Kita harus selalu merasa bahwa kita masih bisa lebih meningkatkan kecepatan kita dalam pertumbuhan kerohanian. Kita harus selalu merasa bahwa kita belum melakukan yang terbaik. Kita harus selalu merasa bahwa kita belum maksimal. Namun, banyak orang sudah merasa puas dengan pertumbuhan rohani yang terjadi atau berlangsung di dalam hidupnya. Banyak orang Kristen merasa bahwa kecepatan pertumbuhan rohaninya sudah wajar, sudah normal, sudah baik; padahal belum. Orang-orang seperti ini akan cenderung kecepatannya bertumbuh menjadi lebih lambat bahkan bukan tidak mungkin menjadi stagnan, berhenti atau stop.
Ironis, kalau untuk hal-hal yang bersifat fana—apakah itu karier, prestasi dalam bekerja, jumlah uang atau harta, kedudukan, nama baik—orang berusaha sekuat tenaga agar bisa terus bertambah banyaknya, lebih besar dan lebih cepat. Namun mengapa untuk kehidupan rohani, mereka tidak memiliki ambisi untuk lebih berkenan di hadapan Tuhan, lebih menyenangkan hati Tuhan? Padahal, jika kita memiliki sikap hati yang benar—bahwa kita bisa lebih maksimal, bahwa kecepatan kita bertumbuh bisa lebih baik—maka kita akan mulai melihat hal-hal yang bisa menghambat pertumbuhan rohani kita. Kita bisa melihat dosa-dosa yang masih menghambat kita bertumbuh, dan mengenali beban-beban yang menghambat kita bertumbuh; yaitu kesenangan-kesenangan dunia.
Banyak orang yang hidupnya masih wajar; wajar di mata dunia, tapi tidak wajar di mata Tuhan. Dan tanpa sadar kita sering terjebak dalam kesalahan itu. Kita melakukan kekeliruan, tapi kita tidak menyadarinya. Sering kita sadar belakangan. Pada waktu kita melakukan kesalahan, kita tidak menyadari, tapi belakangan baru kita sadar bahwa kita ternyata kita masih hidup dalam kehidupan yang wajar seperti anak dunia. Sehingga kecepatan kita bertumbuh tidak sebagaimana yang Allah Bapa kehendaki.
Sejatinya, kecepatan kita harus makin meningkat. Ibarat kendaraan gigi 1 – gigi 2 – gigi 3 – gigi 5 – lalu maksimal. Ibarat pesawat terbang, kita bukan hanya di landasan pacu terus-menerus. Memang pertama lambat, tapi makin cepat, makin cepat, makin cepat, dan cepat sekali, lalu terbang. Kita terbang (take off) dan kita akan mendarat (landing) di langit baru bumi baru. Kita harus terbang setinggi-tingginya. Kita harus berambisi untuk sampai ke takhta Bapa di surga dan dalam keadaan yang berkenan di hadapan Tuhan.
Tidak ada yang harus kita kerjakan dalam hidup ini selain terus bertumbuh dengan kecepatan setinggi-tingginya yang bisa kita lakukan, sehingga kita mencapai perkenanan Tuhan secepat-cepatnya. Selain kita tidak tahu kapan dunia ini berakhir, kapan akan ada chaos, dan dunia kacau, juga kita tidak tahu kapan hari meninggalnya kita. Sering kita tidak maksimal sehingga ada kesombongan-kesombongan terselubung yang masih kita pelihara, ada sikap gila hormat yang sebenarnya masih menetap, atau hal-hal duniawi yang ternyata masih kita dekap dalam kehidupan kita. Dan itu tidak bisa kita sadari selain kecepatan kita tinggi.
Jadi kalau kecepatan pertumbuhan kita tinggi, baru nampak dosa dan kelemahan kita yang Tuhan tidak kehendaki tersebut. Sebaliknya, kalau kecepatan kita tidak tinggi, maka tidak ada nyanyian indah di hadapan Tuhan. Memang, hal ini tidak bisa dikenakan kepada semua orang. Ada orang Kristen yang kecepatannya masih tidak bisa tinggi karena baru Kristen atau masih terlalu muda secara usia biologis, masih remaja, pemuda. Tapi kalau sudah usia makin tua, kecepatan kita harus makin tinggi, kita harus membubung setinggi-tingginya.
Dalam kecepatan tinggi, baru nyanyian indah terdengar di telinga Bapa. Kehidupan kita baru memuaskan hati Allah. Dengan kecepatan tinggi, baru tercipta keharuman di hadapan Tuhan. Jadi, kita tidak bisa berkata, “Saya sudah mencapai 30km/jam, cukuplah.” Padahal kita mampu 80km/jam, bahkan hingga 200km/jam. Untuk orang seperti itu, pasti tidak ada nyanyian, tidak ada keharuman di hadapan Allah. Untuk itu kita harus keluar dari atmosfer bumi agar tidak akan pernah bisa jatuh. Karena kita keluar dari gravitasi bumi, maka kita melayang. Seorang sahabat berkata: “seorang pendeta berkata, tidak usah tinggi-tinggi, nanti jatuh.” Kekhawatiran kita adalah di saat usia kita habis, kita belum menembus keluar dari gravitasi bumi.
Tidak ada yang harus kita kerjakan dalam hidup ini selain meningkatkan kecepatan setinggi-tingginya yang bisa kita lakukan, sehingga kita mencapai perkenanan Tuhan secepat-cepatnya.