Skip to content

Menjadi Kesukaan Allah

Terbuka peluang bagi kita untuk bertumbuh menjadi manusia yang menyukakan dan menghibur hati Allah. Yesus telah naik ke surga, tetapi di bumi ini ada orang-orang yang dikatakan sebagai saudara-saudara bagi Yesus. Mestinya kerinduan, keinginan, cita-cita, obsesi dan ambisi kita adalah bagaimana kita menjadi seorang yang benar-benar menyukakan dan menghibur bagi Allah. Orang-orang seperti ini adalah mereka yang telah berhenti dalam mencari kesukaan bagi diri sendiri. Yesus sudah di surga, tapi di bumi ada orang-orang yang telah menemukan jejak Tuhan dan mestinya mengikuti jejak Tuhan tersebut. Dan kita adalah manusia yang masih berkesempatan untuk diubahkan. Maka, jangan sampai kita kehilangan kesempatan berharga ini, agar kita tidak menyesal. Karena jika suatu saat kita ingin mengembalikan waktu untuk kembali ke bumi, kita tidak bisa. Sekarang inilah waktunya! Kiranya Tuhan menyalakan gairah itu di dalam hati kita; gairah bagaimana menjadi manusia yang menjadi kesukaan hati Allah. 

Dari sekian ratus juta manusia di Indonesia, dari sekian milyar manusia di muka bumi, kiranya Ia menemukan orang-orang yang bercahaya seperti bintang-bintang di cakrawala, dan yang menarik hati Tuhan. Kecantikan, kekayaan, gelar, kedudukan, kehormatan, keelokan, atau nilai lebih apa pun yang kita miliki, tidak ada artinya jika kita tidak menjadi kesukaan hati Allah dan tidak menjadi penghiburan bagi hati-Nya. Jangan sampai suatu hari nanti kita baru menyesal, bahwa ternyata semua keberhasilan, kemegahan, kebahagiaan di bumi hanyalah mimpi buruk yang kekal, karena tidak mendatangkan kemuliaan bagi Allah. Sebab kita hanya menikmati semua keberhasilan, kekayaan, kelimpahan, dan semua nilai lebih yang kita miliki hanya untuk kesenangan diri kita sendiri. 

Mestinya kita berani berkata, “terkutuklah aku, kalau aku tidak mengasihi Tuhan.” Itu juga bisa berarti: “terkutuk dan terlaknatlah aku, kalau aku tidak menjadi kesukaan hati Allah.” Kita mau nekat apa? Apa yang kita mau capai? Mestinya tidak ada lagi yang kita mau capai kecuali mengubah hidup kita untuk menjadi seorang yang menyukakan hati Allah dan menjadi penghiburan di hati Tuhan. Dan kemudian, kita mengubah sesama untuk mengalami perubahan seperti yang kita alami. Siapa pun kita—berpendidikan atau tidak, kaya atau miskin, pria atau wanita, tua atau muda—Tuhan bisa mengubah kita, selama kita mau diubah. Dengan kekuatan kita sendiri, kita tidak mampu, tapi kita cukup berkata, “Aku mau, tolonglah aku, Tuhan.” Yang satu ini, kita mempersoalkan kuasa Allah. Artinya, Dia mampu membuat kita berubah. 

Kita punya banyak persoalan, kita membutuhkan kekuatan, kekuasaan, mukjizat Tuhan untuk yang mustahil menjadi tidak mustahil. Tetapi lebih dari semua yang kita butuhkan, ketidakmustahilan dari Allah adalah perubahan untuk menjadi manusia yang menyukakan hati Allah. Jadi, persoalan-persoalan lain menjadi tidak ada artinya. Percayalah. Apakah menikah atau tidak, punya anak atau mandul, miskin atau kaya, berkedudukan tinggi atau tidak, terhormat atau tertindas, suatu hari kita akan melihat bahwa semua itu tidak ada artinya. Sebab ternyata yang namanya “bernilai di hadapan Allah” itu hanya mereka yang menjadi kesukaan Allah. Maka, kita jangan sombong. Kita ini nothing, tapi kita menjadi someone kalau kita menjadi penghiburan hati Allah. Dunia telah merusak dan menyesatkan kita. Namun Tuhan begitu lembut, Ia tidak memaksa kita. 

Kalau kita tidak bertobat, celaka. Jangan sampai kita sudah terlalu rusak sampai tidak sanggup untuk tidak menyenangkan diri sendiri. Sudah jadi addict. Kita tercandu setiap hari untuk mencari kesenangan diri sendiri; dari soal kecil sampai soal besar, sampai kemarahan pun dinikmati. Dan yang mengerikan, kita kelihatan baik-baik, normal, bermartabat di mata manusia, padahal kita tidak melakukan ketepatan bertindak seperti yang Allah kehendaki. Semua kita hanya menunggu waktu; terbujur kaku, lalu menghadap Tuhan. Di situ akan terlihat seberapa kita punya ketepatan hidup. Dan sejujurnya, banyak di antara kita seperti orang sakit yang sudah akut dan stadium akhir. Tapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Asalkan kita, mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, sehingga semuanya akan ditambahkan. Dengan kata lain, kita harus memprioritaskan Tuhan dan Kerajaan-Nya. Dari memprioritaskan Allah, nanti kita akan tahu bahwa satu-satunya yang harus kita cari adalah Kerajaan Allah. 

Mestinya tidak ada lagi yang kita mau capai kecuali mengubah hidup kita untuk menjadi seorang yang menyukakan hati Allah dan menjadi penghiburan di hati Tuhan.