Skip to content

Menggerakkan Hati Mengasihi Tuhan

Saudaraku,

Ada satu hal yang tidak akan dilakukan oleh Allah atas hidup manusia, yaitu memaksa seseorang untuk mengasihi Dia. Hal tersebut bertentangan dengan hakikat-Nya. Ketika Tuhan Yesus mengajarkan dengan perkataan, “Kasihilah Tuhan Allahmu …” (Mat. 22:37-40), di sini Tuhan menghendaki agar seseorang menggerakkan hatinya sendiri untuk mengasihi Tuhan. Menggerakkan hati untuk mengasihi Tuhan harus dibangun dari kesadaran bahwa memang manusia diciptakan untuk mengasihi Dia. Inilah panggilan atau tanggung jawab yang harus dipenuhi tanpa syarat.

Manusia diberi kehendak bebas untuk mengasihi Tuhan atau tidak mengasihi Dia. Jadi, kalau seseorang tidak mengasihi Tuhan dan menciptakan suatu warna hidup yang tidak membahagiakan hati Tuhan, itu adalah kesalahannya sendiri. Firman Tuhan mengatakan bahwa orang yang tidak mengasihi Tuhan adalah orang yang terkutuk (1Kor. 16:22). Dalam hal ini tidak ada orang yang bisa berdalih ketika ia terkutuk karena tidak mengasihi Tuhan bahwa Tuhan tidak menggerakkan hatinya untuk mengasihi Dia. Kita tidak dapat menggerakkan hati Tuhan dan mengontrol serta mengendalikan-Nya untuk mengasihi kita. Tetapi sungguh besar anugerah-Nya, Tuhan mengasihi kita.

Sekarang dari pihak manusia, apakah mengasihi Tuhan atau tidak, itu ada dalam kebebasan dan kontrol serta kendali masing-masing individu. Bukan Tuhan. Ini salah satu misteri dan rahasia kehidupan. Sekaligus di sini kita mendapatkan, betapa hebat makhluk manusia dengan perasaan dan kehendak yang diberikan oleh Tuhan yang harus digunakan dengan bijaksana, yaitu ditujukan bagi Tuhan. Dalam kisah Adam di Eden, tentu Adam tahu bahwa melanggar kehendak Allah akan mendukakan-Nya. Sebab kematian bukanlah kehendak dan rancangan Allah. Kalau Adam berniat untuk mengasihi Tuhan dengan benar, ia tidak akan melanggar perintah-Nya. Tetapi ternyata Adam memilih tidak mengasihi Tuhan. Akhirnya ia terhukum atau sama dengan terkutuk.

Ini terjadi karena kesalahan Adam sendiri, berdasarkan keputusan dan kehendaknya tidak mengasihi Tuhan dengan benar. Tuhan Yesus pun mengalami pergumulan yang sama, apakah mau mengasihi Allah Bapa atau tidak. Tetapi Tuhan Yesus memilih untuk mengasihi Allah Bapa. Karena kasih-Nya kepada Bapa, maka Ia tidak ingin melukai hati-Nya. Itulah sebabnya Ia berusaha untuk taat kepada Allah Bapa, bahkan sampai mati di kayu salib. Kalau Tuhan Yesus tidak mengasihi Bapa, pasti Ia tidak akan melakukan kehendak Bapa dengan sempurna. Hal ini memberi pelajaran yang sangat mahal bagi kita, yaitu agar kita dengan sadar dan sengaja mengasihi Tuhan.

Harus diakui tidak banyak orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan dengan kasih yang pantas. Kalau untuk pasangan hidup, anak-anak, orang tua dan objek lain dalam hidup, seseorang bisa mengasihi secara limpah, mestinya untuk Tuhan bisa diberikan secara lebih berlimpah. Tetapi faktanya, sering Tuhan hanya diberi remah-remahnya, bukan kasih yang tulus dalam porsi yang pantas untuk pribadi yang telah memberikan diri-Nya untuk menyelamatkan kita. Manusia (termasuk di dalamnya banyak orang kristen) telah terbiasa dengan irama mengasihi apa yang kelihatan, yang bisa dirasakan secara jiwani dan fisik.

Irama ini kalau sudah menyatu kuat di dalam diri seseorang, maka ia tidak akan pernah bisa lepas sampai menutup mata. Ini berarti ia tidak pernah mengasihi Tuhan secara pantas. Betapa malangnya. Kalau pun ia bisa menyatakan mengasihi Tuhan dengan mulutnya, sebenarnya ia belum mengerti apa yang dimaksud dengan mengasihi Tuhan itu. Kasihnya kepada Tuhan hanyalah manipulasi perasaan yang dibuat-buat sesaat. Dalam hal ini Tuhan sering dipermainkan dalam liturgi kebaktian. Tuhan menerima pengakuan, pujian dan penyembahan yang bernilai semu; hanya fantasi. Hal ini berlangsung selama bertahun-tahun, sampai seseorang tidak mengenali antara ketulusan dan kepura-puraan.

Sejatinya, pengalaman “berkasih-kasihan dengan Tuhan” adalah pengalaman terindah dalam hidup ini. Seharusnya berkenaan dengan hal ini setiap kita mencapai level yang ideal dalam berkasih-kasihan dengan Tuhan. Untuk ini kita harus menetapkan hati untuk mengasihi Dia dan berusaha mewujudkannya dengan perjuangan yang serius. Harus disadari bahwa kekuatan musuh juga berusaha menarik hati orang untuk memberikan cintanya bagi yang lain. Objek lain ini bisa siapapun dan apa pun. Kalau ada sesuatu atau seseorang yang menarik perhatian, memikat dan berharga lebih dari Tuhan berarti itu adalah berhala; sebuah ketidaksetiaan. Biasanya orang seperti ini mencari Tuhan karena mau memanfaatkan-Nya.

Teriring salam dan doa,

Dr. Erastus Sabdono

Menggerakkan hati untuk mengasihi Tuhan harus dibangun

dari kesadaran bahwa memang manusia diciptakan untuk mengasihi Dia.