti Musa membawa bangsa Israel dari Mesir ke Kanaan menempuh perjalanan jarak, sekarang kita membawa umat pilihan untuk bersama-sama menuju langit baru dan bumi baru menempuh perjalanan iman.

Kalau kita terus setia memercayai Dia,

maka kita akan melihat padang hijau tak bertepi.