Skip to content

Meremehkan Kakos

 

Banyak gereja yang tidak digerakkan oleh api Tuhan, tetapi digerakkan oleh api neraka yang memarkir manusia di dunia ini dalam orientasi berpikir pemenuhan kebutuhan jasmani. Seperti yang sering kita lihat, barang palsu itu harus didesain semirip mungkin dengan barang asli. Demikian pula dengan penyesatan-penyesatan itu dikemas agar kelihatan rohani, tetapi sebenarnya bukan kebenaran Injil yang diajarkan Yesus karena fokusnya tidak tertuju pada sakit yang sesungguhnya, sehingga karakter dan cacat jiwanya tidak tertanggulangi dan pasti tidak tersembuhkan. Ada penyakit-penyakit fisik yang bisa disembuhkan dalam waktu singkat. Tetapi ada juga penyakit-penyakit fisik yang tidak bisa disembuhkan secara singkat, namun melalui sebuah proses terapi panjang disertai pantang makan ini dan itu, pantang melakukan ini dan itu.

Sakit jiwa, sakit batin, sakit rohani manusia tidak bisa diterapi dengan mudah dan dalam waktu singkat. Karena kita telah mewarisi kodrat dosa dan menyerap semua cara berpikir manusia di sekitar kita dalam waktu panjang. Maka pemulihannya, kesembuhannya juga butuh waktu panjang dan benar-benar serius. Dan kesembuhan batin, kesembuhan rohani, kesembuhan watak, bukan hanya soal pantang ini dan itu, melainkan meninggalkan dunia dengan segala kesenangannya. Masalahnya, sering kali kita merasa bahwa kita adalah orang yang cukup baik. Paling tidak kita merasa bukan orang yang berdosa sehingga kita tidak merasa perlu untuk diperbaiki lagi. Kalau orang sudah berpikir begitu, sehingga ia tidak merasa ada kakos dalam jiwanya, maka fokusnya mulai tertuju pada pemenuhan kebutuhan jasmani.

 

Iblis itu bukan hanya bisa melingkar di pohon di tengah Taman Eden, melainkan juga bisa melingkar di mimbar gereja dan tidak mengajarkan kebenaran yang murni sehingga dalam kurun waktu tertentu sakit karakter orang atau jemaat tidak bisa diobati lagi. Sampai tua masih beralasan, materialistis, genit, terikat dengan tontonan-tontonan yang tidak perlu dan tidak boleh dilihat. Itu adalah cacat karakter kita yang harus ditanggulangi dengan serius. Tuhan menghendaki agar kita selalu haus dan lapar akan kebenaran. Maksudnya bahwa kita belum merasa menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki. Orientasi berpikir kita harus tertuju pada kehidupan yang akan datang. Ini harus menjadi berita utama bagi generasi hari ini, generasi materialisme, generasi sekuler, generasi yang sudah terikat dengan materi, dan dunia yang nihilistis. Nihilistis artinya tidak mengakui Tuhan itu ada, kalaupun percaya Tuhan itu ada, perilakunya tidak menunjukkan bahwa Allah itu ada. 

 

Banyak orang Kristen yang merasa sudah menjadi orang beragama yang memenuhi syarat sebagai orang baik sehingga dia tidak merasa perlu bertumbuh, tidak berusaha untuk mencapai target yang dikehendaki Allah. Di satu sisi, gereja juga tidak menunjukkan target yang benar. Target yang ditawarkan adalah hal kesembuhan, sukses dalam karier, kekayaan, menjadi kepala bukan ekor. Padahal ayat-ayat itu ditujukan kepada bangsa Israel, bukan orang Kristen. Mereka mengutip ayat-ayat Perjanjian Lama tanpa melihat konteks sejarah. Ini adalah sebuah kebodohan sehingga banyak jemaat menjadi bodoh dan tetap duniawi. Tetapi Tuhan dalam kesabaran-Nya masih memberi kesempatan kepada orang Kristen untuk berbakti, memuji, dan menyembah Tuhan karena belum mengerti. 

 

Tetapi dunia ini semakin rusak. Maka kita harus membuang ajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab sebab inti kekristenan adalah perubahan hidup untuk menjadi serupa dengan Yesus atau sempurna seperti Bapa. Paulus sendiri mengatakan asal ada makanan dan pakaian sudah cukup. Artinya kalaupun kita punya banyak, semua yang kita miliki itu adalah milik Tuhan. Kekayaan yang sesungguhnya itu nanti di langit baru bumi baru sebagaimana dikatakan dalam Lukas 16:12. Ingat, kita akan mati dan tidak ada satu pun yang akan kita bawa. Kita harus mengumpulkan harta di surga, yaitu menanggulangi kakos kita ini. Maka saat Yesus naik ke surga, Ia memberikan pesan penting, yaitu menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya, dan mengajarkan mereka melakukan segala sesuatu yang Dia perintahkan. Artinya segala sesuatu yang Dia kenakan dan yang harus semua orang Kristen mengenakannya. 

 

Dengan demikian, sejak seseorang menjadi orang Kristen, maka tidak ada kepentingan apa pun selain belajar dari Tuhan Yesus untuk menjadi seperti Dia. Kesalahan banyak orang Kristen pada umumnya adalah mereka menerima kekristenan sekadar agama, lalu terparkir dalam kebodohan, dan hidup dalam kewajaran hidup. Padahal kewajaran hidup merupakan musuh terselubung; di mana membuat seseorang merasa sudah cukup menjadi orang Kristen, ke gereja, memuji Tuhan, menjalankan kegiatan rohani, padahal yang utama adalah perubahan hidup setiap hari untuk menanggulangi kakos. Orang yang meremehkan keadaan karakternya, meremehkan kakos-nya berarti tidak mengasihi Tuhan karena Tuhan datang untuk menyelesaikan hal itu; bukan soal sakit fisik, bukan masalah jasmani.