Kita tidak bisa menyangkali kenyataan bahwa keadaan dunia di mana kita hidup ini, keadaan bumi di mana kita berdomisili ini, tidak bertambah lebih baik. Faktanya, justru menjadi lebih buruk dari berbagai aspek, dalam berbagai bidang kehidupan. Dari aspek ekonomi, kita melihat dunia makin mengalami keadaan yang degradasi; menurun atau merosot. Negara adikuasa seperti Amerika, mengalami inflasi. Ada 10 (atau bisa lebih) negara yang diramalkan akan bangkrut. Puji Tuhan, salah satu pejabat IMF menyatakan bahwa Indonesia masih bisa kokoh dan bertahan di tengah krisis ekonomi global.
Alkitab sudah menubuatkannya. Adanya kuda hitam yang berkeliling dunia, ini menunjukkan krisis ekonomi. Alkitab menubuatkan adanya kuda merah, itu mengisyaratkan adanya perang; konflik antarbangsa atau konflik horizontal. Kita tidak pernah berpikir Eropa yang begitu humanis, artinya menghargai nilai-nilai kemanusiaan, bisa mengalami perang seperti hari ini. Perlombaan senjata dengan senjata pemusnah, tidak kunjung surut. Kalau terjadi perang, maka tidak ada ampun lagi, dunia akan menjadi padang gurun karena kekuatan nuklir sudah ratusan kali, bahkan ribuan kali dari kekuatan bom yang pernah dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.
Belum lagi ekosistem bumi; pergeseran lapisan tanah yang mengakibatkan erupsi, gunung meletus, tsunami, anomali cuaca, suhu panas ekstrem di beberapa negara. Sementara, di tempat lain ada daerah yang dingin sekali. Manusianya bisa sampai menjadi beku. Belum lagi krisis moral, di mana indikasinya adalah kejahatan manusia bertambah-tambah. Di mana-mana sudah tidak ada tempat yang aman. Dulu kalau kita ke Eropa, kita bisa merasa aman. Sekarang, di beberapa negara Eropa pun, kita menjadi tidak nyaman karena di mana-mana sudah tidak aman.
Pada tahun 90-an, ada riset di Amerika. Dari tiga pernikahan, dua di antaranya berakhir dengan perceraian. Dulu kalau yang namanya “kumpul kebo,” itu memalukan. Tetapi, sekarang sudah bukan hal yang memalukan lagi. Apalagi di negara-negara Barat, satu apartemen bisa dihuni oleh laki-laki dan perempuan yang tidak atau bukan suami istri. Dunia sudah rusak. Kita harus mengakuinya, sebab sudah tidak dapat disangkal kejahatan manusia sangat luar biasa.
Di dunia seperti ini, kita tidak bisa berlindung kepada siapa-siapa. Kita harus back to the basic; kembali ke dasar. Kita harus memandang, ada Pribadi atau Allah yang menciptakan langit dan bumi. Allah yang memelihara kehidupan, tentu Allah yang mengetahui perubahan-perubahan ini. Tentu Allah tidak menghendaki perubahan yang negatif. Ini bukan rencana Allah atau kehendak-Nya. Allah tidak menciptakan dunia seperti ini. Tetapi di dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menetapkan manusia berkehendak bebas; manusia memiliki kedaulatan.
Kalau ada keadaan yang membuat manusia sengsara—apakah itu kemiskinan, perang, dan berbagai penderitaan lain—bukan karena Allah merancang atau mendesain semua itu. Bumi rusak karena penduduknya. Firman Tuhan mengatakan, bumi menjadi gersang karena perbuatan manusia itu sendiri. Di dalam kehendak bebasnya, Allah tidak bisa mencegah manusia merusak hidupnya sendiri dan merusak alam yang Allah telah ciptakan. Inilah tatanan kehidupan yang tidak bisa dihindari. Kita sebagai manusia hidup di bumi seperti ini, tidak bisa tidak, kita juga ikut menanggung dan memikul dampak. Tetapi mari kita kembali kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi. Tuhan tentu mengerti dan mengetahui perubahan-perubahan ini. Tuhan pasti berkuasa melindungi orang-orang yang menjadi kekasih-kekasih-Nya. Mari kita kembali kepada Tuhan.
Dengan kita ke gereja, belum tentu kembali kepada Tuhan. Orang bergereja itu belum tentu kembali kepada Tuhan. Justru yang terjadi, agama banyak menipu manusia. Maksudnya bukan agama dalam arti agama umum, tetapi cara orang beragama, itu yang salah. Tentu semua agama mengajarkan kebaikan, termasuk juga Kekristenan. Bukan agamanya yang salah, tetapi manusia yang telah memodifikasi agama. Manusia memodifikasi agama menjadi tata cara kehidupan yang tidak membawa manusia kepada Allah.
Dalam konteks Kristen, ada modifikasi-modifikasi di dalam agama Kristen yang membuat orang Kristen justru tidak menemukan Allah. Misalnya, kesan yang ditimbulkan, isyarat yang dilahirkan di gereja atau dalam komunitas orang Kristen: kalau sudah ke gereja, rasanya sudah menjadi anak-anak Allah. Sudah ke gereja, rasanya sudah berhubungan dengan Tuhan. Kita melihat banyak orang Kristen sudah berpuas diri dengan datang ke gereja. Ini modifikasi yang tidak pernah dilihat dengan teliti oleh banyak orang. Kita tidak menyalahkan agama atau kekristenan, tetapi modifikasi-modifikasinya.
Memang, di sini kuasa kegelapan bekerja. Kalau ular bisa masuk Taman Eden, melingkar di pohon pengetahuan yang baik dan jahat di tengah taman, maka setan juga bisa melingkar di tengah-tengah komunitas Kristen. Maka, dilahirkanlah modifikasi-modifikasi beragama yang justru membuat orang tidak menemukan Allah. Sekarang kita back to the basic, kembali ke Tuhan saja. Kembali ke Tuhan secara pribadi.
Manusia memodifikasi agama menjadi tata cara kehidupan yang tidak membawa manusia kepada Allah.