Kita percaya Allah tidak berubah. Dan memang Allah tidak berubah. Dulu, sekarang, sampai selama-lamanya. Salah satu sifat atau karakter Allah yang tidak berubah adalah kuasa-Nya. Dunia berubah, tetapi bagaimanapun, kuasa Allah tidak berubah. Tetapi bukan hanya kuasa Allah yang tidak berubah. Kasih Allah juga tidak berubah. Kalau kuasa-Nya tetap sama, dulu, sekarang sampai selama-lamanya tetapi kasih-Nya berubah—artinya Allah jadi kurang mengasihi umat pilihan—maka ini berbahaya. Yang benar yaitu Allah adalah Allah yang tidak berubah, di dalam sifat dan hakikat-Nya, yaitu kasih-Nya.
Di dalam Alkitab, perhatian Allah kepada umat pilihan atau kekasih-kekasih-Nya, luar biasa, istimewa. Pembelaan Allah kepada orang-orang yang diakui-Nya sebagai umat, sebagai sahabat, kekasih Allah, itu luar biasa menakjubkan. Pemeliharaan Allah bagi umat pilihan, bagi kekasih dan sahabat-sahabat Allah, luar biasa. Itu tidak berubah. Kalau sekarang kita menjadi kekasih Allah, umat pilihan Allah yang benar, pasti kita juga akan diperlakukan Allah secara khusus. Pasti kita mendapat perlakuan istimewa dari Allah. Seperti perlakuan Allah terhadap Abraham, Ishak, Yakub, bangsa Israel, dan lainnya. Oleh sebab itu, yang harus kita usahakan adalah bagaimana menjadi kekasih Allah, sahabat Allah; seperti Abraham.
Bagaimana menjadi umat pilihan Allah yang dengar-dengaran, yang taat? Inilah modal atau kapital yang nilainya tidak terhingga. Kapital atau modal pendidikan, warisan kekayaan orang tua, apa pun yang dimiliki seseorang dalam menghadapi hidup, itu semua terbatas. Seberapa tinggi pendidikan seseorang yang dapat menjamin hidup, baik hidupnya maupun hidup keluarganya? Seberapa banyak warisan yang bisa diperoleh seseorang, dapat menjamin hidupnya dan hidup orang-orang yang dikasihinya, yang menjadi tanggung jawabnya? Semuanya terbatas, karena tidak semua hal bisa diselesaikan dengan pendidikan tinggi atau uang.
Dalam sejarah, penguasa-penguasa hebat di masa tertentu, kalau sudah jatuh, dia bisa lebih miskin dan lebih menderita dari orang miskin. Sejarah membuktikan. Maka, Tuhan Yesus berkata di Lukas 12, bahwa hidup manusia tidak bergantung pada kekayaan, juga tidak bergantung kepada apa pun, karena firman Tuhan mengatakan: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang kekuatannya bukan dari Allah.” Modal atau kapital yang tidak terhingga adalah Tuhan. Yeremia 17:5 mengatakan, “terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan.” Terkutuklah, artinya terhukum. Inilah yang harus kita upayakan lebih dari segala upaya untuk menghadapi hidup kita ke depan. Studi, mencari nafkah, menjaga kesehatan dengan pola makan, pola hidup yang baik itu mutlak.
Tetapi lebih dari semua kegiatan hidup yang kita lakukan guna menempuh hari-hari ke depan, yang terutama adalah hubungan dengan Allah. Bagaimana menjadi kekasih dan sahabat Allah. Jangan mengecilkan Tuhan. Tuhan memang tidak bisa dikecilkan, tetapi kita bisa mengecilkan Tuhan di dalam pikiran, perilaku, dan perlakuan kita terhadap Tuhan. Tuhan seakan-akan tidak ada, tetapi Dia ada. Seakan-akan Tuhan tidak nyata, tetapi sebenarnya Dia lebih nyata dari semua realitas. Seakan-akan Dia tidak riil, tetapi sebenarnya Dia riil. Bagaimana mengalami Allah yang tidak kelihatan, tetapi nyata atau hadir? Bagaimana mengalami Allah yang seakan-akan tidak riil, padahal riil?
Kita harus menyediakan perhatian, waktu, dan konsentrasi terbaik untuk mengalami Tuhan. Pergi ke gereja itu mutlak. Tentu selama gereja benar-benar mengajarkan kebenaran yang membuat jemaat bisa benar-benar mengalami Tuhan, dan memiliki perjumpaan dengan Allah. Tentu tidak semua gereja membimbing umat dengan benar. Kalau pendetanya, pelayan gereja atau pelayan jemaat tidak memiliki pergaulan dengan Allah secara benar, maka ia tidak akan bisa membimbing orang lain mengalami perjumpaan dengan Allah. Carilah gereja yang bisa mengubah hidup kita, dari manusia duniawi menjadi manusia rohani; dari orang yang tidak mengenal Tuhan, menjadi orang yang mengenal Tuhan. Dari seorang yang tidak mengalami perjumpaan Tuhan, mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Carilah hamba Tuhan atau pemberita Firman yang benar-benar mengubah hidup kita. Kita berdoa, kita selektif (teliti memilih). Yang penting hamba Tuhan dan gereja tersebut memberkati kita. Jangan tidak ke gereja, karena kita akan diraih oleh kuasa kegelapan, dan akan masuk dalam belenggu atau penjara. Pergilah ke gereja yang kita akan pasti mendengar peringatan-peringatan Tuhan. Kita masih bisa menyanyi, memuji, menyembah Tuhan, dan menghayati adanya Allah. Kalau kita tidak ke gereja, makin tipis kepercayaan kepada Allah, maka kita menjadi agnostik, bahkan sampai menjadi ateis. Dari skeptis terhadap perkara rohani, tidak percaya, curiga, sampai tidak percaya sama sekali. Pergilah ke gereja, tetapi jangan sekadar supaya mendapat pertolongan dari masalah-masalah hidup atau sekadar supaya mendapat kesembuhan, tetapi untuk mendengarkan Firman yang murni.
Modal pendidikan, warisan kekayaan orang tua, dan apa pun yang dimiliki seseorang dalam menghadapi hidup, itu semua terbatas. Modal yang tidak terhingga adalah Tuhan.