Skip to content

Menu yang Mendewasakan

Di dalam Injil Yohanes, kita menemukan satu pasal yang sangat populer, dan menampilkan satu pokok pemikiran yang sangat menonjol, yaitu mengenai Allah sebagai Gembala. Sebenarnya ini cerminan dari yang ditulis dalam Mazmur 23, bahwa Allah adalah Gembala yang baik. Dalam Yohanes 10, ditampilkan Tuhan adalah Gembala yang baik, tetapi juga dikemukakan adanya gembala yang jahat. Ada gembala yang baik, ada gembala yang jahat; ada gembala yang menuntun umat kepada kehidupan, tetapi ada gembala yang menuntun manusia kepada kebinasaan.

Dalam Yohanes 10:4 tertulis, “Jika semua dombanya telah dibawanya keluar, ia (gembala yang baik) berjalan di depan mereka, dan domba-domba itu mengikuti dia, karena domba-domba itu mengenal suaranya. Tetapi seorang asing (gembala yang jahat) tidak mereka ikuti, malah mereka lari daripadanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Faktanya, ada gembala yang baik, juga ada gembala yang jahat; tetapi kita juga menemukan ada domba-domba yang baik dan ada domba-domba yang tidak baik. Domba-domba yang baik; domba-domba yang mendengarkan suara gembala dan mengikut gembala yang baik. Tetapi kalau domba yang tidak baik, seperti yang Injil kemukakan mengenai fakta domba yang terhilang, bukan karena tidak digembalakan, tetapi karena mendengar orang asing. 

Kita tanyakan kepada diri sendiri, kita ini domba yang baik atau tidak? Domba yang baik, mengenal suara gembala dan mengikutinya. Mengenal suaranya berarti mendengar, mengerti suaranya, dan mengikutinya. Tentu domba-domba yang baik juga bisa mengenali adanya suara yang tidak perlu didengar, karena itu suara orang asing. Tidak perlu mengenalinya, apalagi mengikutinya. Frman Tuhan berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu. Barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat, dan dia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput.” Pasti gembala yang baik memberikan rumput yang baik; rumput yang menghidupkan. Gembala yang baik, pasti memberikan menu yang menghidupkan; menu yang mendewasakan. 

Ratapan 3:22 tertulis, “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN. Tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu. ‘TUHAN adalah bagianku,’ kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.” Gembala yang baik yaitu Tuhan, pasti menyediakan berkat setiap hari. Tentu berkat yang Bapa sediakan memiliki proyeksi kekekalan. Bagi bangsa Israel yang belum memahami anugerah, belum mengerti proyeksi kekekalan, orientasi berpikirnya hanya berkat-berkat jasmani, yaitu pemenuhan kebutuhan jasmani. Tentu tidak salah untuk ukuran bangsa Israel, umat pilihan darah daging, secara jasmani dari keturunan Abraham. 

Tetapi kepada kita, Tuhan berfirman, “Carilah perkara-perkara yang di atas, bukan di bumi. Kumpulkan harta di surga, bukan di bumi.” Bagi umat Perjanjian Baru, Tuhan menyediakan berkat yang proyeksinya, tujuan yang mau dicapainya adalah kekekalan. Adapun mengenai pemenuhan kebutuhan jasmani, standarnya adalah “Asal ada makanan dan pakaian, cukup.” Setiap hari Tuhan pasti memberikan berkat kekal yang bertujuan mengubah kita agar kita menjadi orang yang layak bagi Tuhan. Ibrani 12 mengatakan, “Kita dididik oleh bapak, menurut apa yang bapak kita di bumi ini pandang baik; Bapa di surga mendidik kamu, supaya kamu mengambil bagian dalam kekudusan-Nya.” 

Waktu kecil diberi bubur. Besar sedikit, diberi nasi lembut. Berikutnya lagi, nasi keras. Dan terus, bertahap; selalu baru. Allah pun memberikan berkat selalu baru, sesuai dengan umur rohani kita, sesuai dengan karakter kita. Maksudnya, Tuhan menggarap karakter kita; apa-apa yang perlu diubah. Supaya mengubah, perlu Firman apa yang harus didengar dan peristiwa apa yang harus dialami. Ini Gembala yang baik. Tetapi, ada gembala yang jahat, yang juga menyediakan menu baru setiap hari, bagaimana merusak hidup orang percaya. Ia bersuara lewat berbagai hal. Jadi, jangan lihat yang tidak patut. Kita harus strict dalam film, tontonan, media, dan lain-lain. Jangan memberi peluang “diberi makan” oleh gembala jahat melalui tontonan, film, iklan-iklan, dan lainnya.

Jangan mendengar suara gembala yang jahat. Firman Tuhan mengatakan, “Dia seperti singa yang mengaum, berjalan keliling dan mencengkeram siapa saja yang bisa diterkamnya,” termasuk pendeta, aktivis; siapa saja. Kita harus selalu mencurigai setiap keinginan yang muncul dalam diri kita, apakah ini buah dari suara gembala yang baik, atau suara gembala yang jahat? Kalau kita mendengarkan suara setan, kita menghancurkan hidup kita. Hal-hal yang kelihatannya baik, ternyata tidak baik. Oleh sebab itu, berkat yang Tuhan sediakan dan berikan setiap hari, harus kita dapatkan agar kita bertumbuh terus. Kita harus menata hidup kita. Apa yang patut diihat, apa yang tidak patut kita lihat; apa yang patut didengar, apa yang tidak patut kita dengar. Lakukan itu tanpa batas.

Gembala yang baik, pasti memberikan menu yang menghidupkan; menu yang mendewasakan.