Skip to content

Mengandalkan Tuhan

Saudaraku,

Banyak orang membutuhkan pegangan. Rasanya, tidak ada orang hidup tanpa pegangan. Beragama dimana seseorang ber-Tuhan, maka Tuhan menjadi pegangannya. Ada orang-orang yang tidak yakin Tuhan itu ada, maka yang menjadi pegangannya adalah sesuatu yang lebih nyata. Sebab baginya, Tuhan kurang nyata. Kuasa kegelapan—dukun, ‘orang pintar’—dinilai lebih nyata. Artinya, dukun bisa menolong lebih cepat dan sesuai keinginannya, sehingga bisa menjadi pegangan. Dan orang modern yang tidak percaya kepada hal-hal yang tidak masuk akal (termasuk Tuhan maupun kuasa kegelapan), atau hal-hal yang tidak bisa dibuktikan secara ilmu pengetahuan, maka mereka bergantung dengan logika.

Logika mengatakan: Kamu bisa mengatur hukum kalau kamu punya uang banyak; kamu akan berkuasa dan menaklukkan apa pun kalau kamu memiliki kekuasaan. Apalagi kenyataan atau pengalaman membuktikan, uang itu berkuasa. Uang dibutuhkan, uang penting, tapi bukan segalanya. Maka, pertanyaan yang harus kita perkarakan adalah apa pegangan hidup kita? Banyak oang Kristen yang pikirannya campur aduk karena terpengaruh oleh lingkungan. Kita pasti tahu, bahwa pegangan yang paling kuat dan paling paling aman itu Tuhan. Tetapi masalahnya, Tuhan tidak kelihatan dan Tuhan tidak bisa diatur oleh kita. Sedangkan uang bisa diatur, dukun pun bisa diatur.

Tuhan memberi yang terbaik. Sejujurnya, apakah kita mau mendapatkan jawaban doa sesuai dengan keinginan kita atau mau mendapat yang terbaik? Firman Tuhan mengatakan, “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” Yaitu mereka yang menjadikan Tuhan sebagai pegangan hidupnya. Dan ingat, menjadikan Tuhan sebagai pegangan itu tidak mudah. Yang pertama, kita harus mengenal Dia. Mengenal lewat firman, dan lewat perjumpaan langsung dalam doa. Maka, orang yang tidak berdoa, tidak mungkin berani mengandalkan Tuhan. Ciri orang yang belum menjadikan Tuhan sebagai pegangan dengan benar adalah hidup dalam ketakutan, kekhawatiran, dan cemas.

Kedua, memiliki karakter yang baik. Orang yang berkarakter buruk, tidak layak mengandalkan Tuhan. Kalau seseorang minta tolong kepada setan atau kuasa gelap, maka setan tidak akan menanyakan karakternya. Karena dia tidak peduli. Tapi kalau Tuhan, Dia peduli kita. Kita yang mudahmarah, tersinggung, tidak jujur, main judi, selingkuh, tidakbisa mengandalkan Tuhan. Jadi, waktu hidup kita tidak benar, tidak bersih, kita pasti takut dan tidak bisa mengandalkan Tuhan. Tapi kalau hidup kita benar, tidak menjahati orang, jujur, mengalah, maka kita bisa mengandalkan Tuhan dan Tuhan melindungi kita.  Kita menjadi biji mata Tuhan.

Kalau kita hidup benar, hal itu menyenangkan Tuhan dan kalau kita menyenangkan Tuhan, tidak mungkin Tuhan melukai kita. Mari, hidup suci, jangan jahat. Tuhan tahu kamu membutuhkan berbagai fasilitas selama hidup di bumi ini. Tuhan tidak akan mempermalukan kita. Tuhan kalau sayang kita, itu tidak main-main. Tapi masalahnya, Saudara sayang Tuhan tidak? Jangan melukai hati-Nya. Lihat waktunya Tuhan bertindak, tidak mungkin Allah tidak bertindak. Maka jangan coba-coba melawan orang yang mengandalkan Tuhan, sebab ada kekuatan besar di belakang dia, yaitu Tuhan. Jangan main-main. Maka, kita harus menjadi orang yang dikasihi Tuhan, karena kita mengasihi Tuhan. Ini bukan gambling, spekulasi, atau untung-untungan; ini pasti. Kalau karakter kita baik, kita terlindungi.

Teriring salam dan doa,

Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Orang yang tidak berdoa, tidak mungkin berani mengandalkan Tuhan.