Saudaraku,
Realitas yang tidak dapat dibantah dan tidak dapat dipungkiri, tetapi tidak disadari sepenuhnya oleh banyak orang, bahwa semua manusia ada dalam perjalanan waktu. Perjalanan waktu ini adalah perjalanan yang sangat ketat dan absolut. Ketat artinya dari detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam dan hari ke hari berlangsung dengan teratur dan tetap. Satu hari akan selalu masih tetap 24 jam, satu jam masih tetap 60 menit, satu menit masih tetap 60 detik dan seterusnya. Absolut artinya perjalanan waktu ini tidak ada yang dapat menghentikannya.
Tuhan Yesus menyatakan bahwa hanya Bapa yang dapat menghentikan perjalanan waktu di bumi ini (Kis. 1:7). Dalam ayat ini Tuhan Yesus mengatakan, “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Dalam ayat ini, Tuhan Yesus memberi pernyataan bahwa ketika Bapa menghadirkan Kerajaan Putra Tunggal-Nya, maka sejarah dunia ini diakhiri. Manusia dan semua makhluk harus tunduk kepada perjalanan waktu tersebut, sebab tidak ada yang dapat menghentikan perjalanannya. Fakta ini sesungguhnya merupakan realitas yang sangat dahsyat dan seharusnya menggetarkan jiwa.
Orang yang tidak tergetar oleh realitas ini pasti tidak mengerti kebenaran dan tidak mempersiapkan diri menyongsong hari kematiannya atau menyongsong hari kedatangan Tuhan Yesus. Sementara ada dalam perjalanan waktu, setiap individu telah memiliki porsi waktu yang sudah terbatas. Maka setiap orang percaya perlu menghitung dan merenungkan sisa hari yang masih tertinggal. Dengan hal ini, tidak ada seorang pun yang bisa mengklaim bahwa sisa harinya masih panjang. Kematian tidak mengenal usia. Menghayati hal ini seharusnya hati kita merasakan kegentaran, sebab fakta ini adalah fakta yang sangat dahsyat. Karena fakta ini maka manusia mengalami proses penuaan yang menuju kepada kematian.
Setelah kematian, manusia akan menghadapi penghakiman untuk menentukan nasib kekalnya. Penghakiman adalah realitas yang sangat dahsyat, sebab penghakiman tidak berbelas kasihan sama sekali. Bagi orang yang tidak mempersiapkan diri menyongsong hari penghakiman, hari itu merupakan hari yang paling menakutkan dan menegangkan lebih dari segala ketegangan yang pernah dialami. Sebaliknya, bagi orang yang telah mempersiapkan diri menghadapi penghakiman, maka hari penghakiman merupakan hari sukacita, sebab ia yakin dan tahu bahwa ia telah mempersiapkan diri untuk menghadap Hakim yang Agung. Sukacitanya melebihi segala sukacita yang pernah dialami selama hidup.
Menyadari fakta penghakiman yang dahsyat ini, orang percaya harus mulai dari sekarang mempersiapkan diri menghadap takhta pengadilan Allah. Dalam tulisannya Paulus mengatakan, “Sebab itu juga kami berusaha, baik kami diam di dalam tubuh ini, maupun kami diam di luarnya, supaya kami berkenan kepada-Nya. Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat” (2Kor. 5:9-10). Pertanyaan prinsip yang harus dikenakan kepada diri sendiri ialah: “Apakah aku sudah berusaha sungguh-sungguh untuk berkenan kepada Allah?” Sebab tanpa usaha yang sungguh-sungguh, seseorang tidak mungkin berkenan di hadapan Allah Bapa. Orang yang tidak berkenan di hadapan Allah Bapa, pasti ditolak oleh Tuhan Yesus (Mat. 7:21-23). Ironis, banyak orang lebih mempersoalkan menghadapi hidup hari ini di dunia yang hanya sementara. Betapa bodohnya. Tetapi ini adalah irama hidup standar yang dimiliki oleh hampir semua orang.
Setiap orang percaya harus menghitung hari sisa, maksudnya mulai menandai setiap hari dengan lukisan yang indah di mata Tuhan, sebab suatu saat nanti setiap hari orang akan diperhadapkan kepada penghakiman Allah. Setiap orang (tak terkecuali) harus mempertanggungjawabkan seluruh hari yang diberikan Tuhan kepadanya. Dari gambaran kecil setiap hari sampai gambaran besar, yaitu sepanjang tahun umur hidup yang dijalani. Gambaran yang harus dilukis oleh setiap orang adalah sikap hati yang sesuai dengan hati Tuhan yang diekspresikan dalam segala tindakan dan perbuatan. Hal ini kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya tidak.
Orang percaya harus selalu memeriksa hati dengan terang Firman Tuhan yang murni dan meditasi dalam doa. Hati setiap orang percaya harus benar-benar bersih dari segala sesuatu yang Tuhan tidak kehendaki. Dua hal yang terutama tidak boleh menghiasi hati, pertama perasaan negatif terhadap sesama. Kedua, percintaan dunia, yaitu merasa belum lengkap dan bahagia tanpa fasilitas dunia ini. Orang yang terbelenggu dengan dua hal tersebut pasti tidak akan melayani Tuhan, artinya hidupnya tidak akan menyukakan hati Allah. Mereka juga tidak akan menjadi berkat bagi sesamanya secara proporsional.
Teriring salam dan doa,
Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Setiap orang percaya harus menghitung dan merenungkan sisa hari yang masih tertinggal, sebab suatu saat nanti setiap hari orang akan diperhadapkan kepada penghakiman Allah.