Skip to content

Mengarahkan Pikiran

Pikiran adalah kemudi kehidupan yang mengarahkan seluruh kehidupan seseorang dan menentukan bagaimana keadaan hidupnya di bumi ini bahkan di kekekalan. Karena pentingnya peranan pikiran ini, maka dunia pendidikan berusaha secara intensif mengarahkan anak manusia sejak dini, sebab ketika anak manusia masih belia mereka sangat mudah untuk diarahkan. Salah asuh atau salah didik kepada anak-anak berakibat fatal kemudian hari. Hal yang sama terjadi juga dalam keselamatan, kalau seseorang tidak diarahkan sejak dini kepada Kerajaan Surga atau maksud keselamatan diadakan, maka mereka tidak pernah selamat (menjadi manusia seperti yang Allah kehendaki). 

Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa kalau seseorang tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil, maka ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga (Mat. 18:3). Kata bertobat dalam teks ini adalah strepho (στρέφω) yang artinya berbalik. Sedangkan kata ‘anak’ dalam teks aslinya adalah paidion (παιδίον), anak usia efektif dibentuk atau dididik. Pernyataan Tuhan Yesus ini merupakan peringatan yang jelas agar orang percaya tidak boleh menganggap sepele kesempatan yang Tuhan sediakan untuk berubah melalui pembaruan pikiran agar bisa dikembalikan ke rancangan semula Allah.

Selagi masih bisa diubah atau memiliki keadaan seperti anak-anak, seseorang harus mengarahkan atau mengubah pikirannya sesuai dengan pikiran Tuhan. Sebab kalau sudah telanjur melewati waktu, pada stadium tertentu, seseorang tidak bisa diubah lagi. Terkait dengan hal ini, banyak orang yang tidak menyadari sakitnya (kakos), sehingga mereka tidak menggarap keadaan yang rusak tersebut. Kalau hal itu berlarut-larut, maka ia sampai pada level menghujat Roh Kudus, artinya ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk digarap Roh Kudus karena tidak mampu lagi untuk berbalik kepada Tuhan. Jika Roh Kudus tidak menggarap, maka tidak ada lagi yang dapat mengarapnya. 

Terkait dengan hal ini, Iblis akan berusaha agar manusia terlena dengan berbagai kesenangan dunia, sehingga selalu mendukakan Roh Kudus dan akhirnya menghujat-Nya. Orang-orang yang tertolak dalam Kerajaan Surga pasti tidak pernah menduga bahwa ia akan berkeadaan seperti itu. Hal ini sama dengan seorang pejabat pemerintah yang sembrono mempermainkan jabatannya sampai akhirnya digelandang polisi ke penjara. Betapa tragisnya ketika seseorang merasa seperti di alam mimpi digelandang polisi ke penjara, sementara para wartawan berusaha untuk mengabadikan peristiwa itu yang kemudian dilansir di media sosial. Malunya tak terkira. Sekarang semua fasilitas yang dia bisa nikmati, lenyap dan tidak pernah kembali berkeadaan seperti semula. 

Ia diancam hukuman mati atau hukuman seumur hidup. Istri cantiknya tidak lagi cantik di matanya, anak-anak yang sempurna dan menyenangkan tidak lagi menjadi harta kekayaan yang menyukakan hatinya dan semua keindahan hidup menjadi runtuh berkeping-keping. Dalam situasi seperti itu, penyesalan sedalam apa pun tidak bisa mewakili perasaan gundah yang tidak terkira. Pendidikan dan karier yang telah dititinya selama bertahun-tahun dengan kerja keras, menjadi sia-sia. Mengapa semua ini terjadi? Sebab ia membiarkan pikirannya diisi oleh keinginan memiliki uang banyak, harta berlimpah dan segala kegemerlapan keindahan dunia. Sampai menjadi kecanduan dan tidak bisa menolak hasrat untuk memiliki lebih banyak lagi harta kekayaan, sampai ia dengan mudah menyalahgunakan wewenang dan melakukan pelanggaran moral yang serius. 

Semua kejadian itu seperti mimpi, tetapi fakta nyata. Ia menyesal tentunya, tetapi penyesalannya tidak bisa mengembalikan keadaan seperti semula. Seandainya pada waktu itu ia bisa menguasai pikirannya, maka pasti ia tidak melakukan tindakan yang mencelakai dirinya sendiri dan orang-orang yang dikasihinya. Kasus di atas menunjukkan bahwa orang tanpa sadar menggiring pikirannya kepada suatu keputusan yang menghasilkan tindakan yang berbuntut panjang. Jangan sampai hal ini terjadi dalam hidup kita berkenaan dengan nasib kekal kita. Kecerobohan hidup menggiring diri kita kepada api kekal terpisah dari hadirat Allah selamanya. Maka, firman Tuhan mengatakan, “Seperti mimpi pada waktu terbangun, ya Tuhan, pada waktu terjaga, rupa mereka Kaupandang hina” (Mzm. 73:20). Maka, arahkanlah pikiran kita kepada proyek keselamatan-Nya.

Selagi masih memiliki keadaan seperti anak-anak yang bisa diubah,

kita harus mengarahkan pikiran sesuai dengan pikiran Tuhan.