Skip to content

Merindukan Tuhan

Kita tidak bisa memiliki Tuhan sekaligus juga memiliki dunia. Banyak orang, termasuk kita dulu, berpikir itu bisa. Tetapi sekarang harus mengerti bahwa kita tidak bisa memiliki dua-duanya. Kalau kita mau memiliki Tuhan dan dimiliki oleh Tuhan, kita harus hanya dimiliki oleh Dia dan memiliki Dia. Segala sesuatu yang ada pada kita hari ini harus benar-benar kita pandang, kita anggap sebagai milik Tuhan, bukan milik kita sendiri (1Kor. 6:19-20). Dan itu bukan hanya sekadar perkataan. Bagaimana kita bisa memperlakukan seluruh milik kita sebagai milik Tuhan? Yaitu kalau kita tidak menggunakan itu untuk kepentingan kita sendiri, bukan untuk sebuah harga diri, bukan untuk sebuah penghormatan dari manusia atau sanjungan, pujian dari manusia atau bukan untuk memperalat orang lain. Tetapi segala sesuatu yang kita lakukan benar-benar untuk kemuliaan atau kepentingan Tuhan. 

Dalam hal tersebut dibutuhkan kepekaan terhadap kehendak Allah. Kita harus belajar bertumbuh dalam kebenaran, sehingga kita memiliki pikiran perasaan Kristus. Hal ini tidak bisa dijelaskan secara lengkap, secara jelas, secara utuh dengan kata-kata, tetapi bisa dirasakan. Bisa dirasakan dan dihayati melalui pengalaman berjalan dengan Allah secara riil. Untuk ini kita harus memandang semua yang ada pada kita sebagai bukan milik kita lagi. Kita melihat keindahan dunia ini seperti tidak ada nilainya, dan memang tidak ada nilainya, jika tidak digunakan untuk kesenangan hati Tuhan. Itulah yang sering dikatakan sebagai tidak menyisakan apa pun bagi kita sendiri. 

Dengan demikiankita dapat mengalami sukacita dan damai sejahtera Tuhan. Sukacita dan damai sejahtera Tuhan tidak bisa difantasikan, atau hanya di dalam pikiran. Tetapi harus dialami secara rill atau nyata, yaitu ketika seseorang merasakan suasana atau atmosfir Kerajaan Surga. Salah satu ukuran apakah kita benar-benar telah melepaskan segala sesuatu adalah apakah kita benar-benar merindukan bertemu dengan Tuhan. Kita tidak boleh berfantasi dalam kerinduan terhadap Tuhan. Tidak boleh munafik. Apakah kita benar-benar merindukan bertemu dengan Tuhan? Orang yang benar-benar merindukan Tuhan dapat merasakan kebahagiaan bertemu dengan Tuhan Yesus. 

Kalau kita benar-benar menjadi mempelai yang setia, seperti perawan suci yang tidak bernoda, maka tidak ada kegembiraan dalam hidup kecuali kita menyenangkan hati Allah Bapa. Melakukan segala sesuatu yang Allah Bapa kehendaki, dan menyelesaikan pekerjaan yang Bapa percayakan kepada kita masing-masing (Yoh. 4:34). Sebab masing-masing kita pasti memuat, memikul, menanggung rencana Allah yang harus kita genapi. Bagi orang-orang di sekitar kita, di tempat di mana kita berada, dalam keluarga besar, di tempat kerja, di lingkungan pergaulan, dan lain sebagainya. Ketika kita sampai pada level atau stadium hidup kekristenan seperti ini, kita bisa benar-benar mengerti apa artinya kebahagiaan puncak. Dan itu kehidupan yang sangat indah dan luar biasa. 

Kita tidak merasa berbuat baik kalau kita melakukan sesuatu untuk sesama kita, karena kita merasa itulah irama hidup yang menjadi kesukaan hati Bapa. Kalau kita berkorban untuk pekerjaan Tuhan, kita tidak merasa sedang memberi karena memang semuanya milik Tuhan. Dan kita sedang melakukan apa yang menjadi bagian kita, dan itu menjadi kesukaan kita. Surga menjadi begitu dekat. Dan rasanya kita ingin segera melangkah melihat Kerajaan Bapa di surga. Sebelum tidur kita bisa membayangkan hamparan padang hijau yang begitu indah, langit baru bumi baru. Belum lagi Istana Allah Bapa kita yang begitu agung. Dan itu semua adalah realitas, karena nanti kita akan memiliki tubuh kebangkitan, atau tubuh kemuliaan seperti tubuh Tuhan Yesus. Seperti yang dikatakan Tuhan Yesus, “kita akan makan dan minum bersama dengan Tuhan.” Luar biasa!

Oleh sebab itu, komunitas “pecinta suara kebenaran” kiranya menjadi komunitas yang benar-benar mempersiapkan diri menjadi mempelai-mempelai Tuhan. Kita tidak mempersoalkan sama sekali dari denominasi mana. Kita tidak perlu membela suatu denominasi, walaupun itu gereja di mana kita bernaung.  Tetapi yang penting bagaimana kita bisa membangun satu persekutuan, satu komunitas, dari anggota keluarga Kerajaan Surga. Kita membangun sebuah heavenly society, masyarakat Kerajaan Surga, masyarakat anggota keluarga Kerajaan Allah, royal family. Mengikuti jejak Tuhan ini, kita akan merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diungkapkan kepada orang lain.Kita diserang, disakiti, dilukai orang, kita diam. Kita tidak merasa terganggu lagi. Kita seperti orang mati, sudah tidak perlu punya perasaan negatif. Kita kembalikan semua kepada Tuhan, karena kita akan segera ada di pengadilan Tuhan. Pengadilan yang kita tunggu-tunggu, di mana pada saat itu kita akan memperoleh apa yang patut kita terima dari seluruh jerih lelah dan perjuangan kita bagi pekerjaan Tuhan sejak hidup di bumi ini. Dan kita berjumpa dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka.