Skip to content

Menyatu dengan Tuhan

Jangan mau dibohongi oleh setan dengan kalimat: “Kamu masih muda, belum bisa seperti Dia. Nanti saja kalau kamu sudah lebih tua,” atau bagi yang sudah berumur, “Kamu sudah terlanjur salah. Umurmu pun sudah senja. Percuma.” Satan is a liar; dia adalah penipu. Pergumulan demi pergumulan kita alami dan kita bisa melewatinya, kita memiliki kesaksian dengan diri kita sendiri dalam berurusan dengan Tuhan. Di sini kita akan bisa merasakan apa artinya menyatu dengan Tuhan. Dan ini sebenarnya inti dari kekristenan. Inti dari hidup orang ber-Tuhan, menyatu dengan Tuhan. Kalau kita, antara Bapa dan anak, seperti dalam Yohanes 17:20-21. Ini yang harus kita capai. Ini yang harus benar-benar kita alami. Dan setiap kita—tua, muda, besar, kecil, siapa pun—bisa mencapai hal ini; menyatu dengan Tuhan. 

Ketika kita menyatu dengan Tuhan, kita tidak bisa meragukan Dia. Kita yakin bahwa Dia pasti melindungi kita. Dia pasti menjaga kita, Dia pasti membela kita. Jadi kalau kita berkata, “ku perlu Kau, Tuhan,” itu bukan karena masalah-masalah yang sedang kita hadapi, supaya kita mendapat pertolongan Tuhan dan jalan keluar dari masalah itu, melainkan karena kita ingin memiliki kehidupan yang tidak bercacat, tidak bercela. Kita memerlukan Tuhan karena ada kuasa kegelapan yang melampaui kekuatan kita yang berusaha menarik kita untuk menyatu dengan Allah, supaya kita tidak tinggal di dalam Tuhan dan Tuhan tinggal di dalam kita. 

Dan dalam hal ini, Tuhan tidak menghalangi, karena itu memang sudah menjadi hukum kehidupan. Seperti ketika Iblis menuntut Ayub untuk dicobai, Tuhan mengizinkannya. Dan lihat bagaimana Ayub tidak mencurigai Tuhan. “Dalam kesemuanya itu,” kata firman Tuhan, “Ayub tidak berbuat dosa dengan perkataannya.” Tentu dengan sikap hatinya. Lihat, bagaimana Iblis diwakili istrinya berkata, “Masihkah kamu bertekun kepada Allahmu?” Iblis mau Ayub mencurigai Allah, bahkan menyangkal. Namun Ayub berkata, “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? ” Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. 

Jadi apa yang tidak enak, yang menyakitkan, yang dirasa tidak baik, itu pun tidak membuat Ayub menyalahkan Tuhan. Bahkan dalam keadaan seperti pun ia bisa berkata, “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” Itu hebat sekali, bukan? Hal seperti ini pasti bisa terjadi dalam hidup kita. Ingat juga peristiwa ketika Yesus dibawa ke atas atap bubungan bait Allah, Ia dicobai untuk menjatuhkan diri. Namun Tuhan Yesus tidak menjawab tantangan Iblis dengan memanggil para malaikat untuk menatang-Nya. Bisa saja Dia mendemonstrasikan di depan banyak orang di bait Allah. Jika Ia melakukannya, pertama, ini di luar rencana Allah. Dan kedua, Yesus bisa melecehkan Firman, karena seakan-akan Firman itu harus dibuktikan dengan cara itu. 

Kita tidak bisa hidup tanpa Dia, karena Tuhanlah kehidupan. Tuhan tidak mungkin membawa kita ke tempat-tempat di mana kita akan celaka. Kalaupun nampak menyulitkan, sejatinya itu adalah bagian dari sekolah kehidupan yang mendewasakan kita. Jangan mencurigai Tuhan. Dengan kesucian, kita bisa menyatu dengan Allah. Dengan menyatu dengan Allah, kita memercayai Dia. Dan kita percaya Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Alkitab berkata, “yang menaruh percaya kepada-Nya, tidak dipermalukan.” Jadi, kita harus menyadari bahwa yang kita butuhkan hanya Tuhan. Dan kita tidak bisa memiliki Tuhan tanpa hidup di dalam kekudusan atau kesucian-Nya

Mungkin kita berkata, “aku berserah, Tuhan.” Namun kalau hidup kita kotor, Tuhan berkata, “Tidak bisa kamu berserah dalam keadaan begini.” Sebab hanya orang yang bersih hidupnya yang pantas berkata, “Kau perlindunganku, Kau pertolonganku.” Banyak orang tidak memikirkannya, mereka tidak peduli bagaimana kualitas hidupnya. Mereka tidak mengerti tatanan. Tuhan mau keadaan kita baik-baik, tapi kita tidak bisa berkeadaan baik-baik, kalau kita tidak bersikap baik terhadap Tuhan. Jangan sombong, siapa pun kita, harus hidup bersih. Jadi kalau kita berkata, “ku perlu Engkau, Tuhan, pegang tanganku,” masalahnya bukan karena masalah-masalah yang kita hadapi itu. Itu nomor 2. Masalahnya adalah bagaimana aku hidup di dalam kekudusan, kesucian-Mu, karena yang kuhadapi kuasa gelap yang jahat ini, supaya aku bisa menyatu dengan-Mu. 

Jangan kita merasa punya masalah terlalu berat. Banyak orang di luar orang beriman juga punya masalah-masalah berat, bahkan lebih berat dari yang kita hadapi. Jika kita benar-benar mengutamakan kesucian hidup sehingga kita bisa menyatu dengan Tuhan, Tuhan pasti menolong kita dalam masalah-masalah yang kita hadapi. Tetapi yang penting bukan sekadar masalah-masalah yang kita hadapi itu selesai. Yang penting, bagaimana kita makin dewasa, makin berkenan di hadapan Tuhan, makin layak menjadi anggota keluarga Kerajaan Surga. Supaya kita sampai di Kerajaan Surga. 

Jika kita benar-benar mengutamakan kesucian hidup

sehingga kita bisa menyatu dengan Tuhan,

Tuhan pasti menolong kita dalam masalah-masalah yang kita hadapi.