Saudaraku,
Kegagalan banyak manusia—di mana di dalamnya termasuk orang Kristen—adalah tidak menghayati dirinya sebagai makhluk kekal. Dalam ajaran kebatinan di Jawa diyakini bahwa seseorang di dunia ini hanya mampir minum, sehingga banyak yang berkelakuan luar biasa indahnya karena mereka percaya adanya kehidupan setelah kematian. Dalam kehidupan banyak orang Kristen, irama hidup yang dimiliki sudah terlanjur seirama dengan anak-anak dunia yang buta terhadap realitas ini. Sehingga sulit sekali menyadarkan orang yang mata hatinya sudah tertutup terhadap kebenaran siapa sesungguhnya dirinya itu.
Dunia sudah terbiasa menunjukkan suatu pemandangan bagaimana merawat fisik yang kelihatan daripada manusia batiniah yang memang tidak kelihatan. Cara hidup yang salah itu sudah kuat mengakar dalam diri banyak orang, sehingga yang mereka kejar adalah apa yang dapat disediakan dan diberikan oleh dunia hari ini. Tetapi orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal akan berusaha meraih apa yang lebih dari kehidupan ini. Dan yang lebih dari kehidupan ini adalah Tuhan dan Kerajaan-Nya.
Dengan demikian sebagai dampaknya, pertama, ia akan berusaha untuk tidak terikat dengan kekayaan dunia. Kedua, ia berusaha untuk hidup tidak bercacat dan tidak bercela, sehingga ia akan lebih mudah meninggalkan dosa. Ketiga, ia akan berusaha semaksimal mungkin melayani Tuhan untuk membawa orang lain ke langit baru dan bumi yang baru. Hidup yang sesungguhnya adalah nanti di dunia yang akan datang. Hidup sekarang ini hanyalah persiapan untuk memasuki kehidupan nanti.
Oleh sebab itu, orang yang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang akan datang tidak akan mempersoalkan hal-hal duniawi yang bertujuan untuk nilai diri. Dalam hal ini seseorang harus mengambil keputusan untuk memilih; Kerajaan Tuhan atau kerajaannya sendiri yang akhirnya ada di bawah koordinasi setan. Berkenaan dengan hal ini kita bisa mengerti Paulus mengatakan bahwa dirinya tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal (2Kor. 4:18).
Paulus dapat memiliki tiga ciri di atas, orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal, yaitu tidak terikat keindahan dunia, berusaha hidup berkenan kepada Tuhan dan melayani dia tanpa batas. Jika seseorang menghayati dirinya sebagai makhluk kekal, makai a akan memiliki penampilan yang sangat berbeda dengan mereka yang fokusnya masih pemenuhan kebutuhan jasmani. Tuhan Yesus mengatakan bahwa orang yang dari bumi akan berkata-kata dalam bahasa bumi (Yoh. 3:31) bahwa orang-orang yang belum menyadari dirinya adalah makhluk kekal tidak akan bisa berkata-kata mengenai kekekalan.
Teriring salam dan doa,
Dr. Erastus Sabdono
Orang yang menghayati bahwa dirinya adalah makhluk kekal
akan berusaha meraih apa yang lebih dari kehidupan ini;
yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya.