Kasus yang terjadi pada zaman Tuhan Yesus di mana orang-orang Yahudi termasuk murid-murid-Nya menghendaki suatu berita yang baik menurut versi mereka, ternyata juga terjadi terjadi di zaman sekarang ini. Banyak orang menghendaki suatu berita Injil yang tidak menganggu ketenangan hidup. Suatu Injil yang menurut mereka sopan dan tidak aneh. Injil yang dapat diterima semua kalangan tanpa menimbulkan resistensi. Injil yang bisa mengubah dunia yang sulit ini menjadi dunia yang mudah dijalani. Mengikut Tuhan Yesus menjadi kesempatan untuk menciptakan “firdaus di bumi.” Kekristenan yang sejati adalah ajakan untuk mengenakan semangat hidup Tuhan Yesus.
Untuk mengerti semangat hidup Tuhan Yesus, kita harus membedah semua isi Alkitab, terutama Perjanjian Baru dan sungguh-sungguh memahami isinya. Selanjutnya, harus ada pribadi-pribadi yang menampilkan kehidupan yang cirinya jelas menunjukkan kehidupan Tuhan Yesus. Semangat hidup Tuhan Yesus pada dasarnya adalah mengerti apa yang dikehendaki oleh Bapa dan melakukannya. Dalam hal ini setiap orang percaya harus mencari kebenaran yang membuka mata hatinya untuk mengenal Allah dan sungguh-sungguh mengalami Tuhan setiap hari. Pada akhirnya, setiap orang percaya harus sampai pada level “Hidupku bukan aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal. 2:19-20).
Kenyataannya, tubuh yang kita hidupi sekarang ini adalah hidup dalam semangat yang kita warisi dari orang tua dan cara hidup manusia di sekitar kita. Ini berarti kita masih memiliki diri kita sendiri. Kita belum menjadikan Tuhan Yesus sebagai Pemilik kehidupan ini dan belum menjadikan Yesus Kristus sebagai Tuhan (majikan atau tuan) dalam hidup kita. Kalau seseorang sadar dan berusaha keluar dari “kepompong” yang membelenggu hidupnya, maka Tuhan akan menolong sehingga ia bisa dimerdekakan. Terkait dengan hal ini, hanya kebenaran yang dapat memerdekakan (Yoh. 8:31-32). Namun malangnya, banyak orang Kristen tidak menyadari hal ini. Mereka masih terbelenggu dengan pikiran mereka yang sangat duniawi.
Sejatinya, yang mengontrol kehidupan mereka adalah dunia ini, sebab dunia inilah yang menjadi tujuan dan kesukaan dalam hidupnya. Hari-hari hidup mereka hanya dihabiskan untuk menjalani kehidupan rutin tanpa berusaha menambah pengetahuan akan kebenaran yang dapat memerdekakan. Mereka sudah puas sebagai “orang-orang baik” yang tidak terpidana. Padahal mereka jauh dari standar kebenaran Tuhan yang harus dikenakan oleh orang percaya. Sungguh sangat disayangkan banyak gereja di kota-kota besar yang dihadiri banyak orang yang berpendidikan tinggi, berekonomi baik dan memiliki berbagai potensi, tetapi tidak mengerti Injil yang sejati atau yang orisinal.
Mereka ada di gereja-gereja yang yang tidak bermaksud menyesatkan, tetapi karena pembicaranya tidak mengerti kebenaran Injil yang murni, maka mereka menyesatkan diri mereka sendiri dan menyesatkan umat yang dengan tulus mau mencari Tuhan dan ajaran-Nya. Gereja-gereja itu ada yang menekankan kemakmuran jasmani dan yang menekankan mukjizat. Tentu dengan mengambil contoh-contoh dalam Alkitab yang menunjukkan bahwa Tuhan menjanjikan kemakmuran jasmani. Tentu saja gereja seperti ini akan sangat laku dan banyak pengikut karena sesuai dengan semangat hidup atau semangat zamannya. Kita harus mengerti bahwa kelimpahan materi hanya ditujukan kepada bangsa Israel.
Orang percaya dalam hidup yang sementara ini harus hanya mencari kebenaran untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Orang percaya memang harus bekerja dan memiliki kekayaan sebanyak mungkin, tetapi semua itu harus dipersembahkan untuk kepentingan Tuhan. Sebab orang percaya memiliki harta abadi di surga, dunia hanya tempat menumpang sementara (Flp. 3:20-21). Harus diterima bahwa dunia ini bukan rumah kita dan Kerajaan kita bukan berasal dari dunia ini. Mereka yang menekankan mukjizat selalu mempromosikan bahwa Tuhan Yesus tidak berubah. Padahal dunia berubah. Cara Tuhan melawat umat-Nya tidak selalu sama dengan apa yang telah terjadi atau yang telah dilakukan oleh Tuhan.
Pada tahun-tahun di mana Tuhan Yesus memberitakan Injil, Ia harus melakukan mukjizat agar menarik perhatian orang dan telinga orang mendengar Injil-Nya. Seperti Nikodemus yang menemui Tuhan (Yoh. 3), ia menemui Tuhan Yesus sebab ia melihat perbuatan ajaib yang dilakukan oleh Tuhan Yesus supaya orang mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah. Kemudian Tuhan Yesus bisa memberitakan kebenaran kepada orang-orang yang pikirannya sudah dipenuhi dengan ajaran agama Yahudi yang telah banyak dielaborasi sehingga berbenturan dengan Injil. Seperti Nikodemus, ia bisa mengakui bahwa Tuhan Yesus berasal dari Allah karena mukjizat yang telah dilakukan oleh Tuhan. Jadi, kemakmuran jasmani dan mukjizat bukanlah tujuan utama, melainkan jembatan untuk dapat mengenal Tuhan Yesus, diselamatkan dan dipersiapkan masuk ke dalam Kerajaan-Nya.