Hidup di dunia yang hanya sementara, adalah kesempatan untuk menemukan Kekasih Abadi. Tidak ada hal yang lebih penting, tidak ada hal yang lebih mulia, tidak ada hal yang lebih agung dari menemukan Kekasih Abadi. Kekasih itu adalah Tuhan sendiri. Kita takjub terhadap kehidupan iman pemazmur yang bisa mengatakan, “Siapa gerangan ada padaku di surga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi,” Mazmur 73. Di Mazmur yang lain, pemazmur berkata, “Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”
Dalam pergumulan hidup sebagai anak Allah, kita harus memperkarakan apakah sungguh-sungguh kita merindukan Tuhan? Apakah ada seseorang atau sesuatu yang kita rindukan selain Tuhan, apalagi lebih dari Tuhan? Bagi kita yang pernah jatuh cinta, kita bisa mengerti apa artinya jatuh cinta, apa artinya rindu kekasih. Apa artinya siang dan malam memikirkan kekasih, ingin berjumpa. Kekasih itu seperti air, dan kita seperti haus untuk bisa meneguk, yaitu berjumpa, berkasih-kasihan dengannya. Demikian semestinya kita dengan Allah. Kalau kita tidak merindukan Allah sesuai dengan standar Alkitab, kita harus mendengar bunyi alarm; bunyi tanda bahaya.
Alkitab ketat mengatur bahwa perkawinan harus monogami. Seorang pria hanya boleh memiliki seorang wanita sebagai istri; seorang wanita hanya boleh memiliki seorang pria sebagai suami; monogami. Tetapi, karena bengkoknya hati manusia, dan Alkitab berkata karena keras hati dan tegar tengkuknya, maka Tuhan mengizinkan ada perkawinan yang tidak monogami; poligami. Tetapi di Alkitab, Tuhan tegas berkata bahwa perkawinan itu harus monogami. Ini sebenarnya menjadi gambaran hubungan Kristus dengan jemaat-Nya, seperti dicatat dalam Efesus 5, “Rahasia ini besar, tetapi yang kumaksudkan adalah hubungan Kristus dengan jemaat-Nya.” Paulus mengatakan ini ketika dia bicara mengenai hubungan suami istri; mono.
Di dalam hubungan pribadi kita dengan Allah, Allah strictly; ketat menghendaki demikian. Ketika Tuhan berfirman, “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku,” monoteisme; hanya punya satu Tuhan. Bagi orang Yahudi, artinya mereka tidak boleh melakukan ibadah seremonial kepada ilah, allah, atau dewa-dewa yang lain. Mereka harus menyembah kepada satu Allah, yaitu Elohim Yahweh. Dalam Alkitab, dosa politeisme hukumannya bukan hanya dialami oleh pelaku, tetapi juga anak cucu keturunan ketiga, keempat. Ini menunjukkan betapa Tuhan membenci politeisme atau penyembahan kepada allah lain.
Bagi bangsa Israel, mereka harus menyembah Allah satu-satunya, yaitu Elohim Yahweh dalam bentuk seremonial. Kalau di dalam kekristenan, tidak cukup demikian. Kita tahu bahwa kekristenan sangat menekankan sikap batiniah. Perzinaan itu bukan hanya melakukan hubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya, melainkan memandang lawan jenis dan mengingininya, itu sudah termasuk berzina; batin. Membunuh itu bukan hanya menghabisi nyawa orang; membenci juga suatu pembunuhan. Demikian pula Firman “Jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku,” itu tidak cukup hanya tidak memiliki ilah, allah, dewa lain, dan tidak melakukan seremonial terhadap ilah atau dewa-dewa. Tidak boleh ada yang dominan di dalam hati kita, kecuali Tuhan.
Kita harus bisa mencapai satu stage; satu stadium, satu tingkatan rohani di mana bisa benar-benar mengalahkan semua dan menaklukkannya di bawah kaki Tuhan. Serta mengatakan kepada Tuhan, “Kau segalanya bagiku.” Jadi, yang sekarang rasanya sudah memiliki hubungan yang baik dan harmoni dengan Tuhan, itu karena belum melihat tandingan-Nya. Tuhan belum menunjukkan saingan-Nya. Maka, ada orang-orang yang dulu melayani Tuhan dengan setia, dengan hati yang mencintai Tuhan, tetapi pada tahun-tahun berikut, tidak setia; menyimpang dari jalan Tuhan. Mengapa bisa terjadi demikian? Sebab dulu belum ada pesona dari sesuatu. Segala kesenangan yang memikat hati, yang membuat kita merasa bahagia memiliki dan menikmatinya, itu adalah berhala. Betapa kita menyakiti hati Tuhan dengan kesenangan-kesenangan tersebut.
Kita harus sadar apa yang salah; di mana ketertambatan hati kita yang bisa sengaja dan sadar kita lepaskan. Tentu ada pergumulan dan proses, tetapi Tuhan pasti menolong. Apa yang membuat kita tidak merindukan Tuhan; tidak menjadikan Tuhan Kekasih kita, pasti Roh Kudus memberitahu kita. Tidak mungkin Roh Kudus tidak beritahu, kalau kita mau tahu. Roh Kudus pasti memberi tahu apa yang membuat Tuhan cemburu. Tuhan cemburu, karena Tuhan cinta kita. Maka, Tuhan sering “merontokkan” apa yang harus dirontokkan dalam hidup kita, supaya kita selamat. Tuhan hindarkan kita dari kebinasaan, dengan mengambil apa yang menjadi kesenangan, kebahagiaan kita yang menyaingi Tuhan.
Apakah ada sesuatu atau seseorang yang kita rindukan selain Tuhan, apalagi lebih dari Tuhan? Ini menjadi pergumulan serius yang tidak pernah berhenti. Ketika kita memiliki kerinduan akan Allah, kehausan akan Allah, Allah akan menguji. Kita akan dipertemukan kepada sesuatu atau seseorang yang kita pandang nilainya lebih tinggi dari yang pernah kita jumpai, dan itulah ujian. Jangan merasa malang kalau kita mengalami kegagalan-kegagalan atau berkeadaan rendah dan hina di mata manusia. Karena, keadaan kita yang sulit membawa kita kepada Tuhan untuk menjadikan Tuhan Kekasih kita.
Tuhan hindarkan kita dari kebinasaan, dengan mengambil apa yang menjadi kebahagiaan kita yang menyaingi Tuhan.