Skip to content

Mengubah Perkataan

Kalau kita nanti melihat kemuliaan Allah Bapa yang nampak dari wajah Tuhan Yesus Kristus yang duduk di takhta dan merasakan kemuliaan Allah yang memenuhi Kerajaan Surga, maka kita baru mengerti bahwa apa pun yang kita persembahkan untuk Tuhan—pengabdian, dedikasi—belumlah memadai, belumlah mengimbangi kebesaran Tuhan Yesus Kristus. Sejatinya memang tidak akan bisa memadai, mengimbangi kemuliaan Kerajaan Surga. Jadi, kalau kita sekarang masih menahan apa yang harusnya kita serahkan kepada-Nya, kita akan sangat menyesal. Sebab kita harus hidup sungguh-sungguh hanya untuk Tuhan. 

Maka, jangan menikmati apa pun yang Tuhan tidak bersama-sama kita ikut menikmatinya. Apa pun itu; tontonan, makanan, apa yang kita dengar, kita lihat. Sejujurnya, kita masih banyak gagal. Tetapi, kita mau belajar bangkit dari setiap kegagalan, ketidaktepatan atau dosa (hamartia) kita. Kalau kita benar-benar menyerahkan hidup kita untuk Tuhan, maka kita tidak akan mengucapkan satu kata pun yang tidak dikehendaki oleh Allah kita ucapkan. Sering kita merasa memiliki mulut dan mengucapkan apa saja yang kita mau ucapkan. Kita sering merasa bahwa Tuhan tidak terganggu oleh apa yang kita ucapkan.

Firman Tuhan mengatakan bahwa siapa yang bisa mengendalikan lidah, dia menjadi sempurna. Maka, kalau kita bisa mengubah perkataan kita, kita mengubah hidup kita. Kita mempersembahkan setiap perkataan kita. Kita sering minta ampun untuk kesalahan satu ini, yang masih saja sering gagal. Tetapi, seperti dulu belajar ilmu ukur, aljabar, matematika kalau sekarang. Gagal, kita coba lagi. Sampai akhirnya, kita bisa mengerjakan soal-soal yang sulit bagaimanapun. Demikian pula dengan kegagalan kita dalam menggunakan waktu, harta, apa pun. 

Kita harus berani menjadi manusia yang benar-benar berbeda dari dunia. Seekstrem-ekstremnya kita hidup untuk Tuhan dalam kekudusan, tanpa batas. Dan sepeka-pekanya kita mendengar suara Tuhan. Khususnya untuk para hamba Tuhan, kita harus bisa berdoa sampai mencucurkan darah. Bukan hanya mencucurkan air mata dan keringat, melainkan darah. Kita harus belajar untuk menutup mata, telinga, jiwa dari dosa. Supaya telinga rohani dan mata rohani kita dibuka, sehingga kita bisa mendengar Tuhan berbicara. Tuhan itu hidup, Tuhan itu hadir, suara-Nya pasti kita dengar. 

Telinga kita harus bersih dari suara yang tidak patut kita dengar. Mata kita harus bersih dari hal yang tidak patut dilihat. Kalau kita berdoa, kita bisa tutup mata, kita bisa berpindah masuk di kawasan hadirat Tuhan. Kalau sudah sampai di kawasan itu, kita tidak akan jenuh. Kesucian yang sempurna adalah hati yang tidak digembirakan oleh apa pun, tidak menantikan apa pun yang bisa membuat hidup kita aman, nyaman, tenang. Sehingga kita tidak akan takut berjanji untuk hidup suci, menyerahkan milik kita bagi Tuhan; mengapa? Karena memang hanya itulah kehidupan, di luar kesucian adalah kematian. Di luar persekutuan dengan Tuhan itu kebinasaan, hidup yang tidak bernilai. 

Mungkin 40 tahun lagi, belum tentu dunia masih eksis. Belum tentu, bisa ya bisa tidak, tetapi belum tentu. Mungkin ada situasi chaos, bencana, perang dan lain-lain. Jadi, kita harus benar-benar menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya dunia kita. Jangan punya kesibukan yang lain. Jangan punya hobi apa pun. Maka, kita akan dibawa Tuhan kepada pengalaman-pengalaman rohani yang lebih ekstrem dari apa yang sudah kita jalani. Kita mau menjadi orang yang dipisahkan dari dunia. Supaya ketika Tuhan Yesus datang yang kedua nanti dan bertanya, “Apakah kalau Anak Manusia datang, Ia mendapati iman di bumi?” Kita yang akan merespons dengan berkata, “Ada, Tuhan; saya, Tuhan.” 

Kita sudah berjalan jauh; sudah berani berjanji, bertekad, bersumpah tidak main-main. Maka, orang akan menuntut kita, apakah kita sudah membuktikannya? Sementara kuasa kegelapan membuat banyak cerita untuk menjatuhkan kita. Tetapi, kita tidak takut, karena kita bersama Tuhan. Asal kita benar-benar hidup suci. Jangan kita menutupi dosa dengan janji dan sumpah. Jangan kita menutupi dosa dengan kegiatan rohani. Tetapi, setiap hari kita bangun pagi, sementara tubuh kita masih mau tidur; kita berdoa, kita berpuasa. Kita mendengarkan Firman. Ketika Tuhan hadir kita merasakan kehadiran-Nya. 

Bagi mereka yang sudah hidup tanpa batas seperti itu, sulit hidup dalam dosa. Hampir tidak bisa. Maka, jaga kesucian, karena setan tahu di mana kelemahan kita. Setan tahu, bagaimana kita dijatuhkan. Tetapi, ingatlah bahwa Allah yang hidup akan menyertai kita.  Namun, kita tidak dapat memiliki Tuhan dan tak dapat dimiliki Tuhan kalau kita masih memiliki sesuatu yang lain. Kita bisa memiliki Tuhan dan dimiliki Tuhan, kalau kita hanya memiliki Tuhan. Ketika kita dimiliki Tuhan dan memiliki Tuhan, kita lebih kaya dari konglomerat mana pun. Maka, berilah hidup kita tanpa batas untuk-Nya.

Kalau kita bisa mengubah perkataan kita, kita mengubah hidup kita.