Camkan hal ini! Ketika seseorang memiliki banyak kesenangan dalam hidup, dia tidak memiliki perasaan krisis terhadap fakta kekekalan. Ia tidak memiliki perasaan krisis terhadap fakta “terpisahnya manusia dari hadirat Allah.” Orang-orang seperti ini pasti tidak menghargai atau kurang menghargai nilai-nilai rohani. Dan sudah pasti tidak memiliki keterbebanan yang dalam terhadap keselamatan jiwanya, juga keselamatan jiwa orang lain. Karena tidak memiliki perasaan krisis, tidak memiliki kegentaran terhadap realitas kekekalan, maka ia tidak serius memeriksa diri apakah ia berkeadaan berkenan di hadapan Tuhan atau tidak.
Sebaliknya, kalau seseorang berkomitmen untuk meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia dan menjadikan Tuhan sebagai kesukaan atau kebahagiaannya, ia akan memiliki perasaan krisis yang kuat, kegentaran yang kuat terhadap realitas kekekalan; realitas terpisahnya seseorang dari hadirat Allah. Ia bisa merasakan kengerian itu, sehingga hal itu membangkitkan kegentaran akan Allah. Orang-orang seperti ini akan memeriksa diri dengan sangat serius, bagaimana keadaan dirinya di hadapan Allah. Apa penilaian Allah terhadap dirinya. Ia akan menghargai nilai-nilai rohani, ia akan sangat memedulikan keselamatan jiwanya, dan tentu keselamatan jiwa orang lain.
Anugerah tidak menghilangkan pilihan. Seberapa seseorang mau bertumbuh di dalam Tuhan, tergantung masing-masing, tidak tergantung Tuhan. Tuhan memberikan sarana untuk mengalami pertumbuhan. Adapun seberapa kecepatan pertumbuhan rohani seseorang, tergantung masing-masing individu. Kesenangan-kesenangan dunia akan menghambat pertumbuhan rohani kita. Dan yang menghambat percepatan pertumbuhan rohani adalah ketika kita bergaul dengan orang yang salah. Sebab ia pasti tertular, terpapar spirit duniawi; tidak mendengarkan firman Tuhan dengan baik, tidak punya waktu duduk diam di kaki Tuhan, dan lainnya. Dulu kita menganggap sebagai manusia kita berhak punya kesenangan. Kita lupa bahwa kita adalah manusia istimewa. Mata, pikiran banyak orang tertutup. Tertutup terhadap betapa mulianya orang yang terpilih.
Efesus 1:4-5 mengatakan, “Kita dipilih sebelum dunia dijadikan.” Kita orang yang ditunjuk untuk diberi kesempatan mengalami proses pertumbuhan, agar kita sempurna seperti Bapa, hidup sebagai anak-anak Allah. Ini pilihan yang luar biasa. Tidak semua orang menjadi umat yang terpilih. Tidak banyak orang yang terpilih. Kita adalah orang-orang yang diberi kesempatan untuk memasuki perlombaan yang diwajibkan, yaitu iman yang sempurna seperti Yesus, ketaatan yang sempurna seperti Yesus, agar kita bisa dimuliakan bersama-sama dengan Tuhan Yesus di dalam Kerajaan-Nya. Ini sangat luar biasa.
Anugerah itu membawa kita kepada pintu atau gerbang untuk memasuki perlombaan. Anugerah memberi kita kesempatan cuma-cuma untuk bertumbuh menjadi manusia unggul seperti rancangan Allah semula, dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini. Tuhan Yesus mati untuk semua orang, termasuk untuk kita, orang Kristen. Tetapi tidak semua orang memiliki kesempatan memperoleh anugerah untuk masuk dalam perlombaan ini. Kita adalah orang-orang istimewa.
Suatu hari nanti ketika kita menutup mata, kita juga akan melihat betapa tidak berartinya kesenangan-kesenangan sesaat yang membuat kita kehilangan kesempatan-kesempatan besar untuk bertumbuh. Dengan hanyut dalam kesenangan dunia, kita menahan, mengurangi kecepatan bertumbuh, bahkan bisa menggagalkannya. Untuk itu, mari kita bertekad untuk memiliki satu dunia, yaitu Tuhan dan Kerajaan-Nya. Jangan lupa, hidup kita juga sementara. Kerja keras, boleh. Sibuk bekerja, mesti. Tetapi, jangan terikat dengan kesenangan-kesenangan dunia. Makin kita kurangi kesenangan, makin cepat kita bertumbuh. Kalau kita bisa melepaskan semua kesenangan, kita melesat ke langit baru bumi baru.
Masih berapa banyak kesenangan yang kita miliki? Semakin kita menanggalkan semua kesenangan yang tidak membuat kita bertumbuh dalam Tuhan, semakin kita merindukan langit baru bumi baru. Dan semakin kita menghayati betapa dahsyat kengerian terpisah dari hadirat Allah. Hal ini tidak bisa dibuat-buat. Kita tidak bisa berkata, “Kurindukan bertemu Tuhan,” tetapi kalau kita tidak sungguh-sungguh menanggalkan kesenangan, tidak bisa. Kita harus sampai berkata, “Aku tidak punya apa-apa lagi, Tuhan. Hanya Engkau yang kumiliki.” Secara de jure, secara legal kita punya rumah, mobil, uang. Tetapi kita menganggap itu tidak bernilai karena sudah tidak menjadi kesenangan.
Kalau kita masih menganggap sesuatu berharga, dan itu signifikan membahagiakan hati dan memberi kesenangan, berarti kita tidak setia kepada Tuhan. Dan itu bahaya untuk kekekalan kita. Setiap kita akan mati dan harus mempertanggungjawabkan apa yang kita lakukan dalam hidup ini. Betapa mengerikan kalau kita pada waktu bangun dari tidur kematian, masuk kekekalan, lalu kita didapati bercela di mata Allah. Maka, mari kita serius berurusan dengan Allah, bukan hanya ke gereja, tetapi kita menghayati keberadaan-Nya setiap saat. Mempertimbangkan perasaan-Nya, apakah yang kita lakukan itu menyenangkan Tuhan atau tidak. Mari perkarakan apa yang Dia rancang dalam hidup kita untuk dipenuhi. Inilah rahasia kehidupan untuk dapat bertumbuh dengan benar.
Kesenangan-kesenangan dunia menghambat pertumbuhan rohani kita.