Skip to content

Merajut Kesucian

Saudaraku,

Pernahkah Saudara membayangkan dalam pikiran kalau suatu hari kita bertemu dengan Allah Bapa di hadapan takhta pengadilan Kristus? Tentu betapa dahsyat suasana itu. Di sana kita baru dapat mengerti keagungan wibawa dari Allah yang Mahabesar, Allah yang Mahakudus. Tidak ada orang yang bisa tegak berdiri di hadapan-Nya kalau selama di bumi ia tidak hidup di dalam kekudusan yang sejati; mengerikan, benar-benar mengerikan! Mungkin Saudara pernah punya pengalaman menghadap seorang pejabat tinggi atau pimpinan yang memiliki kuasa tertentu. Kita bisa merasa ada kegentaran, ada kengerian ketika berhadapan dengan beliau. Allah yang Mahabesar pasti lebih dari itu! Dan betapa mengerikan keadaan ketika kita ada di hadapan Allah yang dahsyat itu.

Oleh sebab itu sebelum kita meninggal dunia menghadap Allah, kita sudah menjalani hidup dalam takut akan Allah. Dalam kehidupan yang takut akan Allah tersebut, kita menyukakan Dia, dari jam ke jam; dan itu indah sekali. Kita harus terus berlatih, karena 5 menit kita sadar, 5 menit berikut kita tidak sadar. Sembarangan mengucapkan kata-kata, sembarangan menulis sesuatu di media sosial, sembarangan berpikir; belum lagi tindakan dan perbuatan kita yang sembarangan, yang sembrono, yang tidak senonoh, yang sia-sia. Oleh sebab itu, kita harus belajar merajut kesucian, bukan dari hari ke hari atau dari jam ke jam, melainkan dalam setiap menit kita memperhatikan apa yang kita katakan, apa yang kita ucapkan, apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita lakukan. Ini mutlak! Sebab tanpa langkah ini kita tidak pernah bisa memiliki kehidupan yang benar-benar kudus tak bercacat tak bercela.

Dan ini adalah harta kekal kita, dimana kita sedang mengumpulkan harta di surga. Dan akhirnya akan membentuk kepribadian kita menjadi serupa dengan Yesus. Sebab kita tidak pernah memiliki karakter anak Allah kalau tidak membiasakan diri mengenakan karakter itu dari menit ke menit, dari jam ke jam, dan seterusnya dari hari ke hari. Roh Kudus, Allah berikan kepada kita sebagai meterai bukan sekadar sebagai tanda bahwa kita anak-anak Allah, melainkan untuk menuntun kita agar kita benar-benar menjadi anak-anak Allah. Kalau orang tidak sungguh-sungguh mau merajut kesucian—sehingga yang dilakukan adalah hal-hal yang menyenangkan dirinya sendiri, memuaskan dirinya sendiri—maka Roh Kudus menjadi tidak berdaya guna. Kalau menggunakan kata lain, Roh kudus bisa seperti kita anggurkan (menganggur). Karena Roh Kudus tidak bisa bekerja kalau kita tidak memiliki niat dan langkah untuk melakukan kehendak Allah.

Kesucian yang kita bangun, kita rajut hanya bisa terjadi kalau kita berjalan bersama Allah. Kalau kita berniat sungguh-sungguh untuk hidup suci, berniat memperhatikan setiap apa yang kita ucapkan, kita lakukan, dengan bergantung kepada Roh Kudus; Roh Kudus baru berdayaguna, baru aktif. Dan tentu, jangan kita mencari kesenangan dunia. Kita lakukan segala sesuatu karena kita mau menyenangkan hati Bapa. Tidak ada sesuatu yang kita lakukan yang tidak menyenangkan hati Bapa. Ini memang bukan hal yang mudah, tetapi bisa karena memang kita ini dipanggil menjadi anak-anak Allah yang hidup. Kita harus menjadi kesukaan hati Allah, menyukakan hati Allah, menghibur hati Allah di tengah-tengah dunia yang gelap, dan manusia yang pada umumnya memberontak.

Kiranya Bapa masih menemukan orang-orang yang serius menjalani hidup hanya untuk menyenangkan Dia. Jadi kesempatan demi kesempatan yang Allah berikan adalah kesempatan-kesempatan untuk kita menyenangkan Dia. Jadi jangan heran kalau Saudara akan menghadapi keadaan-keadaan sulit. Karena di situ Bapa mengajar kita, sekaligus menguji kita apakah kita percaya kepada-Nya. Dan kalau kita menaruh percaya kepada Bapa, apakah kita teduh, kita tenang, kita percaya Allah adalah Allah yang hidup, yang berkuasa, yang bertanggung jawab, maka Allah tersanjung oleh sikap kita.

Kita juga masih bisa mendapat kesempatan untuk berbuat dosa. Namun, kesempatan berbuat dosa merupakan kesempatan menyenangkan hati Allah. Yaitu jika kita tidak melakukannya! Dalam keadaan seperti itu, yang harus kita lakukan adalah: yang pertama, jadikan kesempatan itu sebagai kesempatan untuk mendewasakan rohani. Yang kedua, jadikan kesempatan itu sebagai kesempatan untuk kita menyenangkan hati Allah. Kesempatan berbuat dosa dengan berbuat dosa itu beda. Kalau kalimatnya berbuat dosa adalah kesempatan dewasa, itu setan, itu sesat, itu salah. Tapi kesempatan berbuat dosa dapat membuat kita bertumbuh dewasa, asal kita tidak menggunakan kesempatan itu untuk berbuat dosa. Itu kesempatan kita menghindari dosa itu menyangkali dosa itu, menolak dosa itu, dan hal itu mendewasakan kita. Jadi kalau ada kesempatan berbuat dosa itu kesempatan kita bertumbuh; yaitu tatkala kita berjuang untuk berkata tidak dan tidak melakukan dosa tersebut. Dan sekaligus itu kesempatan menyenangkan hati Allah. Namun kesempatan ini mahal sekali.

Hidup suci bukan sesuatu yang mudah, sebenarnya mustahil. Kenapa mustahil? Karena kesucian itu standarnya Allah. Bagaimana manusia berdosa bisa suci seperti Allah? Mustahil, tetapi Roh Kudus menolong kita. Jadi mulai hari ini, Minggu, 13 Maret 2022, kita mau hidup menyukakan hati Allah. Ini kesempatan yang sangat berharga dan mahal; sebelum kita menutup mata kita sudah menyukakan hati Allah dari waktu ke waktu. Barulah nanti kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. Seperti yang dikatakan di dalam firman Tuhan, Lukas 21:36, “supaya kita tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.”

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Kita harus belajar merajut kesucian dari menit ke menit dengan memperhatikan apa yang kita katakan, apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita lakukan