Kalau di lingkungan kita dijelek-jelekan, justru itu sebenarnya kesempatan bagi kita untuk mendandani diri. Kita lihat nanti di pengadilan. Jangan takut berubah, jangan malu, karena keselamatan kita tergantung diri kita sendiri. Dan jangan sombong! Kekayaan, penampilan dan gelar kita tidak ada nilainya di hadapan Allah, kecuali kita memiliki pakaian pesta; yaitu kodrat ilahi yang membangun kesucian hidup sebagai irama. Jadilah militan, ekstrem, radikal. Sungguh-sungguh fanatik positif kepada Tuhan Yesus, ekstrem untuk hidup dalam kesucian, mengikut jejak Tuhan Yesus. Maka para hamba Tuhan, harus menyampaikan Firman yang benar. Bukan hanya memindahkan isi buku di mulut, tetapi menangkap pesan-pesan Tuhan di dalam hidup ini, dan menyampaikan suara Tuhan lewat mulut kita. Tetapi harus dengan pimpinan Roh Kudus, supaya kita menjadi seperti orang-orang pada zaman Yesus yang mengatakan, “Orang ini mengajar berbeda dari ahli Taurat dan orang Farisi, teolog-teolog Yahudi.”
Dan marilah kita menjadikan hal berkenan kepada Allah bukan saja prioritas, tapi jadikan ini sebagai satu-satunya proyek hidup kita. Karena tidak semua orang menjadi umat pilihan. Umat pilihan adalah orang-orang yang dirancang menjadi manusia Allah; man of God. Jadi, kita memang tidak boleh mengenakan ukuran baju kita ke orang lain. Itulah sebabnya, kita tidak boleh menilai agama lain. Jangan menilai agama lain dan membanding-bandingkan dengan kekristenan. Kita mengkhianati diri kita sendiri, kita mengkhianati keimanan kita, kita mencederai agama lain. Masing-masing orang punya keyakinan. Jadilah seperti yang mereka yakini, dan masing-masing orang akan bertanggung jawab. Karena Alkitab jelas berkata bahwa memang ada orang-orang yang ditarik Bapa; kalau tidak, tidak bisa. Ditarik Bapa, bukan berarti pasti masuk surga.
Dalam Yohanes 6:44 dikatakan, “Tidak seorang pun datang kepada-Ku kalau tidak ditarik Bapa.” Jangan diartikan pasti masuk surga. Di ayat lain dikatakan, “banyak yang dipanggil, sedikit yang dipilih.” Yang dipilih, siapa? Yang pakai pakaian pesta. Lalu pakaian pesta, siapa yang membuatnya? Mesti masing-masing individu. Undangan itu tidak berikut satu bungkus baju pesta. Baju pesta, kita urus sendiri. Jelas ada perjuangan individu untuk bisa ikut pesta itu. Kita adalah orang yang diundang, yang dipilih Tuhan; artinya tidak untuk semua orang. Dan kalau kita dipilih Tuhan, kita dirancang untuk serupa dengan Yesus. Maka dikatakan di dalam Roma 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya.” “Yang dipilih” itu orangnya; sedangkan “yang ditentukan” adalah standarnya. Kita dipilih, ditentukan untuk serupa; bukan ditentukan untuk selamat. Jadi kita tidak bisa hidup suka-suka.
Untuk itu, tidak bisa tidak, kita harus serupa dengan Tuhan Yesus. Itu berat. Tetapi kalau dibanding dengan kemuliaan yang kita akan peroleh nanti, tidak ada artinya. Yang dikatakan oleh Paulus dalam Roma 8:18, “Penderitaan kita zaman sekarang tidak sebanding dengan kemuliaan yang kita akan dapat.” Di ayat 17 dikatakan bahwa kita yang menjadi anak-anak Allah itu, menjadi ahli waris. Namun tidak mungkin Allah mewariskan kemuliaan kepada orang yang tidak mulia keberadaannya. Jadi, memang menjadi Kristen itu bukan berat, melainkan berat sekali; bahkan “mustahil.” Tapi “yang mustahil bagi manusia, tidak mustahil bagi Allah.” Tidak ada strata pendeta dan strata jemaat. Semua kita imamat-imamat, seperti yang dikatakan dalam 1 Petrus 2:9, semua kita imamat-imamat, hulubalang-hulubalang.
Tuhan pasti membentuk kita, mendewasakan kita supaya kita layak mewarisi kemuliaan bersama Tuhan Yesus. Kalau di dalam Roma 8:29 dikatakan bahwa Dia menjadi yang sulung di antara banyak saudara, ini kalimat luar biasa. Karena di balik pernyataan tersebut, kita disejajarkan dengan Yesus dalam kata “saudara.” Artinya, bahwa kita bisa menjadi serupa dengan Dia. Dan kita memang dipanggil untuk itu. Tuhan Yesus berkata, “Bekerjalah bukan untuk roti yang dapat binasa.” Pada umumnya, orang bekerja dan menyelenggarakan hidupnya hanya untuk roti yang binasa; dalam bentuk rumah, mobil, kedudukan, makan minum, wisata, dan lain sebagainya. Bukan tidak boleh memiliki semua ini, tetapi itu bukanlah tujuan. Cara pandang kita harus cara pandang kekekalan.
Suatu hari nanti di kekekalan, orang-orang pilihan ini akan tahu betapa bernilai dan berharganya menjadi umat pilihan itu, yang tidak diberikan kepada semua orang. Dan kalau seorang Kristen tidak menggunakan kesempatan ini, ia akan sangat menyesal. Di dalam Injil dikatakan, “orang-orang yang tidak setia akan disamakan dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah.” Oleh sebab itu, kita harus memiliki waktu berjumpa dengan Tuhan, mengalami Tuhan secara riil. Dalam perjumpaan-perjumpaan tersebut, pasti Roh Kudus akan bicara. Hanya Roh Kudus yang bisa bicara kepada kita. Dan kita akan diajari Tuhan, dididik oleh Roh Kudus untuk merajut pakaian pesta kita, yaitu kesucian hidup.
Dalam perjumpaan dengan Tuhan, pasti Roh Kudus akan bicara, dimana kita akan diajari Tuhan untuk merajut pakaian pesta kita, yaitu kesucian hidup.