Skip to content

Merasa Kurang Beruntung

Kalau orang tidak merasa beruntung dengan memiliki iman kepada Tuhan Yesus Kristus; merasa kurang beruntung atau tidak beruntung dengan menjadi umat pilihan, pasti ada sesuatu yang salah di dalam hidupnya. Kalau sampai meninggal dunia, dan ia tidak merasa beruntung secara benar, pasti dia tidak layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Firman Tuhan mengatakan di 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah  sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.” 

Tidak semua orang diberi kesempatan menjadi umat pilihan. Jadi, kalau kita menjadi umat pilihan, ini sesuatu yang benar-benar luar biasa. “Imamat yang rajani” artinya pelayan-pelayan raja. “Bangsa yang kudus” artinya orang yang dipisahkan. Kata “kudus” dalam bahasa Ibraninya hados, artinya separate from common condition and used; dipisahkan dari yang lain untuk digunakan. “Umat kepunyaan Allah sendiri” adalah keberadaan yang luar biasa. Kalau seseorang tidak merasa beruntung, artinya tidak merasa memiliki sesuatu yang berharga dengan menjadi umat pilihan, dengan menjadi anak-anak Allah, maka dia tidak mengenal kasih karunia di dalam Yesus Kristus yang disediakan bagi umat pilihan. 

Orang-orang seperti ini pasti masih memiliki cara pandang anak dunia yang masih terikat dengan perkara-perkara dunia. Orang-orang yang masih di wilayah mortality, artinya orang-orang yang masih di wilayah kefanaan, kematian. Kalau seseorang belajar kebenaran Firman, pikirannya dibuka oleh Roh Kudus, maka dia pasti melihat kehidupan dari cara pandang yang benar sesuai dengan keberadaannya sebagai makhluk kekal. Manusia itu makhluk kekal, dan Iblis berusaha terus menutupi kesadaran ini, supaya manusia tidak menyadari dirinya adalah makhluk kekal. Ironis, banyak orang termasuk sebagian kita, tidak hidup dalam penghayatan bahwa kita adalah makhluk kekal. 

Lebih baik tidak pernah jadi manusia kalau kita tidak menyadari dan tidak menghayati bahwa kita adalah makhluk kekal. Manusia bukanlah seperti hewan yang hidup hanya sebatas umurnya di bumi dan memenuhi kebutuhan jasmani. Kalau Tuhan Yesus berkata, “Manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi juga dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah,” secara implisit, Tuhan Yesus hendak mengatakan, “Kamu bukan seperti hewan yang hanya membutuhkan makanan untuk pemenuhan kebutuhan fisiknya, tetapi kamu makhluk kekal yang karenanya jiwa, rohmu membutuhkan makanan untuk hidup kekal.” 

Di dalam Yohanes 6:27-29 Tuhan Yesus berkata, “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” Pekerjaan itu adalah percayalah kepada Dia yang diutus Allah. Tentu kita tahu, yang diutus itu Tuhan Yesus. Untuk memiliki roti yang tak dapat binasa, kita harus percaya kepada Tuhan Yesus. 

Jadi, kalau kita bisa mengenal Tuhan Yesus, artinya menjadi umat pilihan, kita beruntung. Kita memiliki kesempatan untuk memperoleh kehidupan di kekekalan. Kiranya kita bisa menghayati betapa malangnya orang yang hidup hanya untuk mati. Setelah itu, ada di bawah bayang-bayang maut, terpisah dari Allah selamanya; masuk ke dalam api kekal. Betapa malangnya, lahir untuk mati dan tidak tahu berapa lama kesempatan hidup di bumi ini. Kita memiliki kesempatan hidup di dunia yang akan datang. Ini keberuntungan. Iblis menutup mata banyak orang Kristen atau umat pilihan agar tidak melihat kesempatan besar ini. 1 Petrus 1:3-5 mengatakan kita dibangkitkan dari hidup yang tidak berpengharapan kepada hidup yang penuh pengharapan, yaitu untuk memperoleh bagian yang tak dapat layu, yang tak dapat cemar, yang tersimpan di surga. 

Orang yang tidak memiliki pengharapan kehidupan di balik kuburnya adalah orang yang malang sekali. Di dunia pun belum tentu bahagia dan senang, juga di bawah bayang-bayang maut dan keterpisahan dari Allah. Tetapi kepada kita, Tuhan memberi kesempatan untuk memperoleh roti yang tak dapat binasa. “Percaya” di sini bukan sekadar pengaminan akali atau persetujuan pikiran, melainkan tindakan. Satu aktivitas yang terus-menerus. Percaya itu artinya bertindak; bertindak sesuai dengan maksud orang yang kepadanya dia menaruh percaya. Kalau kita percaya kepada Tuhan Yesus, berarti harus ada kegiatan; kegiatan itu adalah bertemu Tuhan Yesus. Mari kita perkarakan, apakah kita sudah mendengar apa yang Dia katakan untuk kita lakukan? 

Kalau orang merasa kurang beruntung dengan menjadi umat pilihan, pasti ada sesuatu yang salah di dalam hidupnya.