Skip to content

Mengobarkan Gairah Kesucian

Hidup ini singkat. Tetapi, Tuhan dengan kebaikan-Nya menyediakan berkat yang tidak terbatas. Tuhan memberikan sarana supaya kita bertumbuh menjadi sempurna, tetapi apakah kita memanfaatkan momentum itu? Begitu di ujung maut, sekarat, baru kita tahu betapa berharganya waktu yang kita miliki. Bukan hanya satu jam, tetapi satu menit saja, berharga sekali. Jangan gunakan waktu untuk hal yang sia-sia. Seorang hamba Tuhan yang dipakai Tuhan, diurapi Tuhan dan berdampak, harus betul-betul mempersiapkan diri. Waktu yang akan menjawab nanti. Tidak perlu banyak bicara, sebab waktu yang akan menjawab di pengadilan Tuhan. 

Memang banyak tontonan yang menarik, lagu yang menarik, film yang menarik. Memang tidak melanggar moral umum, jika kita menonton film atau menyanyikan lagu itu. Tetapi dengan melakukannya, kita kehilangan momentum, kehilangan kesempatan. Oleh sebab itu, kita harus mengobarkan gairah untuk mencapai kesempurnaan setinggi-tingginya, gairah untuk mencapai kesucian setinggi-tingginya, gairah untuk menjadi anak Allah yang berkenan setinggi-tingginya. Gairah itu harus kita kobarkan di dalam diri kita, sebab itu adalah pilihan. Dunia tidak bisa melarang kita, kalau sudah memilih ini. Setan tidak bisa melarang kita, kalau kita memilih untuk menjadi manusia atau anak-anak Allah yang berkenan. Dia bisa mengganggu, tetapi tidak bisa membatalkan kalau kita serius. 

Sebaliknya, Tuhan juga tidak akan menghalangi. Kalaupun ada intervensi dari Tuhan, hanya sekadar mengingatkan agar kita tidak memilih dunia. Ingat, Adam tidak dicegah memetik buah yang terlarang. Tentu Allah sudah memberi peringatan, tetapi Ia tidak mencegah Adam. Maka, jika kita berada di depan layar monitor, searching mau lihat apa saja, Allah tidak mencegah. Itu keputusan dan pilihan kita. Maka, kita seharusnya bisa mengobarkan gairah untuk mencapai tingkat setinggi-tingginya dalam kesucian, berkenan seharum-harumnya di hadapan Tuhan, menjadi simfoni yang indah. Mulut ini bisa kita cegah untuk mengucapkan hal yang tidak patut atau kita biarkan mengucapkan, itu pilihan kita. 

Jadi, kita bisa mengobarkan gairah kita. Tetapi, jangan kobarkan untuk yang lain. Mengingini barang, atau kita membakar gairah seks, libido. Pikirannya ke seks, tontonan film-film yang tidak patut, membayangkan hal-hal yang tidak senonoh. Kita menjadi rusak. Kita tidak bisa melarang burung terbang di atas kepala, tetapi kita bisa menghalau kalau dia mau membuat sarang. Ketika kita bangun tidur, rasanya tidak ingin berdoa. Kita kembali tidur saja, dan Tuhan tidak mencegah. Tetapi kalau kita bisa dan tidak melakukannya, kita kehilangan momentum. 

Oleh sebab itu, ada langkah yang kita harus lakukan. Jangan keluar dari hadirat Tuhan. Kita harus terbiasa berdoa di hadirat Tuhan. Habis berdoa, tetap kita merasa di hadirat-Nya. Memang kalau tidak biasa, maka akan meleset. Kita akan “dibasahi” dengan hadirat Tuhan. Kalau kita dibasahi hadirat Tuhan, kalau kita menyanyi, kita memimpin puji-pujian, berkhotbah, maka suasananya akan “basah” dengan hadirat Tuhan. Ketika kita mengusir setan, kita jadi tidak takut. Baru mau berdoa, kalau memang benar ada setan, langsung bereaksi dia. Bahkan kita baru datang saja di tempat di mana ada kuasa gelap, setannya langsung bereaksi. Di mana kita berada, akan pekat dengan kabut kemuliaan Allah. 

Banyak orang Kristen beragama, tetapi tidak ber-Tuhan. Apa cirinya orang ber-Tuhan? Satu, dia pasti punya jam doa. Bukan hanya mau tidur, doa; bukan hanya mau makan, berdoa. Dia harus punya waktu bertemu dengan Tuhan. Allah itu hidup, dan kita harus punya waktu berjumpa dengan Tuhan. Teolog bisa berjam-jam di ruang perpustakaan, tetapi jika disuruh 30 menit berdoa, tidak sanggup. Kalau kita berurusan dengan Tuhan, kita harus berdoa, bertemu Tuhan. Doa bukan hanya mau makan. Kalau kita ber-Tuhan, kita mesti siapkan waktu untuk bertemu Tuhan. Dua, kita akan mencari Firman. Tiga, kalau kita ber-Tuhan, kita pasti akan memperhatikan setiap peristiwa hidup yang terjadi. Karena di dalam peristiwa itu, Tuhan membentuk, mengubah kita. 

Empat, kalau kita ber-Tuhan dengan benar, kita akan berusaha untuk tidak bersalah. Itu prosesnya berat. Lima, kalau kita ber-Tuhan, kita pasti melakukan pekerjaan Tuhan. Kalau hanya beragama, cukup ke gereja seminggu sekali. Tetapi kalau kita ber-Tuhan, kita pasti akan mencari kelompok persekutuan. Mencari wadah untuk bersekutu dengan saudara-saudara seiman, supaya bisa menguatkan dan membantu kita bertumbuh dalam kebenaran sehingga rohani kita bisa mengalami perubahan yang Tuhan kehendaki. Jadi, kita harus selalu ada di hadirat Allah, dan hal ini tidak berlebihan. Karena apa? Tubuh kita bait Roh Kudus, sehingga mestinya kita bisa selalu ada di hadirat Allah. 

Kita bisa mengobarkan gairah kita untuk mencapai tingkat setinggi-tingginya dalam kesucian, berkenan seharum-harumnya di hadapan Tuhan.