Kalau Alkitab berkata, “Ucapkan syukur dalam segala hal,” itu bukan tanpa alasan. Artinya semua yang terjadi baik adanya. Misalnya, ketika nama baik kita dirusak, sebenarnya Tuhan mau menghancurkan kehormatan dan kesombongan kita. Karena Tuhan mau kita hanya mencari kehormatan di kekekalan, kehormatan yang diberikan Allah; bukan kehormatan dari manusia. Masing-masing kita memiliki pergumulan yang berbeda-beda, tapi pada intinya, Tuhan mau menghancurkan manusia lama kita melalui masalah dan tekanan hidup.
Jadi, kalau kita punya masalah, kita harus menangkap apa maksud Tuhan di balik masalah tersebut. Sering kali, justru karakter kita yang harus diselesaikan lewat masalah itu. Jangan sampai kita berdoa seperti yang dikatakan Yakobus, yaitu kita minta sesuatu untuk memuaskan hawa nafsu kita sendiri. Misalnya, waktu kita dimusuhi orang, kita tidak minta Tuhan untuk menghancurkan musuh itu, melainkan kita minta Tuhan membuat kita tidak marah, bisa mengampuni dan memberkati orang yang melukai kita. Di sini kita merebut diri kita untuk Tuhan. Jangan meminta sesuatu untuk memuaskan hawa nafsu kedagingan kita.
Jadi sekarang yang kita lakukan adalah meminta Tuhan agar kita bisa berkata seperti pemazmur, “Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batu dan bagianku tetaplah Allah.” Walau banyak kasus yang terjadi di dalam hidup, kita tidak terpaku pada masalah atau kasus itu, tetapi kita memperhatikan keadaan manusia lama yang harus dimatikan. Supaya manusia barulah yang dihidupkan, yang kita persembahkan untuk Tuhan. Namun, banyak di antara kita yang masih memelihara manusia lama. Kalau kita berkeadaan seperti ini terus, kita tidak mungkin dilayakkan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
Sekarang, kalau ada orang berkata, “Saya mau melayani pekerjaan Tuhan,” maka ia harus mulai dengan merebut dirinya sendiri dulu. Nanti Roh Kudus akan menuntunnya, karena setiap orang punya kasus yang sangat pribadi dengan karakteristik yang berbeda. Dan kalau kita sudah merebut diri kita, maka kita pasti merebut orang lain. Pelayanan kita baru benar, bukan sekadar mengisi gereja dengan orang-orang yang menjadi anggota gereja, tapi kita mengisi Kerajaan Allah, mengisi Rumah Bapa dengan jiwa-jiwa. Kita harus mengasihi diri sendiri dengan benar, sebab standar mengasihi orang lain harus bisa mengasihi diri sendiri dahulu dengan benar.
Maka kalau kita merebut diri kita untuk Kerajaan Surga, kita juga pasti merebut sesama untuk Kerajaan Surga. Dan itu harus dimulai dari hati. Jadi, kalau kita sampai tidak punya kerinduan untuk memenangkan jiwa-jiwa, berarti memang kita juga belum menang. Bagaimana kita mau merebut jiwa untuk Tuhan jika kita sendiri belum merebut jiwa kita untuk Tuhan? Makanya, sekolah Alkitab harus melatih para mahasiswa untuk memperbaiki manusia barunya, bukan hanya memberi pendidikan teologi. Kita tidak butuh sertifikat atau piala dari manusia, yang kita pikirkan bagaimana sebanyak mungkin jiwa-jiwa diselamatkan; dari anak-anak remaja, pemuda, dewasa sampai usia lanjut.
Kita ingin kehadiran kita di mana-mana merupakan kehadiran Tuhan sendiri; tulus, polos, natural, tidak berdiplomasi, penuh belas kasihan. Kita bisa mengekspresikan, menerjemahkan perasaan Tuhan dan itu membahagiakan Tuhan. Dalam hal ini berarti kita berhasil memenangkan jiwa kita untuk Tuhan. Ketika hati kita menjadi bejana, di mana perasaan Tuhan dicurahkan, kita bisa mengasihi orang karena Tuhan mengasihi orang itu; bukan karena kita punya kepentingan. Ketika kita ingat, bagaimana Tuhan Yesus melihat kota Yerusalem dan menangisinya. Kita harus punya perasaan seperti itu, menangisi jiwa-jiwa dengan tulus, dan menanyakan, “Apa yang harus kulakukan bagi mereka, Tuhan?”
Tuhan bisa tidak membutuhkan kita atau tidak memaksa pembelaan dari kita, tapi Tuhan mau memakai kita untuk menyelamatkan manusia lain. Tuhan tidak menyuruh dan memakai malaikat, Tuhan memakai kita. Dan kalau kita sungguh-sungguh membela Tuhan dengan menyelamatkan jiwa-jiwa, maka Tuhan akan membela kita, anak cucu kita, dan orang-orang yang kita kasihi. Tuhan akan mengantar kita dan orang-orang yang kita kasihi ke langit baru bumi baru. Jika persoalan kita setinggi gunung, Allah mampu menghindarkan dan mengangkatnya supaya pekerjaan Tuhan di tangan kita bisa berjalan dengan baik.
Tuhan menolong orang yang sungguh-sungguh telah merebut dirinya bagi Tuhan. Dia akan bisa menghayati bahwa seluruh hidup dan miliknya adalah milik Tuhan. Kalau seseorang bisa membela bangsa dan negaranya, dengan darah dan nyawanya, kenapa kita tidak bisa membela Tuhan dengan segenap hidup kita? Tuhan tidak minta uang kita, tapi lebih dulu manusia lama kita harus dimatikan. Tuhan tidak membutuhkan apa-apa, yang dibutuhkan adalah kita merebut jiwa dan roh kita untuk Tuhan. Setelah itu, Tuhan bisa memenuhi kebutuhan, dan memberikan kelimpahan berkat, supaya kita bisa membela pekerjaan-Nya.
Tuhan menolong orang yang sungguh-sungguh telah merebut dirinya bagi Tuhan.