Skip to content

Neraca Hidup Setiap Hari

Setiap kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya kepada Allah. Sesuai Roma 14:12, “Demikianlah setiap orang di antara kita akan memberi pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.” Sebagai bendahara, ia tahu bahwa suatu saat—bahkan bisa setiap saat—dia harus mempertanggungjawabkan uang yang bukan miliknya kepada tuan atau majikan yang memercayakan uang. Dia akan setiap hari berhati-hati dalam penggunaan dan pencatatannya. Apalagi mendekati tanggal tutup buku, dia akan berusaha membuat laporan sebaik dan setepat mungkin. Orang seperti ini akan dipercayai oleh majikannya dan dipertahankan. 

Dalam 1 Korintus 6:19-20 dikatakan, “kamu bukan milik kamu sendiri. Kamu sudah ditebus dengan harga yang lunas dibayar.” Kita mengelola kehidupan, ini bukan milik kita; tetapi milik Tuhan. Paulus mengatakan, “Hidup yang kuhidupi dalam daging ini adalah hidup anak Allah, bukan hidupku sendiri, bukan hidup orang lain.” Apa pun yang kita miliki, partikel paling kecil pun milik Tuhan. Berarti kita lebih miskin dari orang miskin. Karena semiskin-miskinnya orang, masih punya sesuatu sekecil apa pun atau memiliki hak sekecil apa pun. Tetapi orang percaya itu lebih miskin dari orang miskin. Hal ini bukan berarti kita naik sepeda ontel, tidur di bawah kolong jembatan. Tetapi kita di dalam kesadaran bahwa semuanya adalah milik Tuhan. 

Walaupun kita naik motor, rumah kontrak, tetapi kalau kita masih merasa memiliki sesuatu—dan terutama memiliki tubuh, pikiran, mulut, mata—maka kita bukan milik Tuhan, berarti kita bohong. Jadi, mata kita harus melihat yang patut, mulut kita mengucapkan yang patut. Pikiran dan renungan hati kita harus bersih. Kita akan rela berbuat apa pun dengan apa yang ada pada kita. Itulah hidup di dalam otoritas Allah. Ini tidak mudah, harus dilatih setiap hari, menaruh Tuhan di depan mata. Tuhan mau kita dimiliki-Nya. Itu dimulai dari penggunaan mata, telinga, mulut, juga pikiran. 

Bendahara yang baik, teliti dengan penggunaan uang dan pencatatannya, supaya bisa memberi pertanggungan jawab. Tidak perlu menunggu pertanggungan jawab akhir bulan, karena ada pencatatan, laporan setiap hari. Sehingga laporan akhir bulan, akhir tahun jadi mudah. Demikian juga hidup kita. Setiap hari harus teliti apa yang kita ucapkan, pikirkan, lihat, dan dengar. Kita belajar setiap kata yang kita ucapkan; dimulai latihannya dengan pasangan kita. Jangan pikir ini kekanak-kanakan. Kita tidak akan suci kalau tidak dimulai dari perkara kecil. Kalau tidak dari perkara kecil, maka perkara besar pasti salah. 

Kita rajut, kita tenun kesucian. Setiap hari kita membuat perhitungan, pertanggungjawaban. Kita membuat neraca hidup setiap hari. Hanya orang yang membuat neraca hidup setiap hari yang bisa mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Allah. Kalau kita tidak serius setiap saat menenun, merajut kesucian, dan membuat perhitungan, pertanggungan jawab setiap hari, tidak mungkin hidup kita bersih. Dengan membuat pertanggungan jawab setiap hari, setiap saat, makin kita resisten terhadap dosa yang sekecil apa pun. Perasaan benci, muak terhadap dosa akan kuat di dalam kita. Roh Kudus pasti akan bicara, mengingatkan kita. 

Jika tubuh, pikiran, perasaan kita milik Tuhan, maka semuanya harus menjadi bejana Tuhan, yaitu bagaimana Tuhan mengekspresikan perasaan-Nya, bagaimana Tuhan mau menggunakan mulut kita. Di situlah tubuh kita menjadi bait Allah, memperagakan kehidupan Kristus, sehingga kita menjadi surat yang terbuka. Seperti yang dikatakan dalam Kolose 3:4, “Jika Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kita pun akan menyatakan diri bersama-sama dengan Dia.” Kita harus berjuang bagaimana tubuh, pikiran dan perasaan kita menjadi bejana Tuhan untuk mengekspresikan, mewujudkan perasaan Allah. Ini adalah kehormatan. Tanpa meminta pembelaan, Tuhan pasti membela karena kita serius mau menjadi bejana Tuhan. 

Banyak peristiwa hidup yang mestinya menjadi peringatan. Bersyukur saat kita melihat apa yang terjadi dalam kehidupan orang, melaluinya kita berkaca pada diri sendiri. Ingat, ada pengadilan suatu hari dan semua perbuatan ditelanjangi! Mungkin sebelum mati kita sudah ditelanjangi sejak di dunia. Kita melihat perjalanan waktu, bagaimana Tuhan menunjukkan orang benar atau yang tidak benar. 

Dalam Matius 18:3, Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” Anak kecil di sini adalah paidion; anak usia 7-14 tahun, usia efektif dididik, dibentuk, diubah. Allah di dalam kesabaran-Nya masih memberi kita kesempatan menjalani hidup, supaya Dia bisa mengubah kita. Jangan menyia-nyiakan kesempatan dan kesabaran Tuhan. Bapa tidak ingin seorang pun binasa. 

Hanya orang yang membuat neraca hidup setiap hari yang bisa mempertanggungjawabkan hidupnya di hadapan Allah.