Banyak orang Kristen merasa dirinya sudah hidup baru di dalam Tuhan, padahal belum. Pada kehidupan manusia pada umumnya, seseorang bisa mengalami proses perubahan; menjadi lebih sabar, lebih bijaksana, lebih bisa mengerti orang lain, dan lain sebagainya. Tetapi itu bukanlah manusia baru; itu manusia lama yang terdidik oleh lingkungan, pendidikan, agama, pendidikan budi pekerti, dan lain-lain; belum manusia baru. Bagaimana kita bisa membedakan manusia lama dan manusia baru? Tidak mudah. Diri sendiri saja kadang-kadang tidak bisa atau tidak mudah membedakan, apalagi kalau menilai orang lain, pasti lebih sulit.
Pada hakikatnya, manusia baru akan ditandai dengan adanya kerinduan akan Allah, di mana ia menjadikan Allah sebagai satu-satunya kerinduan, sehingga makin hari benar-benar makin terlepas dari keinginan-keinginan dunia. Manusia baru akan membawa kita kepada kesucian Allah. Inilah sebabnya kita sendiri sulit membedakan, apalagi orang lain. Dua orang sama-sama jujur, tetapi jujurnya seorang yang belum lahir baru, dengan jujurnya orang yang lahir baru, itu berbeda. Sama-sama mengasihi sesama, tetapi orang yang telah lahir baru, kasihnya kepada sesama itu standar Allah, karena menggunakan pikiran, perasaan Allah. Bukan hanya memiliki kebijaksanaan secara umum, tetapi kebijaksanaan ilahi, supaya berkodrat ilahi, menjadi manusia Allah; man of God. Tetapi, ini hanya berlangsung untuk orang yang mengasihi Tuhan.
Kalau seseorang belum mengalami kelahiran baru, dia terdidik lewat pengalaman hidup, lewat sekolah Alkitab, lewat pelayanan, bisa mengonseling orang lain, bisa melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari uang dan keterikatan dunia. Sehingga, ia tidak bisa memiliki pikiran, perasaan Kristus. Artinya ia belum merdeka dari dirinya sendiri. Ini yang mestinya benar-benar kita takutkan, khawatirkan, cemaskan, yaitu jangan sampai kita menghadap Tuhan dan kita belum merdeka dari diri sendiri. Jangan sampai meninggal dunia, dan kita belum merdeka dari diri sendiri. Merdeka dari diri sendiri artinya ketika terjadi pemisahan antara manusia roh dan manusia daging; yang sama dengan manusia lama dan manusia baru. Kalau cara berpikir seseorang belum diubah oleh kuasa Firman, dia belum merdeka dari diri sendiri.
Orang yang masih punya kesenangan, tidak mungkin meninggalkan dirinya. Semakin tidak punya kesenangan apa pun dalam hidup dan mengarahkan diri kepada Tuhan, cintanya makin bulat. Harus ada tekad atau niat untuk mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh. Seberapa yang kita mampu lakukan, kasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan kita. Nanti Roh Kudus akan menolong kita lewat firman, perjumpaan dengan Tuhan, dan pengalaman hidup. Dari pihak-Nya, Allah memberikan tuntunan Roh Kudus, mendesain keadaan untuk menolong kita merdeka dari diri sendiri.
Kalau mindset kita belum diubah, maka kita tidak bisa merdeka dari diri sendiri. Saat perjumpaan dengan Tuhan makin intensif, kecintaan kepada Tuhan juga bertumbuh. Ibaratnya, bejana yang kita punya itu tidak bocor. “Bocor” artinya masih ada kesenangan. Kalau ada kebocoran, kita akan diberitahu Roh Kudus. Kalau kita masih tersinggung, masih sakit hati, masih punya keinginan-keinginan, itu bocor. Dalam perjalanan hidup sebagai orang percaya, saat kita mendengar firman yang murni, kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan dalam doa, dan Tuhan memproses kita lewat peristiwa-peristiwa hidup, sebenarnya Tuhan mau kita melepaskan manusia lama kita. Kita yang menanggalkan.
Tidak ada cara mudah, apalagi otomatis. Kapan, bilamana, bagaimana orang masih mencintai dirinya sendiri? Jika dia membiarkan ada keinginan yang bukan dari Allah di dalam dirinya. Orang yang belum atau tidak melepaskan dirinya dari segala keinginannya, berarti ia tidak bisa merdeka dari dirinya sendiri. Tetapi, kalau kita sungguh-sungguh mau, bisa. Ini anugerah yang besar dari Tuhan, karena kita dituntun Tuhan untuk bisa mencapai ini. Kalau seseorang melepaskan diri dari dirinya sendiri atau merdeka dari dirinya sendiri, pasti bisa sempurna seperti Bapa. Kalau tidak, berarti masih bocor. Kita harus terus berjuang!
Banyak orang tidak sadar bahwa manusia daging dengan manusia rohnya belum lepas. Manusia daging masih menyatu dengan manusia roh, sehingga manusia rohnya pasti ditindas, pasti dikuasai. Tuhan membuat pemisahan ini luar biasa, lewat kebenaran firman yang murni, lewat perjumpaan dengan Tuhan, lalu lewat masalah-masalah berat, baru dipisahkan. Suatu hari kita akan tahu bahwa keadaan yang menyakitkan adalah cara Tuhan merebut roh kita agar tidak ada dalam dominasi daging. Tuhan mengasihi kita. Dia mencabut manusia roh kita dari dominasi dan tekanan daging kita dengan persoalan-persoalan berat dan rumit. Tetapi tanpa itu, mestinya juga bisa. Roh Kudus diam di dalam diri kita, selama 24 jam bicara tanpa henti kalau kita mau mendengar. Kalau kita bisa merdeka dari diri sendiri, urapan Roh Kudus mengalir tanpa dipaksa, dan kita akan menemukan hal-hal baru dari hati Tuhan.
Orang yang belum melepaskan dirinya dari segala keinginannya berarti ia tidak bisa merdeka dari dirinya sendiri.