Kalau kita mengasihi Tuhan atau menjadi kekasih Tuhan, maka Tuhan juga mengasihi orang-orang yang kita kasihi. Kita bisa melihat—dan mengalami—kenyataan bahwa orang yang benar-benar mengasihi dan menghormati Tuhan, anak cucunya tidak dipermalukan. Dari kisah mengenai Lot, ketika Allah mau menghancurkan Sodom dan Gomora, Allah mengingat Abraham, yang karenanya Allah menolong Lot. Harus kita akui bahwa kita tidak akan pernah bisa menjaga orang yang kita kasihi selama 24 jam. Ingat, kemampuan dan kekuatan kita terbatas. Apalagi kalau mereka berada di luar kota, di luar negeri, artinya jauh dari jangkauan kita. Kita tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, kita percaya tangan Allah yang kuat pasti bisa melindungi keluarga dan orang-orang yang kita kasihi.
Menjadi kekasih Tuhan itu sangat indah dan luar biasa, karena kita akan pasti dikasihi Tuhan dan diistimewakan. Bahkan, orang-orang yang kita kasihi juga akan diperlakukan istimewa dan khusus. Namun, tidak mudah bagi kita untuk menjadi kekasih Tuhan. Sebenarnya banyak orang Kristen—pendeta, aktivis, pelayan—yang belum tentu menjadi kekasih Tuhan. Lalu, bagaimana kita bisa menjadi kekasih Tuhan? Yang pertama, kita harus hidup sekudus-kudusnya. Yang kedua, jangan terikat dengan dunia. Memang hal itu tidak mudah, karena kita menghadapi pengaruh dunia yang jahat di sekitar kita. Lalu kita juga harus menghadapi kedagingan atau manusia lama kita yang tidak mau tunduk dan diatur oleh siapa pun.
Maka, kita harus sungguh-sungguh menggerakkan hidup kita untuk hidup di dalam kekudusan dari menit ke menit, dari jam ke jam. Selanjutnya, kita juga harus mengoreksi diri kita, kalau-kalau ada sesuatu di dalam diri kita yang kita cintai melebihi kecintaan kita kepada Tuhan. Waspadalah, itu artinya berhala dan kita dapat gagal menjadi kekasih Tuhan. Dinamika hidup kita pasti akan berubah, waktu kita mau menjadi kekasih Tuhan. Banyak orang bisa berkata, “Yesus, Engkaulah kekasih jiwaku,” tetapi apakah Tuhan mengakuinya sebagai kekasih? Itu masalahnya. Banyak orang merasa sudah menjadikan Tuhan kekasihnya, padahal itu di dalam fantasi.
Menjadi kekasih Tuhan itu bukan dinamika di dalam pikiran semata-mata, atau di dalam liturgi, melainkan dinamika hidup dari detik ke detik, bagaimana kita hidup di dalam kehendak Allah. Ini indah sekali. Kalau kita berkomitmen untuk melangkah menjadi kekasih Tuhan dengan benar, tidak ada yang bisa lawan kita. Orang bisa menindas, mem-bully, menekan kita, tetapi itu hanya sementara waktu. Ingat, Tuhan akan membela, akan berdiri di pihak kita. Tidak bisa dilawan. Tuhan berkata, “Semua akan ditambahkan kepadamu,” maksudnya adalah apa pun yang berguna untuk kita bisa mendahulukan Kerajaan Allah, Tuhan berikan. Jadi, jangan kita ragu dan tidak percaya bahwa kalau kita sungguh-sungguh menjadi kekasih Tuhan, Tuhan bukan hanya mengasihi kita, melainkan juga mengasihi orang-orang yang kita kasihi; pasangan hidup, anak, menantu, cicit, dan keturunan kita.
Di alam semesta ini ada Penciptanya, dan Sang Pencipta sekaligus menjadi tuan rumah jagat raya ini. Sadarilah, Dia akan selalu mau berurusan dengan kita. Tidak ada daerah netral di mana orang bisa atau boleh suka-suka sendiri. Di semua tempat di mana pun dan kapan pun, kita ada di dalam cengkeraman kehadiran Allah. Kehidupan kita tidak bisa dibangun hanya dengan berdoa atau ke gereja, tetapi harus dalam kehidupan yang setiap hari, menit ke menit, jam ke jam dalam persekutuan dengan Tuhan. Kita berharap, kita berlindung kepada Tuhan. Oleh karena itu, kita harus hidup sesuai kehendak Allah. Sebab ada orang-orang yang tidak layak dilindungi, karena hidupnya menyimpang.
Yesaya 59:1-2 firman Tuhan mengatakan: “Tangan Tuhan tidak kurang panjang, telinga-Nya tidak kurang untuk mendengar. Tetapi yang menjadi pemisah antara kamu dengan Allahmu adalah segala dosamu.”
Mari, kita benar-benar hidup di dalam kebenaran Tuhan. Hal ini tidak bisa ditawar, juga tidak bisa dikurangi. Kesucian atau kekudusan kita harus sempurna, tidak terikat dengan perkara-perkara dunia. Ketika kita makin suci, makin bersih, dan makin tidak mencintai dunia, maka kita makin mengasihi Tuhan. Semakin kita tidak menyentuh dosa, bersih dalam pikiran, ucapan, dan tindakan, lalu meninggalkan percintaan dunia, tidak punya hobi atau kesenangan yang menyita pikiran dan hati kita. Di sinilah kita berarti mengasihi Tuhan. Seperti bunga yang merekah, semakin kita mencintai Tuhan, semakin hidup kita wangi dan Bapa di surga mencium keharuman kita. Kita membawa keharuman Tuhan dalam hidup kita setiap hari. Bayangkan, kalau hidup kita menjadi keharuman Tuhan, maka pembelaan Tuhan atas kita pasti luar biasa.
Kalau hidup kita menjadi keharuman Tuhan, maka pembelaan Tuhan atas kita pasti luar biasa.