Kalau kita berkata, “Datanglah Kerajaan-Mu,” berarti seluruh kehidupan kita menjadi proyek surga. Apa pun yang kita lakukan, itu merupakan proyek pekerjaan Allah. Kita bisa mengerti, mengapa firman Tuhan mengajarkan kepada kita, “Baik kamu makan atau minum atau melakukan segala sesuatu, lakukan semua untuk kemuliaan Allah.” Namun pada umumnya, manusia hidup hanya untuk dirinya. Demikianlah cara hidup, gaya hidup dari manusia pada umumnya atau hampir semua, yaitu menjalani hidup untuk kepentingan, kesenangan diri dan keluarga. Mari kita fokus hanya memiliki satu kepentingan, yaitu menyenangkan Tuhan. Percayalah, Tuhan akan mengistimewakan kita.
Oleh sebab itu, yang pertama, kita harus menyadari bahwa kita ini umat pilihan. Kita tidak sama dengan manusia lain yang bukan umat pilihan. Kita itu istimewa sekali! Jangan hanya memandang keistimewaan dari sudut perlakuan Allah terhadap kita. Kita pasti diperlakukan Allah istimewa. Tetapi istimewa kita juga harus dilihat dari aspek bagaimana sikap kita terhadap Allah. Maka, kita pun harus mengistimewakan Tuhan dengan cara menyenangkan hati-Nya. Segala sesuatu yang kita lakukan, menyenangkan Dia. Allah tidak pernah memberi yang tidak terbaik. Allah sebagai Bapa bekerja dalam segala hal mendatangkan kebaikan bagi kita.
Bagaimana sikap kita terhadap Allah yang baik, yang tidak pernah memberikan yang tidak terbaik, yang bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi kita? Apakah kita juga mengistimewakan Dia? Kalau kita mengistimewakan Dia, kita harus sungguh-sungguh menujukan seluruh kegiatan kita untuk Kerajaan Allah. Allah memiliki rencana keselamatan atas dunia ini. Allah tidak memakai siapa-siapa, Allah hanya memakai umat pilihan. Sebenarnya harus diterima sebagai kehormatan, jika kita boleh mengambil bagian dalam pekerjaan Allah. Allah semesta alam yang menciptakan langit dan bumi. Allah Yang Mahabesar, sebenarnya bisa tidak memerlukan kita sama sekali, karena Allah itu Mahabesar dan sanggup berbuat segala hal.
Kalau Allah berkenan melibatkan kita di dalam pekerjaan-Nya, betapa luar biasa! Karenanya, setiap lembar rupiah, setiap tetes keringat kita, harus menjadi sesuatu yang berarti untuk pekerjaan Tuhan. Tuhan sebenarnya tidak punya kepentingan. Tetapi karena kasih Tuhan yang besar terhadap kita, Ia ingin kita berkeadaan baik-baik. Baik-baik dalam segala hal, artinya kita bisa bersekutu dengan Allah dan layak masuk surga. Kalau orang tidak menjadi alat kemuliaan Tuhan—artinya menjadi alat kemuliaan yang lain; kemuliaan diri sendiri, kemuliaan setan—maka ia tidak layak dibela.
Sebagai bapak rumah tangga, kita harus menggerakkan seluruh kehidupan keluarga kita untuk Kerajaan Allah. Sebagai ibu rumah tangga, kita pun harus menujukan seluruh kegiatan untuk Kerajaan Allah. Sebagai anak, juga harus menujukan seluruh kegiatan hidup—sekolah, studi, kuliah, bekerja, berkarier—untuk Kerajaan Allah. Supaya hidup kita dan keluarga kita memiliki tempat di dalam pekerjaan Tuhan, di dalam Kerajaan Allah. Jangan berpikir dengan memiliki prinsip hidup seperti ini, kita kurang bahagia atau kurang senang. Jika kita lakukan, maka kehidupan kita akan berlanjut di kekekalan. Kehidupan kita dalam komunitas keluarga akan berlanjut di kekekalan.
Oleh sebab itu, proyek yang paling besar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri. Bagaimana mengubah terus-menerus hidup kita, sehingga segala sesuatu yang kita lakukan benar-benar kita tujukan untuk Kerajaan Allah. Tuhan mengizinkan Iblis mencobai kita dengan berbagai kesempatan untuk melampiaskan kemarahan, mengangkat diri, dan/atau dosa-dosa lain. Saat seperti itulah kesempatan menyenangkan Tuhan. Jadi, kita harus tahu bahwa ketika kita “disodori” sesuatu dimana kita bisa memuaskan daging kita, itu adalah kesempatan menyenangkan Tuhan; yaitu ketika kita memilih tidak melakukan apa yang salah.
Tetapi kenapa hidup begitu sulit? Karena kita tidak berdamai dengan Allah secara benar. Anak dunia tidak perlu mempersoalkannya karena memang sirkuitnya berbeda. Kita punya sirkuit yang dirajut Tuhan terus tiap hari, sampai membentuk satu gambaran hidup yang indah. Kita harus berurusan dengan Allah Bapa, dan Tuhan, yang memberikan Roh-Nya, sehingga kita memiliki kecerdasan rohani untuk bisa melihat apa kehendak Allah, memiliki kepekaan terhadap pikiran dan perasaan Tuhan. Sementara Tuhan mengizinkan kejadian-kejadian terjadi dalam hidup kita setiap hari, di situ kita menyalibkan daging kita.
Ibarat kertas, kita punya lipatan. Kalau sudah lama lipatannya, susah membuat hilang lipatan itu. Bagaimana membuat lipatan baru? Harus sedini mungkin. Maka kalau Tuhan masih memberi kesempatan untuk berubah, berjuanglah untuk berubah. Kita harus perjuangkan mulai sekarang! Roma 12:2, “jangan serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga engkau mengerti kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna,” perlu perjuangan sejak sekarang agar apa pun yang kita lakukan, kita mengistimewakan Tuhan.
Kita harus mengistimewakan Tuhan dengan cara menyenangkan hati-Nya.