Skip to content

Meningkat dalam Keberkenanan

Di dalam Injil Matius 6:33 tertulis, “Carilah dahulu Kerajaan Allah,” artinya utamakan bagaimana menjadi anggota keluarga Kerajaan Allah yang baik. “Yang baik,” tentu yang berkenan kepada Allah. Yang berkenan kepada Allah modelnya adalah Tuhan Yesus, yang prinsip-Nya adalah “Makanan-Ku melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” Sampai pada tingkat ekstrem, misalnya Ibu-ibu yang menghadapi perlakuan tidak adil dari suami, perlakuan kasar, siksaan, atau penganiayaan. Bahkan Ibu ini tidak memandang jika suami bertobat, jadi orang baik, dan membangun rumah tangga yang bahagia sebagai hal yang utama. 

Hal yang terutama adalah bagaimana kita menjadi seorang yang berkenan kepada Allah. Orientasi kita seharusnya bagaimana kita berkenan kepada Allah. Hal ini yang tersulit atau terberat di dalam hidup. Lebih berat dari mencari uang, berkarier, atau apa pun. Tetapi yang termahal, terutama dan harganya tidak ternilai adalah berkenan kepada Tuhan. Sering ketika menghadapi masalah, kita berdoa agar masalah kita dapat segera selesai. Kita minta peningkatan dalam bentuk masalah kita selesai atau berkurang, sampai kita lebih mengutamakan hal tersebut daripada Tuhan. Ini sungguh kesalahan.

Mestinya kita berjuang bagaimana dapat berkenan kepada Allah. Benar-benar menyenangkan hati Allah dan menjadi keharuman di mata Allah. Mengenai masalah itu, kita serahkan dalam tangan Tuhan. Kita harus bertanggung jawab menghadapinya, tetapi jangan sampai membelenggu pikiran dan jiwa sehingga menjadi berhala. Mestinya kita memandang bahwa satu-satunya yang terpenting adalah berkenan kepada Tuhan. Kita harus berusaha melakukan peningkatan menjadi anak Allah yang berkenan. Maka, semua usaha kita benar-benar harus diarahkan untuk hal ini. 

Kita juga melihat ada kondisi-kondisi yang harus dijauhi, sebab kondisi-kondisi itu akan membuat kita tidak berkenan kepada Allah. Seperti Ibu-ibu kumpul, lalu mengadakan arisan, orang-orang yang hanya mau membuat gosip, mau pamer perhiasan, mau pamer pakaian, mau pamer tas yang dikenakan atau sepatu. Jangan ada di dalam kumpulan itu! Kita akan terkondisi menjadi tidak bertumbuh. Mungkin rasanya memang menyenangkan saat berkumpul seperti itu, tetapi kita tidak bertumbuh. Bergaullah dengan komunitas yang takut akan Allah, yang mengajak berdoa, memuji, menyembah Tuhan, dan orientasi berpikirnya langit baru bumi baru. 

Kalau hanya kumpul-kumpul dengan teman waktu SMA, atau pertemuan reuni sampai membuat acara, sementara sebagian besar atau bisa semua mereka orang-orang fasik; orang-orang yang tidak peduli Tuhan dan tidak takut akan Allah, maka harus dihindari, dijauhi sejauh-jauhnya. Peningkatan kehidupan untuk semakin berkenan, inilah yang harus menjadi satu-satunya tujuan kita. Allah akan tersanjung kalau kita memperkarakan ini. Jiwa kita tercengkeram oleh kerinduan ini, dan bisa menyingkirkan semua masalah kita. 

Pasti ada istri-istri yang kecewa terhadap suami, atau suami-suami yang kecewa terhadap istri. Jangan sampai kepahitan dan kekecewaan itu membuat kita tidak memiliki gairah yang penuh untuk menjadi anak-anak Allah yang meningkat terus keberkenanannya di hadapan Tuhan. Orang tua-orang tua yang kecewa dan pahit terhadap anak, jangan memberhalakan kepahitan itu, sehingga kita tidak fokus bagaimana bertumbuh menjadi anak Allah yang tiap hari, semakin hari semakin meningkat. 

Kekecewaan dan kepahitan hidup jangan sampai menjadi halangan yang besar, sehingga kita tidak dapat meningkat dalam keberkenanan di hadapan Allah. Masalah kecewa kepada pendeta, ini juga masalah yang tidak ringan. Sampai tidak mau ke gereja. Jujurnya, protes kepada Tuhan sampai-sampai tidak mau ke gereja, atau bahkan tidak jarang yang bisa menjadi ateis dan bisa juga pindah agama. Tuhan Yesus memiliki 12 murid. Salah satu dari 12 murid itu berkhianat. Itu sudah hampir 10%. 

Kalau dunia kita makin jahat, mungkin hamba-hamba Tuhan yang tidak benar bukan lagi 10%, tetapi bisa sampai lebih. Kita harus memandangnya sebagai satu hal yang wajar. Jadi, jangan merasa pahit. Karena kecewa, kemudian tidak fokus kepada Tuhan. Tuhan menjadi tidak berharga, dan keberkenanan di hadapan Allah menjadi bukan sesuatu yang bernilai. Kalau terus-menerus begini, sampai hati kita terpaku dalam kekerasan (mengeras); maka sampai mati kita tidak dapat memiliki kerinduan yang kuat untuk berkenan kepada Allah dan kita akan rugi serta sangat menyesal. 

Jadi, jangan sampai ada kekecewaan, baik kekecewaan terhadap pasangan hidup, terhadap orang tua, terhadap anak, terhadap pendeta, atau terhadap siapa pun yang menghalangi gairah kita untuk bertumbuh dan meningkat menjadi berkenan di hadapan Allah. Terutama untuk kita yang sekarang sedang mengalami kekecewaan berat. Ayo, jangan memelihara dan menikmati kepahitan! Tidak ada untungnya kalau kita sakit hati, menyimpan dendam, justru itu membuat keberkenanan kita tidak meningkat di hadapan Tuhan, dan itu rugi sekali. 

Kekecewaan dan kepahitan hidup jangan sampai menjadi halangan yang besar, sehingga kita tidak dapat meningkat dalam keberkenanan di hadapan Allah.