Skip to content

Mengosongkan Bejana

Sejarah gereja menunjukkan penyimpangan orang-orang Kristen yang dimotori oleh tokoh-tokoh gereja. Ironis, lambat laun wilayah-wilayah Kristen tidak lagi menjadi wilayah Kristen. Bahkan pusat gereja timur, Bizantium di mana terdapat gereja yang paling megah di dunia, yaitu gereja Hagia Sophia, telah berubah menjadi tempat ibadah agama lain. Sejujurnya, kehidupan kita pun tidak beda dengan masyarakat lain yang beragama non-Kristen, karena kita tidak menemukan makna dari hidup ini. Padahal, kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengarahkan kita untuk menemukan makna hidup. Ingat, makna hidup itu hanya satu, yaitu Tuhan. Ketika seseorang memiliki hubungan atau relasi dengan Allah, itulah makna hidup. Kurang dari itu, kita tidak menemukan makna hidup yang benar. 

Bersyukur, dengan seiring berjalannya waktu di mana kita semakin tua, Tuhan terkadang dapat menyadarkan kita lewat proses yang menyakitkan, tetapi pada akhirnya kita menemukan bahwa makna hidup adalah perjumpaan dengan Tuhan. Berarti, Dia mau mengakui kita sebagai anak-anak-Nya dan bersedia dipanggil Bapa. Ingat, kita harus bertemu dengan Dia secara pribadi; bukan dari apa kata pendeta, dokrtin teolog mana pun, buku apa, atau literatur yang mana. Jadi, kita tidak perlu malu untuk mengakui bahwa ilmu teologi ternyata tidak membuat kita bertemu Tuhan. 

Sebagai orang tua, kalau kita mencintai Tuhan dengan begitu kuat dan menjadi model dari seorang yang berjumpa dengan Allah, maka anak cucu kita akan terimpartasi. Namun, kalau cinta kita tipis, maka anak cucu kita tidak mendapatkan pesan, artinya tidak terimpartasi. Maka, kita harus mengalami perjumpaan dengan Tuhan secara nyata. Betapa malangnya kalau suatu hari kita meninggal dunia dan tidak dikenal oleh Tuhan. Sebab sejak hidup kita sekarang ini kita tidak berinteraksi dengan baik kepada Tuhan. Keintiman itu tidak mungkin mendadak. Ingat, kita tidak bisa sok akrab, sok kenal dengan Tuhan. Allah itu hidup dan nyata, maka kita harus berinteraksi dengan-Nya secara nyata dalam menjalani hidup ini.

Maka semakin tua, sebenarnya bejana hidup kita harus sudah dikosongkan dari hobi, nafsu, dan ambisi yang salah. Supaya hanya Tuhan yang mengisi bejana kita. Kalau kita tidak segera mengosongkan, maka bejana hati kita akan dipenuhi dengan berbagai hal yang tidak bisa kita lepaskan lagi. Itu masalahnya. Kalau kita tidak nekat, maka kita tidak akan pernah bisa menjadi teladan bagi keluarga dan kerabat kita; maka entah siapa yang akan menjadi teladan mereka. Manusia itu kecil, tidak ada artinya. Misalnya, ketika orang terkena bencana, maka ia tidak ingat lagi materi yang dimilikinya ataupun jabatan yang membanggakannya. Karena semuanya itu menjadi tidak ada artinya lagi. Ingat, kita tidak takut mati, kalau kita sudah mengosongkan bejana hati kita. Jangan sampai kita meninggal, tetapi masih menggenggam sesuatu. 

Kalau kita masih menggenggam sesuatu, maka kita tidak akan menjadi mempelai Tuhan, artinya kita berkhianat. Tuhan mau hati kita sepenuhnya diberikan hanya bagi Dia atau tidak usah sama sekali, karena kita tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Kiranya kita diberi pencerahan oleh Tuhan, jika ada hal-hal yang tidak patut di dalam diri kita yang mengganggu perasaan Tuhan. Kita mau berkomitmen untuk harus kudus di dalam segala hal, sekudus-kudusnya, supaya semakin berumur, kita semakin tidak bisa berbuat dosa. Maka, memang diperlukan latihan terus agar kita dapat mengalami perjumpaan dengan Tuhan, sehingga kita dapat memiliki relasi yang eksklusif dengan Tuhan; itulah arti makna hidup yang sejati.

Tuhan tidak bisa ‘merasuki’ orang yang hatinya kotor dan punya percintaan dunia. Maka, kalau kita masih ingin begini, ingin begitu; mau begini, mau begitu, belum lagi ingin dapat kehormatan, pujian, sanjungan, maka kita jadi rusak. Apa sebenarnya yang kita cari lagi? Berbagai kesenangan dan kepuasan dunia tidak akan memuaskan, malah membelenggu. Maka, kosongkan bejana hati kita untuk pulang ke surga. Kalau kita mau dipenuhi Roh Kudus, maka hidup kita harus kudus dan tidak boleh mencintai dunia. Demikian juga kalau kita mau berhikmat dalam menasihati anak, dalam bekerja, dan bisnis, Roh Kudus pasti akan memenuhi kita asalkan kita benar-benar hidup di dalam kekudusan.

Kosongkan bejana hati kita untuk pulang ke surga.