Skip to content

Menyita Hidup

Ada orang yang biasa menunda pekerjaan, namun hal itu tidak atau kurang membahayakan, tidak atau kurang merugikan. Sehingga, menunda sesuatu yang harus diselesaikan pada waktunya menjadi suatu habit; kebiasaan. Ada pekerjaan yang harus diselesaikan pada waktunya dan itu berisiko tinggi, tetapi ada banyak hal yang bisa ditunda dan tidak atau kurang memberi risiko negatif. Tetapi yang satu ini tidak boleh ditunda, sebab kalau hanya menyangkut pemenuhan kebutuhan jasmani, kalau hanya menyangkut keselamatan fisik, itu tidak berisiko tinggi. Tetapi kalau menyangkut kekekalan, kita tidak boleh menundanya. Tetapi heran, justru yang menyangkut kekekalan ini banyak ditunda. 

Ada orang-orang baik yang tidak menunda pekerjaan atau tugas, yang disiplin dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab dalam banyak hal, tetapi ironis, terkait dengan kekekalan, dia menundanya. Ia menganggapnya tidak atau kurang penting. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang lebih dari ceroboh. Orang-orang seperti ini bisa dipastikan tidak menghormati Tuhan. Ia bisa menghormati sesama, orang tua, atau orang yang patut dihormati di bumi, tetapi dia tidak menghormati Allah. Dan ini merupakan salah satu bukti dari keberhasilan kuasa kegelapan dalam menyesatkan orang-orang baik. Mereka bisa bertanggung jawab dalam banyak hal dan tidak menunda apa yang seharusnya dilakukan pada waktunya. Tetapi untuk kekekalan, dia menunda. Biasanya orang-orang seperti ini menganggap bahwa hal-hal yang menyangkut Tuhan, hal-hal rohani, hal-hal kekekalan itu bisa ditunda dan tidak berisiko. 

Pikiran sesatnya mengatakan bahwa apa yang dilakukan sekarang dan nanti untuk perkara-perkara rohani yang menyangkut Tuhan dan kekekalan, sama saja. Hal-hal yang terkait dengan Tuhan, dengan hal rohani, hal kekekalan, itu dilakukan hari ini, besok, 5, 10 tahun yang akan datang, sama saja. Beda dengan soal uang, atau studi. Ia tahu bahwa hal-hal ini harus dilakukan tepat waktu. Maka dia tidak menunda, dia bisa melakukan pada waktunya. Ini pikiran sesat. Kebenaran itu selalu paralel, dan Tuhan membuat itu luar biasa. Semua ada hukum dan tatanannya. Pertumbuhan fisik seseorang itu ketat melalui tahapan-tahapan. Alkitab mengatakan, waktu masih kanak-kanak kamu makan makanan yang lunak, bukan makanan keras. Dan itu sudah memberikan kepada kita sebuah isyarat atau indikasi atau petunjuk bahwa pertumbuhan hidup rohani itu paralel dengan kehidupan jasmani. 

Maka Paulus mengatakan, “Ditinjau dari waktu, kamu mestinya sudah makan makanan keras. Tetapi karena kamu lamban. Kamu lamban, sehingga kamu belum bisa makan makanan keras. Kamu tidak dewasa.” Jangan kita tidak menghormati Tuhan dengan meremehkan atau melecehkan perkara-perkara rohani. Pasti mereka menganggap bahwa mencari uang itu lebih sukar dari mencari Tuhan dan menganggap berkarier itu harus diutamakan, sedangkan hal mencari Tuhan bisa ditunda. Sebab Tuhan bukan sesuatu yang darurat. Tuhan bukan sesuatu yang mendesak dan penting. Ada banyak hal yang mendesak, tetapi tidak penting. Ada yang penting, tetapi tidak mendesak, dan Tuhan tidak dua-duanya. Banyak hal yang kita anggap dua-duanya: penting dan mendesak. 

Untuk hobi yang tidak penting, seseorang harus membelanjakan uangnya. Tetapi karena menyenangkan, itu ia pandang sebagai hal yang mendesak dan penting. Tetapi masalahnya bukan hanya itu. Dia tidak berurusan dengan Tuhan secara baik. Kita tidak boleh menunda apa yang seharusnya kita kerjakan pada waktunya. Ada peristiwa-peristiwa yang Tuhan izinkan terjadi di dalam hidup kita, ini namanya kairos atau momentum. Dan Tuhan tahu bagaimana memproses kita—manusia berdosa dengan kodrat dosa—untuk jadi manusia agung. Peristiwa-peristiwa itu memuat berkat kekal, berkat abadi. Tidak ada satu pun peristiwa yang kita dengar, kita lihat, dan kita alami yang tidak memiliki berkat di dalamnya. 

Dan kalau momentum itu lewat, maka tidak ada berkat yang persis seperti itu. Jangan berkata, “Nanti juga bisa ada pengalaman lain.” Kalau hari ini kita dimusuhi orang, namun kita gagal karena kita membalas kejahatan orang itu. Kita menyesal dan berpikir nanti juga ada musuh lagi, nanti kita belajar mengampuni. Akan sangat berbeda kalau kita sudah belajar mengampuni sejak awal. Maka, ketika kita berusia 70 tahun, diharapkan kita sudah mencapai kedewasaan yang matang. Jadi kebaikan Tuhan bukan hanya memenuhi kebutuhan fisik jasmani kita saja, melainkan Tuhan memberikan kita berkat kekal-Nya setiap hari. Dan mestinya kita mengerti bahwa panggilan sebagai umat Allah adalah suatu hal yang harus sepenuhnya menyita hidup kita. 

Panggilan sebagai umat Allah adalah suatu hal yang harus sepenuhnya menyita hidup kita.