Ciri dari seorang yang benar-benar merdeka dalam Tuhan Yesus adalah makin menghayati dan menerima bahwa segala sesuatu yang dimilikinya adalah milik Tuhan. Dengan demikian, ia tidak merasa berhak menggunakan sesuka hatinya sendiri. Segala sesuatu yang dilakukan dengan “hartanya” selalu hanya untuk kepentingan pekerjaan Tuhan. Dengan kata lain, ia dilepaskan dari segala ikatan melalui penebusan bagi Tuhan. Memang demikianlah kenyataannya, bahwa kita telah dibeli oleh Tuhan Yesus dengan harga yang lunas dibayar, dan bahwa kita dan apa yang ada pada kita, bukan milik kita sendiri lagi (1Kor. 6:19-20). Ini adalah konsekuensi penebusan yang diterima oleh orang percaya. Bukan hanya menerima pembebasan dari hukuman akibat perbuatan dosa, tetapi juga menjadi milik Tuhan. Banyak orang Kristen tidak mengerti atau tidak mau mengerti hal ini. Kalau keadaan ini berkepanjangan, seseorang bisa sampai pada level tidak pernah dapat dimiliki oleh Tuhan, sebab sudah terbiasa hidup memiliki dirinya sendiri.
Penebusan membuat seseorang menjadi milik Tuhan sepenuhnya. Tetapi faktanya, banyak orang Kristen yang ketika harta dan uangnya semakin banyak, maka semakin besar dan mewah rumahnya, semakin mewah mobilnya, semakin branded barang-barangnya, dan semakin berkilau perhiasannya. Dengan demikian, biasanya dirinya semakin merasa berharga di mata manusia. Dari hal ini, timbul keangkuhan yang tidak terbatas. Mengapa ia berbuat demikian? Sebab, ia merasa berhak atas segala sesuatu yang ada padanya. Jika sudah demikian, Tuhan pun tidak ia hormati sama sekali. Orang tersebut bisa mengembalikan atau memberi persepuluhan ke gereja, tetapi setelah itu, ia merasa berhak dengan yang sembilan puluh persen lainnya. Persepuluhan yang diberikan ke gereja pun dalam rangka mau mendapat balasan berlipat ganda dari Tuhan. Ini sebenarnya bukan mau mengembalikan milik Tuhan, tetapi mau memperdaya Tuhan atau mengeksploitasi Tuhan, serta memanfaatkan-Nya.
Orang yang benar-benar hidup beriman dalam Tuhan Yesus, yaitu mereka yang menerima penebusan oleh darah Yesus, pasti menunjukkan karakteristik seorang pengelola, bukan seorang pemilik. Seorang pengelola adalah seorang manajer yang mengelola milik majikannya. Seseorang yang mengelola milik Tuhan akan rela melepaskan apa yang ada padanya demi kepentingan Tuhan atau kemuliaan nama-Nya karena memang semuanya bukan miliknya. Semua yang dilakukan harus dalam komando Majikan Agungnya. Harus dipahami bahwa segala sesuatu yang ada pada kita adalah milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita masing-masing. Segala sesuatu tersebut bukan hanya uang, melainkan juga seluruh kehidupan kita, yaitu tubuh, jiwa, dan roh kita, di dalamnya juga termasuk semua potensi yang ada pada kita, waktu, kesehatan, daya, dan lain sebagainya. Uang hanya sebagian kecil dari milik Tuhan yang dipercayakan kepada kita. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus menyebutnya sebagai perkara kecil (Luk. 16:10). Kalau masalah uang—yang adalah perkara kecil—seseorang gagal setia kepada Tuhan, apalagi perkara besar.
Setelah kita belajar hidup sebagai pengelola milik Tuhan yang baik, kita dapat mengerti bagaimana gerak hidup orang yang belum benar-benar hidup beriman dalam Tuhan Yesus. Orang Kristen yang berkeberatan dimiliki oleh Tuhan, mau memiliki dirinya sendiri. Sebab dengan demikian, mereka merasa bebas menggunakan apa yang mereka miliki untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Tuhan tidak dihargai secara patut. Tetapi biasanya, mereka tidak menyadari keadaan tersebut. Tentu saja mereka tidak memiliki kegentaran yang proporsional terhadap Tuhan. Bahkan, sering tanpa sadar mereka meremehkan Tuhan. Liciknya orang-orang seperti ini, kalau ada di dalam masalah besar, kebutuhan yang mendesak, barulah mengaku bahwa dirinya adalah milik Tuhan. Mereka mengaku milik Tuhan dikarenakan sedang membutuhkan berkat jasmani atau membutuhkan pertolongan-Nya.
Orang percaya yang mengakui dan menerima bahwa dirinya adalah milik Tuhan, memiliki kesediaan atas semua harta miliknya dipakai oleh Tuhan guna kepentingan pekerjaan Tuhan. Ia bersedia tanpa batas melepaskan segala sesuatu yang ada padanya bagi Tuhan. Roh Kudus pasti menuntun bagaimana mengelola milik Tuhan tersebut secara bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan juga pasti memberikan kepada orang percaya tersebut kepekaan untuk lebih mengerti kehendak dan rencana-Nya. Hal ini dimaksudkan agar semua potensi yang ada padanya dan semua kekayaannya dapat menjadi efektif bagi pekerjaan Tuhan.
Orang percaya yang merelakan segenap hidupnya dimiliki dan dipakai oleh Tuhan, bisa menghayati bagaimana hidup seperti “roti yang terpecah dan anggur yang tercurah.” Dengan demikian, orang percaya tersebut dapat memiliki perasaan “sepenanggungan beban dalam pekerjaan Tuhan.” Orang-orang seperti ini dapat menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus. Menderita bersama-sama dengan Tuhan Yesus sebenarnya juga karunia, sebab hanya orang-orang yang menderita bersama-sama dengan Tuhan yang akan dipermuliakan. Dalam hal ini, harus dimengerti bahwa tidak semua orang Kristen akan dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus, tetapi hanya mereka yang menderita bagi Tuhan.
Orang Kristen yang berkeberatan dimiliki oleh Tuhan, mau memiliki dirinya sendiri, agar mereka bebas menggunakan apa yang mereka miliki untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.