Skip to content

Menghidupkan Allah

Untuk memiliki hati yang tidak bisa dibahagiakan oleh dunia, bukanlah perkara sederhana, bukan hal yang mudah. Maka kita harus menggumuli ini, jangan sampai ada yang kita nantikan selain hal ini. Sebab itu berarti kita sedang mengkhianati Tuhan. Tetapi siapa yang tahu hati manusia? Alkitab mengatakan, “Hati manusia licik, lebih licik dari segala sesuatu.” Kita bisa menipu diri kita sendiri. Maka kita harus duduk diam di kaki Tuhan, kita berkata, “Selidiki aku, Tuhan, kalau-kalau jalanku salah.” Tuhan mengajar kita untuk haus akan Dia. Sebab kalau kita tidak haus akan Allah, kita membahayakan diri kita dan sesama kita. Sebaliknya, kalau kita haus akan Tuhan, maka kita tidak membahayakan siapa pun. Misalnya seseorang yang serakah, dia membahayakan orang lain dengan memeras, menindas orang tersebut. Dengan begitu dia membahayakan dirinya sendiri; dia membawa dirinya ke api kekal. Maka, latih diri kita untuk tidak memberikan pangkalan untuk kuasa kegelapan. 

Selera kita itu adalah pangkalan. Kita harus ubah selera kita, sampai tidak bisa makan. Ditawari dosa, tidak bisa, karena pangkalannya sudah kita hancurkan menjadi pangkalan Tuhan. Bagaimana itu bisa terjadi? Ingat, orang tidak bisa baik mendadak, namun juga tidak bisa jahat mendadak. Tiap hari mendengarkan firman, ke gereja, berdoa, maka hal itu membuat ia takut berbuat dosa. Semua lewat proses. Selera jiwa kita juga begitu. Kita tidak bisa membutuhkan Tuhan mendadak. Itu harus lahir dari pergaulan kita dengan Tuhan setiap hari; sampai kita bisa berkata, “Jangan tinggalkan aku, Tuhan.” Jangan waktu di dunia kita berkata, “Silakan, Tuhan tinggalkan. Tuhan ada, Tuhan tidak ada, masa bodoh.” Waktu di ujung maut baru kita berkata, “Jangan tinggalkan aku, Tuhan.” Curang! Kurang ajar! Karena dengan begitu kita menganggap murahan Tuhan. Kita tidak menghormati Tuhan.

Padahal ada proyek besar sekali yang setiap kita harus ikut terlibat, karena ini menyangkut nasib kekal kita masing-masing dan menyangkut nasib banyak orang. Hal ini terkait dengan penggenapan rencana Allah atas dunia ini. Memang, ini harganya sangat mahal, tetapi ini harus dilakukan. Proyek itu adalah menghidupkan Allah dalam hidup kita. Baik secara komunitas maupun secara individu. Secara pribadi, kita menghidupkan Allah dalam hidup kita masing-masing. Secara komunitas, kita menghidupkan Allah dalam hidup bersama, menjadi satu gerakan untuk mengubah; mengubah dunia, mengubah masyarakat. Harganya adalah segenap hidup. Hanya orang yang rela kehilangan seluruh hidupnya yang dapat menghidupkan Allah dalam hidupnya

Namun harus jujur kita akui dan tak dapat disangkali, dalam banyak gereja di banyak komunitas Kristen, juga dalam hidup kita, seakan-akan Allah mati. Seakan-akan Allah tidak ada. Apa buktinya? Buktinya, banyak orang takut menghadapi masalah, takut mati dan masih berani berbuat dosa. Bukti lainnya, mereka tidak ikut terlibat dalam menyelamatkan manusia lain atau tidak ikut terlibat dalam pekerjaan Tuhan guna meneruskan karya keselamatan yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang berkata, “Seperti Bapa mengutus Aku, sekarang Aku mengutus kamu.” Sering kita berbicara tentang Tuhan, tetapi Tuhan yang kita tuturkan di mulut, seakan-akan hanya teori. 

Ada satu peragaan dari apa yang dilakukan bangsa Israel pada zaman sebelum pembuangan, yaitu bagaimana imam berdiri di tempat yang tinggi, mengangkat tangan, korban persembahan dibakar, membumbung tinggi asapnya. Lalu, sekelompok suku Lewi menyanyikan pujian sebagai choir. Tidak dapat disangkal, bahwa Elohim YAHWEH Allah yang hidup. Begitu nyata jejak TUHAN di Israel. Alkitab mencatat hal-hal yang terkait dengan tempat, kejadian dan semua ada bukti-bukti nyata kehadiran-Nya. Bukan dongeng. Bukan fantasi. Jadi, mereka mengadakan seremonial kepada Elohim YAHWEH dengan luar biasa. Mereka begitu menghormati Bapa. 

Kadang-kadang kita datang terlambat; pemain musik juga baru latihan beberapa menit sebelum ibadah. Sadarkah kita bahwa kita sedang mempersiapkan satu ibadah kepada Elohim YAHWEH; Allah Yang Maha Mulia? Mari kita belajar menghormati Elohim YAHWEH. Kita menghidupkan Allah di dalam hidup kita. Tidak boleh ada yang main-main. Semua dipersiapkan dengan baik. Hidup kita harus kudus. Kita menyembah Allah yang membelah Kolsom, yang merobohkan tembok Yerikho, Allah yang mengeringkan Yordan, Allah yang tidak berubah, Allah yang sama dulu, sekarang sampai selamanya. 

Kalau kita menghidupkan Allah dalam hidup kita, maka kita menemukan harta yang lebih dari segala kekayaan. Mestinya, tidak berlebihan, tujuan kita satu-satunya adalah menghidupkan Allah dalam hidup kita. Artinya, mengalami Tuhan yang oleh karena perjumpaan itu, Ia mendidik kita sehingga kita bisa mengenakan hidup Putra Tunggal-Nya, Tuhan Yesus dan kita bisa berkata, “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku.” Maka, carilah Tuhan. Duduklah diam di kaki Tuhan. Kalau kita bisa menghayati, betapa Tuhan itu segalanya dalam hidup kita, maka bangun pagi untuk berdoa bukan kewajiban, melainkan kebutuhan. Betapa terhormatnya, kita diperkenan memercayai Dia; diperkenan untuk melayani Dia. Itulah langkah menghidupkan Allah. Jangan kehilangan kesempatan. Uang bisa dicari, kesempatan tidak bisa dibeli. 

Hanya orang yang rela kehilangan seluruh hidupnya

yang dapat menghidupkan Allah dalam hidupnya.